Varian India Bakal Dominasi Kasus Covid-19 di London, Geser B.1.1.7

Selasa, 11 Mei 2021 17:45 WIB

Kata "COVID-19" tercermin dalam setetes jarum suntik dalam ilustrasi yang diambil pada 9 November 2020. [REUTERS / Dado Ruvic / Ilustrasi]

TEMPO.CO, Jakarta - Berdasarkan angka resmi yang dilaporkan, saat ini hampir setengah dari semua kasus Covid-19 di London, Inggris, disebabkan oleh varian baru dari India B.1.617. Para ilmuwan menjelaskan bahwa varian itu dapat menyebar cepat—bahkan lebih cepat dibanding varian Inggris atau strain Kent yang dominan (B.1.1.7).

“Tetapi tidak ada bukti bahwa itu akan menyebabkan penyakit yang lebih buruk atau membuat vaksin menjadi kurang efektif,” ujar para ahli seperti diktuip Daily Mail, 10 Mei 2021, sambil menyarankan agar tetap dipantau jika ternyata lebih berbahaya.

Dalam sebuah laporan minggu lalu Public Health England (PHE) mengatakan varian India mungkin telah menggantikan B.1.1.7 sampai batas tertentu. Angka pengujian menunjukkan bahwa hanya 50,2 persen dari semua kasus positif di London disebabkan oleh varian Kent pada akhir April, turun lebih dari 90 persen pada Maret.

Sementara, 49,8 persen lainnya disebabkan oleh jenis virus lainnya. Yang paling umum adalah varian B.1.617. Data menunjukkan itu membuat setidaknya 37,5 persen dari kasus yang dikonfirmasi, tapi proporsi pastinya tidak diketahui karena tidak semua sampel telah dianalisis secara menyeluruh.

Christina Pagel, seorang matematikawan di University College London mengatakan separuh lainnya adalah kemungkinan semua varian India. “Meski menyebar dengan cepat, kasus di London tetap stabil,” ujar Pagel yang juga anggota Scientific Advisory Group for Emergencies (SAGE).

Advertising
Advertising

Varian India telah dibagi menjadi tiga jenis—B.1.617.1; B.1.617.2; dan B.1.617.3— dengan tipe B.1.617.2 yang paling umum. Tetapi hanya satu dari lima kasus di London yang terjadi di antara para pelancong yang kembali, menunjukkan penyebarannya ada di dalam kota.

Di Barat Laut Inggris hanya 16 persen orang yang terinfeksi varian tersebut telah keluar dari negara itu baru-baru ini. Tetapi sebagian besar wilayah lain mencatat sepertiga hingga setengah dari kasus mereka terkait langsung dengan perjalanan internasional, kemungkinan besar ke India.

Ahli epidemiologi di Queen Mary University di London, Deepti Gurdasani menjelaskan kepada Good Morning Britain: “Kasus varian baru ini berlipat ganda setiap minggu di Inggris sementara varian lain menurun.”

Secara keseluruhan, kasus telah menurun, yang menunjukkan bahwa bahkan dengan pembatasan saat ini, varian ini tumbuh sangat cepat. Di London, 50 persen kasus sekarang tidak lagi disebut varian Kent.

Varian India telah melonjak pesat sejak pertama kali terlihat di Inggris dengan kasus melonjak menjadi 790 di ketiga jenis, dari hanya 77 kasus bulan lalu pada 15 April. Kasus terbanyak tipe B.1.617.2, yang merupakan penyebaran tercepat dan mencapai 520 dari 790 kasus, sementara di London 191 kasus tipe B.1.617.2.

Ada 87 di Barat Laut Inggris, 56 di Timur dan 53 di Tenggara, dan kurang dari 50 di semua wilayah lainnya. Di London, varian dikonfirmasi telah mencapai setidaknya 37,5 persen dari semua kasus dalam pekan yang berakhir 27 April. Di Barat Laut jumlahnya 17,1 persen.

Para ilmuwan khawatir kasus itu bisa mengungguli varian Kent, yang berarti itu menjadi lebih luas—baik karena menyebar lebih cepat atau karena lebih baik dalam menginfeksi kembali orang yang telah divaksinasi atau kebal dari infeksi masa lalu.

Tetapi Profesor Sharon Peacock, ahli Cambridge dan direktur Covid-19 Genomics UK Consortium, yang bertugas menganalisis varian baru, mengatakan hari ini: “Tidak ada bukti bahwa ini menyebabkan penyakit yang lebih parah. Tidak ada cukup data saat ini.”

Salah satu kekhawatiran terbesar para ilmuwan tentang varian India adalah bahwa varian itu telah berevolusi—atau akan berkembang lebih jauh—dengan cara yang membuat kekebalan vaksin kurang efektif melawannya.

Tes awal oleh laboratorium yang dijalankan oleh Profesor Ravi Gupta di University of Cambridge menunjukkan bahwa versi asli varian India (tipe .1) mencatat sedikit penurunan dalam keefektifan kekebalan, tapi tidak seburuk strain Afrika Selatan.

Itu menunjukkan bahwa tingkat antibodi yang berguna—protein pelawan virus yang dibuat oleh sistem kekebalan—sekitar enam kali lebih rendah dibandingkan dengan varian Wuhan. Tetapi untuk strain Afrika Selatan mereka 10 kali lebih rendah dalam tes serupa, kata tim tersebut.

Menurut Gupta, meskipun pada tingkat populasi, dengan cakupan vaksin yang baik, tingkat kematian dan keparahan akan sangat rendah di era pascavaksinasi. Ada orang di luar sana yang rentan terhadap virus ini yang tidak dapat divaksinasi.

“Sebagian orang itu lebih besar dari yang diperkirakan karena termasuk orang dengan diabetes dan kondisi yang mendasarinya,” tutur Gupta.

Pemerintah mengungkapkan pekan lalu bahwa para ilmuwan sekarang berpikir varian itu ‘setidaknya' sama menularnya dengan strain Kent yang dominan saat ini.

Pejabat kesehatan yakin vaksin yang saat ini digunakan tetap bekerja melawan varian, tapi sedang melakukan tes mendesak untuk memastikannya. Para ilmuwan telah mengelompokkan varian Covid-19 India menjadi tiga sub-strain terpisah, dengan tipe B.1.617.2 menyebar cepat di sekolah, panti jompo dan tempat ibadah.

DAILY MAIL | GOOD MORNING BRITAIN

Baca:
Satu Kampung di Yogya Jalani Lockdown Setelah Puluhan Warga Positif Covid-19

Berita terkait

Mengenal Sadiq Khan Wali Kota London Tiga Periode

4 jam lalu

Mengenal Sadiq Khan Wali Kota London Tiga Periode

Sadiq Khan meraih kemenangan periode ketiga sebagai Wali Kota London. Ia dari Partai Buruh

Baca Selengkapnya

Sadiq Khan, Muslim Pertama yang Terpilih Jadi Wali Kota London Tiga Periode

5 jam lalu

Sadiq Khan, Muslim Pertama yang Terpilih Jadi Wali Kota London Tiga Periode

Sadiq khan terpilih untuk ketiga kalinya sebagai wali kota London.

Baca Selengkapnya

Bank Mandiri Promosikan Keunggulan Livin' di London

5 jam lalu

Bank Mandiri Promosikan Keunggulan Livin' di London

Bank Mandiri memperkenalkan fitur bertajuk Livin' Around The World (LATW) dalam Seminar Gelora Mahasiswa (GEMA).

Baca Selengkapnya

Jelajah Lokasi Syuting Baby Reindeer dari Edinburgh hingga London

1 hari lalu

Jelajah Lokasi Syuting Baby Reindeer dari Edinburgh hingga London

Baby Reindeer tidak hanya menarik dari sisi cerita, lokasi syutingnya seolah mengajak penonton berkeliling Edinburgh hingga London

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

2 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

3 hari lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

3 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

4 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

4 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

4 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya