Rekor di Inggris, 821 Ribu Siswa Absen dalam Sehari karena Covid-19

Reporter

Terjemahan

Kamis, 15 Juli 2021 15:34 WIB

Staf membuat persiapan untuk menerima kembali murid pada hari Senin di Pitlochry High School, Pitlochry Scotland, Inggris, 19 Februari 2021 [REUTERS / Russell Cheyne]

TEMPO.CO, Jakarta - Satu dari sembilan siswa sekolah 'negeri' di Inggris absen karena alasan yang terkait dengan Covid-19 pada pekan lalu. Proporsi absensi itu adalah yang terbesar sejak sekolah-sekolah dibuka kembali sejak Maret lalu. Penyebabnya, aturan baru karantina anak atau siswa.

Sebanyak lebih dari 821 ribu anak-anak tidak hadir di sekolah karena alasan Covid-19 pada Kamis 8 Juli 2021. Angka siswa absen yang setara 11,1 persen itu naik dari 5,1 persen pada 24 Juni dan 8,5 persen pada 1 Juli.

Data Departemen Pendidikan yang disampaikan Selasa 14 Juli 2021 menyebut 39 ribu siswa tak datang ke sekolah pada Rabu karena terkonfirmasi positif terinfeksi Covid-19. Sebanyak 5 ribu juga diharuskan isolasi di rumah karena diduga terjangkit penyakit itu.

Sisanya, sebanyak 747 ribu anak, terhadang kewajiban isolasi mandiri yang sama. Berdasarkan aturan terbaru yang mulai berlaku pekan lalu, anak-anak itu semua harus menjalani karantina selama 10 hari jika ada yang terkonfirmasi positif Covid-19 dalam lingkungan 'bubble' mereka.

Lingkungan 'bubble' itu bisa mencakup satu isi kelas atau bahkan satu angkatan. Menteri Pendidikan Inggris Gavin Williamson menetapkan kebijakan itu di sekolah dan kampus.

Advertising
Advertising

Kebijakan itu menuai pro dan kontra. Mereka yang kontra memandang peristiwa Rabu berdampak ke sektor bisnis dan layanan publik. Alasannya, para orang tua harus tinggal di rumah untuk menjaga atau merawat anak-anaknya itu.

Di antara kalangan itu adalah Geoff Barton, Sekretaris Jenderal Asosiasi Kepala Sekolah dan Kampus. Menurutnya, krisis di sekolah dan kampus semakin dalam gara-gara kebijakan guru yang harus memulangkan sejumlah besar siswa untuk isolasi, meski anak-anak itu belum tentu terinfeksi.

Para siswa tiba di Sekolah Dasar Holne Chase pada hari pertama sekolah mereka, di tengah wabah penyakit virus corona (COVID-19), di Milton Keynes, Inggris, 3 September 2020. [REUTERS / Andrew Boyers]

Chris McGovern, Ketua Campaign for Real Education, lebih pedas dengan menilai kebijakan Barton menjadikan pengelolaan sekolah di Inggris menjadi berantakan tak keruan. Seharusnya, kata dia, hanya anak yang terkonfirmasi positif dan sakit yang diharuskan absen. "Yang lainnya harus mulai mengejar pembelajaran yang sudah tertinggal sepanjang pandemi," katanya.

<!--more-->

Adapun Barton menyatakan kebijakan karantina di lingkungan 'bubble' siswa sepenuhnya akan menjadi opsi bagi sekolah saat pemerintah Inggris mencabut lockdown per Senin pekan depan, 19 Juli 2021.

Keputusan pencabutan pembatasan sosial sepenuhnya itu pun tak lepas dari pro dan kontra. Kalangan dokter dan ilmuwan menyuarakan kecemasannya tentang varian virus Covid-19 yang masih berpotensi meledakkan kembali kasus baru penularan dan dampaknya bagi rumah sakit-rumah sakit.

"Kami akan melalui kembali masa-masa sebelumnya," kata Alison Pittard dari Fakultas Kedokteran Layanan Intensif, "Tapi kali ini dengan jumlah pasien yang akan lebih luas."

Azra Ghani dari Imperial College London senada. Dia menggambarkan keputusan yang sudah dibuat Perdana Menteri Boris Johnson itu memprihatinkan karena bersamaan dengan penularan kasus Covid-19 yang meningkat cepat disertai peningkatan tingkat keterisian ranjang pasien di rumah sakit di seluruh Inggris Raya.

Menurutnya, ketidakpastian dampak dari kebijakan 'membebaskan penularan' saat ini sangat tinggi. "Apa yang sudah pasti akan terjadi adalah kemungkinen besar melonjaknya jumlah pasien di rumah sakit dan kematian."

Pada Selasa lalu, Inggris telah melaporkan sebanyak 6.660 kasus baru Covid-19. Pemodelan oleh institusi pemerintah menunjukkan lebih dari 1.000 orang per hari akan mengalir ke rumah sakit pasca-lockdown dicabut dan lebih dari 100 orang per hari yang meninggal.

Wali Kota London, Sadiq Khan, mengatasi pro dan kontra itu dengan mengatakan masker dan face shield akan tetap wajib di dalam sarana transportasi di kota itu selepas lockdown dicabut 19 Juli nanti. "Kita tahu dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) kalau mengenakan penutup wajah, terutama di ruang tertutup ketika Anda tidak bisa menjaga jarak, akan mengurangi potensi penularan," katanya Rabu.

NEW SCIENTIST | DAILY MAIL

Baca juga:
Covid-19 di Eropa Meningkat Lagi, Laga Euro 2020 Picu Superspreader?

Berita terkait

Irlandia Kewalahan Hadapi Naiknya Jumlah Imigran

15 jam lalu

Irlandia Kewalahan Hadapi Naiknya Jumlah Imigran

Dampak dari diloloskannya RUU Safety of Rwanda telah membuat Irlandia kebanjiran imigran yang ingin meminta suaka.

Baca Selengkapnya

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

1 hari lalu

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

Percepatan bantuan militer senilai US$6 miliar ke Ukraina mencerminkan kepanikan yang dirasakan oleh pemerintahan Joe Biden dan Kongres AS

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

1 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

1 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

2 hari lalu

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

Serangan Israel ke Gaza telah meninggalkan sekitar 37 juta ton puing di wilayah padat penduduk, menurut Layanan Pekerjaan Ranjau PBB

Baca Selengkapnya

Gibran Dorong Program CSR Lebih Banyak Diarahkan ke Sekolah-Sekolah

2 hari lalu

Gibran Dorong Program CSR Lebih Banyak Diarahkan ke Sekolah-Sekolah

Gibran mengatakan para penerima sepatu gratis itu sebagian besar memang penerima program Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

2 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Gibran Ajak Perusahaan Sepatu Lokal Bantu Siswa Kurang Mampu

2 hari lalu

Gibran Ajak Perusahaan Sepatu Lokal Bantu Siswa Kurang Mampu

Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka menggandeng perusahaan sepatu lokal membantu siswa kurang mampu dengan memberikan alas kaki sekolah.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

3 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

3 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya