Studi Penyintas Covid-19 Ungkap Alasan Perlunya Vaksinasi

Senin, 21 Juni 2021 07:27 WIB

Warga yang juga penyintas COVID-19 melakukan donor plasma konvalesen di Kantor PMI DKI Jakarta, Senin, 15 Februari 2021.TEMPO/Muhammad Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi dilakukan untuk meneliti bagaimana sistem kekebalan tubuh merespons Covid-19 pada 78 petugas kesehatan yang pernah terinfeksi, baik dengan gejala atau tanpa gejala, masing-masing 66 dan 12 pasien. Tambahan 8 pasien yang mengalami penyakit parah dimasukkan untuk perbandingan.

“Hasilnya baik bergejala atau tanpa gejala, sistem kekebalan tubuh tidak serta merta melindungi Anda dari Covid-19 dalam jangka panjang, terutama terhadap varian baru,” tertulis dalam penelitian, seperti dikutip Medicine Xpress, Minggu, 20 Juni 2021.

Studi pracetak ini dipimpin oleh University of Oxford bekerja sama dengan University of Liverpool, Sheffield, Newcastle dan Birmingham dengan dukungan dari Konsorsium Imunologi Coronavirus Inggris. Studi itu berjudul "Protective Immunity from T cells to COVID-19 in Health workers" (PITCH) yang diunggah di Research Square.

Mereka mengambil sampel darah pasien setiap bulan dari 1-6 bulan pascainfeksi untuk memeriksa elemen yang berbeda dari respons imun. Ini termasuk berbagai jenis antibodi—seperti antibodi spesifik Spike dan spesifik Nukleokapsid—yang diproduksi menargetkan berbagai bagian virus, di samping sel B, yang memproduksi antibodi dan menjaga memori tubuh tentang penyakit, serta beberapa jenis sel T.

Laporan pracetak merinci respons imun yang sangat kompleks dan bervariasi setelah infeksi Covid-19. Mereka menggunakan pendekatan pembelajaran mesin baru bernama SIMON, untuk mengidentifikasi pola rinci dalam data dan melihat apakah tingkat keparahan penyakit awal dan respons imun awal dapat memprediksi kekebalan jangka panjang.

Advertising
Advertising

Mereka menemukan tanda kekebalan awal terdeteksi satu bulan pascainfeksi dan terkait dengan imunitas seluler serta antibodi, yang memprediksi kekuatan respons imun yang diukur pada 6 bulan pasca infeksi. Ini adalah pertama kalinya tanda semacam itu ditemukan dan meningkatkan pemahaman tentang perkembangan kekebalan yang bertahan lama.

Ketika sampel serum (mengandung antibodi) yang diperoleh pascainfeksi diuji, sebagian besar sampel yang menghasilkan tanda respons imun lemah gagal menunjukkan antibodi penetralisir terhadap varian Alpha—pertama kali diidentifikasi di Inggirs—serta tak ada yang memasang respons antibodi penetralisir terhadap varian Beta, varian dari Afrika Selatan.

Hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa memori imun dari individu-individu ini tidak memberikan perlindungan yang cukup untuk mencegah infeksi ulang oleh varian-varian itu.

Sementara sebagian besar orang yang memiliki gejala penyakit memiliki respons imun yang terukur pada enam bulan pasca infeksi, sebagian kecil (26 persen) tidak. Sebagian besar orang yang mengalami penyakit tanpa gejala (92 persen) tidak menunjukkan respons imun yang terukur pada enam bulan pasca infeksi.

Menurut penelitian, hal itu menyiratkan bahwa orang yang sebelumnya telah terinfeksi Covid-19 tidak boleh berasumsi bahwa mereka secara otomatis terlindungi dari infeksi ulang. “Dan menyoroti pentingnya setiap orang mendapatkan vaksinasi Covid-19 ketika mereka ditawarkan.”

Menteri Kesehatan Inggris, Lord Bethell, menjelaskan studi yang kuat ini membahas misteri kekebalan dan pelajarannya yang sangat jelas. Masyarakat memerlukan dua suntikan untuk melindungi diri sendiri dan orang yang dicintai.

“Saya meminta siapapun yang diundang untuk divaksinasi, melangkah maju dan menyelesaikan pekerjaan. Jadi kita semua bisa keluar dari pandemi ini,” tutur Bethell.

Studi PITCH telah menemukan, pertama memori kekebalan setelah infeksi Covid-19 dapat diukur pada 6 bulan tetapi sangat bervariasi di antara orang-orang. Infeksi sebelumnya tidak selalu melindungi dalam jangka panjang dari SARS-CoV-2, terutama varian Alpha dan Beta.

Individu yang menunjukkan sedikit atau tidak ada bukti memori kekebalan terhadap Covid-19 pada 6 bulan pasca infeksi tidak dapat menetralkan varian kekhawatiran. Kedua, ahli menggunakan karakteristik respons imun pada satu bulan pascainfeksi untuk memprediksi orang mana yang akan memiliki respons imun yang tahan lama pada enam bulan.

Ketiga, orang dengan gejala Covid-19 memiliki respons imun yang bervariasi yang dapat menurun seiring waktu dan tidak selalu terlindungi dari varian SARS-CoV-2. Keempat, orang yang mengalami infeksi tanpa gejala cenderung memiliki respons imun yang lebih rendah di banyak parameter imun yang telah diukur.

Memahami kekuatan dan daya tahan respons imun terhadap infeksi alami tetap sangat relevan karena akan membantu mengurangi infeksi ulang, lebih memahami respons imun terhadap vaksinasi, dan mengatasi varian baru. Penelitian lebih lanjut akan terus memperdalam pemahaman tentang respons kekebalan dalam jangka panjang dan perlindungan terhadap Covid-19 di dunia nyata.

Studi ini memperkuat betapa pentingnya setiap orang mendapatkan vaksinasi ketika ditawarkan. Vaksin Covid-19 menghasilkan respons kekebalan yang lebih tinggi daripada infeksi alami, menggarisbawahi perlunya setiap orang untuk mendapatkan vaksinasi untuk perlindungan maksimal terhadap penyakit ini.

MEDICAL XPRESS | RESEARCH SQUARE

Baca:
Tim Peneliti Klaim Vaksin Nusantara Diminati di Negara Lain

Berita terkait

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

18 jam lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

1 hari lalu

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

Delegasi PBB mengevakuasi sejumlah pasien dan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

2 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

2 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

3 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

3 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

3 hari lalu

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

Pasien pembekuan darah pertama yang disebabkan oleh vaksin AstraZeneca adalah Jamie Scott.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

3 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Buat Jemaah Calon Haji 2024, Ini Aturan Terbaru dari Arab Saudi

3 hari lalu

Buat Jemaah Calon Haji 2024, Ini Aturan Terbaru dari Arab Saudi

Arab Saudi mewajibkan jemaah calon haji memenuhi kriteria vaksinasi dan mendapatkan izin resmi.

Baca Selengkapnya

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

4 hari lalu

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

Masih ada warga yang menganggap vaksinasi dapat menyebabkan kematian sehingga pelaksanaannya masih sering menemui kendala.

Baca Selengkapnya