FKUI: Biaya Terapi Stem Cell untuk Pasien Covid-19 Kritis Seratus Jutaan

Minggu, 13 Juni 2021 11:27 WIB

Kata "COVID-19" tercermin dalam setetes jarum suntik dalam ilustrasi yang diambil pada 9 November 2020. [REUTERS / Dado Ruvic / Ilustrasi]

TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar Ortopedi dan Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Ismail Hadisoebroto Dilogo, membeberkan biaya yang diperlukan pasien Covid-19 kritis yang ingin menjalani terapi sel punca atau stem cell mesenkim asal tali pusat. Menurutnya, hal itu bisa dihitung berdasarkan berat badan pasien.

“Satu juta sel punca per kilogram berat badan pasien,” ujat Ismail yang juga pimpinan peneliti terapi tersebut dalam acara virtual Temu Media FKUI Peduli Covid-19, Jumat, 11 Juni 2021.

Lebih detail, Ismail menyebutkan bahwa harga satu sel punca sebesar Rp 2,2 sehingga untuk berat badan 50 kilogram membutuhkan 50 juta sel punca. Artinya biayanya bisa sekitar Rp 110 jutaan.

Selain itu, Ismail yang juga Kepala Instalasi Pelayan Terpadu Teknologi Kedokteran Sel Punca RSCM, itu menjelaskan bahwa sel punca mesenkim asal tali pusat diproduksi dari UOT TK Sel Punca RSCM-FKUI-KF.

Dia juga akan mencanangkan dan memproklamirkan bahwa Indonesia sudah memiliki bank sel punca yang berasal dari tiga sumber. “Kita mampu memproduksi sel punca sampai 72 miliar sel per tahun, sehingga jika ada yang membutuhkan kita akan dengan cepat memberikannya,” tutur Ismail.

Advertising
Advertising

Sementara, Dekan FKUI Ari Fahrial Syam, menerangkan lab khusus dan pusat produksi sel punca dan metabolit nasional yang dimiliki tim tersebut sudah mendapatkan sertifikasi Badan Obat dan Makanan (BPOM).

Namun, untuk terapi stem cell ini belum mendapatkan izin penggunaan darurat dari lembaga tersebut. “Karena saat ini masih berbasis riset. Jika memang ini disahkan, dan ada market-nya ini bisa digunakan secara luas,” kata Ari.

Soal harga, Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam di FKUI itu masih belum tahu secara pasti, karena masih berbasis penelitian. “Intinya cost pasti mahal, tapi ini untuk kasus yang sudah lost case,” ujar Ari menambahkan.

Terapi stem sel mesenkim asal tali pusat itu mampu menurunkan tingkat kematian pada pasien Covid-19 yang dirawat dengan gejala kritis. Hal tersebut dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan tim di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) bekerja sama dengan empat rumah sakit, yaitu RSCM, RSUP Persahabatan, RSPI Sulianti Saroso, dan RSUI.

Hasil penelitian yang baru diterbitkan dalam jurnal internasional TEM CELLS Translational Medicine itu menjelaskan bahwa pasien Covid-19 kategori kritis yang mendapatkan terapi tambahan memiliki tingkat keberlangsungan hidup alias survival rate 2,5 kali lipat lebih tinggi.

Jika dilihat dari penyakit penyerta, pasien yang mendapatkan terapi stem cell tersebut bahkan terukur memiliki tingkat keberlangsungan hidupnya 4,5 kali lipat daripada pasien yang terkontrol. Sebagai catatan, pasien Covid-19 kategori kritis memiliki angka mortalitas sebesar 83 persen.

Baca:
60 Warga Satu Kampung di Yogya Positif Covid-19 dari Beragam Penyebab

Berita terkait

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

5 jam lalu

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

Delegasi PBB mengevakuasi sejumlah pasien dan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

1 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

1 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

1 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

2 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

3 Alasan Banyak Pasien Berobat ke Luar Negeri

5 hari lalu

3 Alasan Banyak Pasien Berobat ke Luar Negeri

Ini strategi Bethsaida Hospital untuk menarik pasien berobat di dalam negeri

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

7 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

8 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

9 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya