Partikel Badai Matahari Baru Saja Hantam Bumi, Ini yang Terjadi

Selasa, 4 Mei 2021 03:26 WIB

Lubang korona pada 13 Maret 2019. Posisi lubang korona di sekitar ekuator matahari. (instagram/lapan-ri)

TEMPO.CO, Jakarta - Badai Matahari terpantau setelah sebuah lubang muncul di atmosfer Matahari yang memuntahkan partikel dengan kecepatan 500 kilometer per detik atau 1,8 juta kilometer per jam. Partikel dari badai Matahari itu meluncur dan dilaporkan telah menghantam Bumi pada Minggu, 2 Mei 2021.

Dikutip dari Daily Star, Sabtu, 1 Mei 2021, kekuatan badai matahari berpotensi menyebabkan gangguan terhadap jaringan satelit. Aliran partikel berada pada jalur tabrakan langsung dengan Bumi, dan telah diberi label sebagai badai kelas G1.

“Dapat menyebabkan fluktuasi jaringan listrik yang lemah dan dapat memiliki dampak kecil pada operasi satelit,” kata para peneliti.

Peristiwa seperti itu bukan sekali terjadi. Matahari secara teratur meletuskan jilatan api ke luar angkasa, dan sebagian besar tidak berbahaya bagi Bumi. Meskipun demikian, Matahari sepenuhnya mampu menghasilkan jilatan api Matahari yang dapat melumpuhkan teknologi manusia. Para ahli telah memperingatkan bahwa potensi kejadian itu hanya tinggal menunggu waktu.

Badai Matahari besar terakhir yang menghantam Bumi terjadi pada 1989, dan menyebabkan pemadaman listrik di Quebec, Kanada. Badai Matahari yang intens juga dapat merusak sistem satelit, karena pemboman partikel Matahari dapat memperluas magnetosfer Bumi, yang membuat sinyal satelit lebih sulit untuk dilewati.

Advertising
Advertising

Meskipun tidak mungkin untuk memprediksi kapan dan di mana badai Matahari besar akan melanda, tidak dapat dihindari bahwa badai akan menghantam planet ini di masa depan. Karena itu, para ahli mengeluhkan kurangnya persiapan untuk peristiwa cuaca luar angkasa yang ekstrem.

Mereka memperingatkan bahwa penanggulangan dampaknya dapat menelan biaya sangat mahal dan menyebabkan kepanikan yang meluas. Menurut perusahaan konsultan risiko Drayton Tyler, dalam kasus terburuk, biaya langsung dan tidak langsung bisa mencapai triliunan dolar Amerika dengan waktu pemulihan bertahun-tahun.

"Kemungkinan terjadinya peristiwa sebesar itu diperkirakan oleh Royal Academy of Engineering Inggris sebagai satu dari 10 badai Matahari dalam dekade mana pun."

DAILY STAR | DAILY EXPRESS

Baca juga:
Sejak 2018, 11 Siklon Tropis Telah Sebabkan Cuaca Ekstrem di Wilayah Indonesia

Berita terkait

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

2 hari lalu

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Luhut Sebut Starlink Milik Elon Musk Diluncurkan di RI Dua Pekan Lagi, Akan Diumumkan di Bali

3 hari lalu

Luhut Sebut Starlink Milik Elon Musk Diluncurkan di RI Dua Pekan Lagi, Akan Diumumkan di Bali

Menteri Luhut menyebutkan layanan internet berbasis satelit Starlink bakal diluncurkan dalam dua pekan ke depan atau pertengahan Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

3 hari lalu

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.

Baca Selengkapnya

OPPO Find X7 Ultra Versi Satellite Communication Mulai Dijual di China, Ini Spesifikanya

7 hari lalu

OPPO Find X7 Ultra Versi Satellite Communication Mulai Dijual di China, Ini Spesifikanya

OPPO Find X7 Ultra Satellite Communication mendukung kartu China Telecom dan kartu khusus satelit Tiantong.

Baca Selengkapnya

Vivo X100 Ultra Dirumorkan akan Miliki Fitur Konektivitas Satelit, Ini Detailnya

8 hari lalu

Vivo X100 Ultra Dirumorkan akan Miliki Fitur Konektivitas Satelit, Ini Detailnya

Ponsel Vivo X100 Ultra akan menggunakan satelit Tiantong untuk komunikasinya.

Baca Selengkapnya

Kemenkominfo Ingin Tingkatkan Pengelolaan Spektrum Frekuensi Lewat Forum APSMC

12 hari lalu

Kemenkominfo Ingin Tingkatkan Pengelolaan Spektrum Frekuensi Lewat Forum APSMC

Agenda prioritas Indonesia dalam APSMC adalah saling berdiskusi soal tantangan dan pengalaman dalam manajemen spektrum frekuensi.

Baca Selengkapnya

LPEI dan Diaspora Indonesia Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

13 hari lalu

LPEI dan Diaspora Indonesia Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Kolaborasi LPIE dengan institusi pemerintahan membawa mitra binaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) LPEI untuk pertama kalinya menembus pasar ekspor ke Kanada.

Baca Selengkapnya

Aktivis Lingkungan Aeshnina ke Kanada Minta Justin Trudeau Hentikan Ekspor Sampah Plastik ke Indonesia

14 hari lalu

Aktivis Lingkungan Aeshnina ke Kanada Minta Justin Trudeau Hentikan Ekspor Sampah Plastik ke Indonesia

Aktivis lingkungan Aeshnina Azzahra Aqilani co Captain Riverin minta PM Kanada Justin Trudeau hentikan impor sampah plastik ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Perampok Gasak Emas Rp 253 Miliar di Kanada, Terbesar dalam Sejarah

17 hari lalu

Perampok Gasak Emas Rp 253 Miliar di Kanada, Terbesar dalam Sejarah

Polisi Kanada menangkap sembilan orang yang diduga melakukan pencurian emas terbesar dalam sejarah.

Baca Selengkapnya

Kini Walikota Kanada, Pria Ini Pernah Jadi Gelandangan dan Pecandu Narkoba

25 hari lalu

Kini Walikota Kanada, Pria Ini Pernah Jadi Gelandangan dan Pecandu Narkoba

Seorang walikota Kanada pernah menjadi gelandangan dan pecandu narkoba. Ia berhasil bangkit dan menjadi pemimpin sebuah kota di Kanada.

Baca Selengkapnya