Kata Kemenkes Soal PCR Kumur, Swab Antigen, dan Swab PCR

Reporter

Antara

Kamis, 8 Juli 2021 12:46 WIB

Tampilan Bio Saliva, alat tes Covid-19 dengan sampel cairan kumur yang dikembangkan PT Bio Farma. Kredit: PT Bio Farma

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan menyatakan belum mempertimbangkan penggunaan alat PCR kumur sebagai metode resmi dalam testing maupun tracing kasus baru Covid-19. "Pemeriksaan tetap memakai PCR yang selama ini dipakai," kata juru bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi saat diminta konfirmasinya, Rabu 7 Juli 2021.

Siti Nadia menjelaskan bahwa PCR kumur mengganti sampel yang biasanya diambil melalui swab dengan larutan yang dikumur. Alat PCR kumur diproduksi PT Bio Farma dengan klaim akurasi 95 persen.

Selain mempertahankan PCR konvensional yang selama ini telah ditetapkan sebagai golden standard, Siti Nadia menambahkan, metode penelusuran kasus Covid-19 di tengah masyarakat juga masih menggunakan tes cepat swab antigen. Alasannya, bisa langsung diperiksa dan didapatkan hasilnya dalam waktu singkat.

Dia membandingkan jika pelacakan kasus secara kumur akan membutuhkan waktu panjang sebab sampel dari hasil kumur harus diperiksa di laboratorium. "Kalau PCR kumur ini harus dikirim lagi sampelnya. Saya kira jadi tidak praktis karena ini masih bersifat PCR," katanya.

Sebelumnya, Sekretaris Bio Farma, Bambang Heriyanto, menjelaskan alat tes Covid-19 yang dikembangkan menggunakan sampel cairan bekas berkumur (gargled) pasien bernama Bio Saliva. Sampel diperiksa melalui reverse-transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR).

Awalnya, Bambang mengatakan, Bio Farma mengembangkan alat tes Covid-19 dengan metode sampel air liur tanpa harus berkumur, namun metode tersebut kurang akurat. Sedang alat yang sekarang disebutnya memiliki sensitivitas yang cukup tinggi, hingga 95 persen.

Advertising
Advertising

Dia merekomendasikan Bio Saliva sebagai alternatif dari gold standard swab nasofaring-orofaring menggunakan PCR Kit. “Bio Saliva ini bisa untuk menentukan hasil positif atau negatif yang sama seperti penentuan positif atau negatif pada uji PCR Covid-19,” tutur Bambang.

Diluncurkan awal bulan ini, Bio Saliva sudah dapat digunakan di sebagian laboratorium di Jakarta. “Bio Saliva sendiri sudah mendapatkan izin dari Kemenkes sejak 1 April 2021.”

Bio Farma gencar mempromosikan pemanfaatan PCR kumur tersebut di media sosial, salah satunya lewat akun Instagram @gsilab.id. Pemanfaatan alat tersebut dibanderol seharga Rp 799 ribu per pengguna selama masa promosi berlangsung.

Baca juga:
Peneliti GeNose UGM Bantah Izin Edar Ditarik

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

3 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

9 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

15 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

18 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

1 hari lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

4 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

8 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya