Bio Farma Siapkan Teknologi Terbaru Pembuatan Vaksin Covid-19
Reporter
Anwar Siswadi (Kontributor)
Editor
Erwin Prima
Selasa, 8 Juni 2021 13:35 WIB
TEMPO.CO, Bandung - PT Bio Farma menyanggupi permintaan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin untuk menguasai teknologi terbaru pembuatan vaksin Covid-19. Dari empat metode, dua cara yang ingin dikuasai adalah platform berbasis vektor adenovirus dan rekayasa genetika.
“Kami menyiapkan infrastruktur dan pencarian partner untuk technology transfer dan know how,” kata Neni Nuraeni, Project Integration Manager Research and Development PT Bio Farma, Selasa 8 Juni 2021.
Menurutnya, untuk penyiapan infrastruktur dan teknologinya ditargetkan pada 2023. Selain telah mendapatkan dukungan dana dalam bentuk Penyertaan Modal Negara, pihaknya telah mendapatkan akses ke teknologi vaksin mRNA (messenger Ribonucleic acid) melalui Kementerian Kesehatan. “Vaksin ini untuk pandemic karena sifatnya platform technology,” ujar Neni.
Dia mengatakan, permintaan Budi Gunadi Sadikin itu disampaikan semasa menjadi Wakil Menteri 1 BUMN. Resminya setelah turun dana dari pemerintah. Sebelumnya Menteri Kesehatan meminta PT Bio Farma menguasai empat teknologi pembuatan vaksin. Menurutnya kini baru separuh platform yang dikuasai Bio Farma. “Tujuannya untuk mengantisipasi serangan SARS-CoV berikutnya,” kata dia.
Menurutnya di acara perbincangan virtual bersama Syamsi Dhuha Foundation, Selasa, 1 Juni 2021, sebelum ada SARS-CoV-2 penyebab pandemic Covid-19 sekarang ini, ada temuan SARS-CoV-1 pada 2002. Lokasi temuannya di Guangdong, Cina.
Perkiraannya, kelak ada SARS-CoV-3 dan seterusnya sehingga Indonesia harus bersiap dengan teknologi vaksinnya. “Teknologi pembuatan vaksin sekarang ada empat, yang dua Bio Farma sudah bisa bikin,” ujar Budi.
Teknologi vaksin Bio Farma berbasis virus yang dilemahkan. Kemudian ada yang berbasis protein, yaitu dari beberapa jenis protein virus kemudian dimasukkan ke tubuh manusia. Adapun teknologi yang diminta dikuasai Bio Farma, yaitu berbasis vektor adenovirus. “Virusnya dimasukkan ke virus lain yang lebih lemah kemudian disuntikkan ke manusia seperti vaksin AstraZeneca,” kata Budi.
Pembuat vaksin lainnya ada yang memasukkan virus itu ke simpanse sebelum disuntikkan ke manusia. Selain itu, Budi meminta Bio Farma menguasai teknologi pembuatan vaksin berbasis rekayasa genetika seperti yang dilakukan Pfizer di Jerman dan Moderna di Amerika Serikat. “Minta ke Bio Farma tolong lengkapi keempat platform vaksin itu,” ujarnya.
Adapun pengembangan vaksin Covid-19 buatan Indonesia, kata Budi, ada dua calon yang paling maju. Pertama, yaitu rintisan calon vaksin dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman bekerja sama dengan PT Bio Farma. Calon Vaksin Merah Putih itu berbasis platform sub-unit protein rekombinan. Kemudian dari kalangan perguruan tinggi yaitu calon vaksin buatan Universitas Airlangga yang bekerja sama dengan PT. Biotis. “Mudah-mudahan 2022 sudah bisa mulai uji klinis,” kata Budi.
Baca:
Hasil Riset Pamungkas Uji Vaksin Sinovac di Bandung Dilaporkan Juni