Studi: Antibodi Penerima Vaksin Pfizer 10 Kali Lipat daripada Sinovac

Senin, 19 Juli 2021 12:49 WIB

Sandra Lindsay, seorang perawat dari Long Island Jewish Medical Center saat diberikan vaksin Covid-19 Pfizer oleh Dr. Michelle Chester di New Hyde Park, New York, 14 Desember 2020. Suntikan pertama vaksinasi Covid-19 massal Amerika Serikat akan diberikan pada Senin pagi setelah Pfizer Inc dan mitranya memulai pengiriman vaksin Covid-19 ke seluruh negara bagian. Mark Lennihan/Pool via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Penelitian di University of Hong Kong mengungkap bahwa mereka yang menerima vaksinasi menggunakan vaksin Covid-19 Pfizer memiliki jumlah antibodi sepuluh kali lipat daripada pengguna vaksin Sinovac. Studi ini menambah data tentang efektivitas suntikan vaksin Covid-19 yang berbeda.

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 1.442 petugas kesehatan yang telah divaksinasi itu telah dipublikasi di Lancet Microbe pada Kamis, 15 Juli 2021. Di dalamnya dijelaskan bahwa antibodi bukan satu-satunya ukuran keberhasilan vaksin dalam memerangi penyakit tertentu.

“Tapi, perbedaan konsentrasi antibodi penetralisir yang diidentifikasi dalam penelitian kami dapat diterjemahkan ke dalam perbedaan substansial dalam efektivitas vaksin,” tertulis dalan penelitian itu, seperti dikutip Medical Xpress, 16 Juli 2021.

Hasil penelitian itu juga memaparkan bahwa mereka yang menerima suntikan vaksin Covid-19 Sinovac terdata memiliki tingkat antibodi yang mirip atau lebih rendah dari yang terlihat pada pasien yang tertular penyakit itu dan berhasil sembuh.

Studi ini menambah semakin banyak bukti bahwa vaksin yang menggunakan teknologi mRNA—seperti Pfixer dan Moderna—menawarkan perlindungan yang lebih baik terhadap SARS-CoV-2, virus corona penyebab Covid-19, termasuk variannya. Namun, tetap, vaksin yang yang dikembangkan dengan metode virus tidak aktif yang tradisional seperti Sinovac, lebih murah untuk diproduksi dan tidak rumit untuk diangkut dan disimpan, menjadikannya alat penting untuk memerangi pandemi di negara-negara berkembang.

Advertising
Advertising

Ahli epidemiologi Ben Cowling, salah satu penulis laporan itu, menerangkan, orang-orang harus tetap mendapatkan vaksinasi Covid-19 dengan Sinovac jika tidak ada pilihan lain. Alasannya, beberapa perlindungan selalu lebih baik daripada tidak sama sekali.

"Jelas lebih baik pergi dan divaksinasi dengan vaksin yang kurang aktif daripada menunggu dan tidak divaksinasi. Banyak nyawa telah diselamatkan oleh vaksin itu," katanya.

Para peneliti mengatakan data mereka menyarankan strategi alternatif seperti suntikan booster mungkin diperlukan untuk meningkatkan perlindungan bagi mereka yang telah menerima vaksin Sinovac. Menurut Cowling, kapan harus memberikan suntikan booster akan menjadi fase berikutnya dari studi mereka yang sedang berlangsung.

"Prioritasnya adalah vaksin booster untuk orang yang menerima vaksin Sinovac sementara untuk orang yang awalnya menerima Pfizer mungkin tidak begitu mendesak," katanya.

MEDICAL XPRESS | AFP | LANCET MICROBE

Baca juga:
Singapura Ragukan Vaksin Sinovac, Kasus Indonesia Jadi Rujukan

Berita terkait

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

1 hari lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

2 hari lalu

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin buka suara soal efek samping langka dari vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

2 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

2 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

2 hari lalu

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

Pasien pembekuan darah pertama yang disebabkan oleh vaksin AstraZeneca adalah Jamie Scott.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

2 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

4 hari lalu

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

Perusahaan farmasi AstraZeneca digugat dalam gugatan class action atas klaim bahwa vaksin Covid-19 produksinya menyebabkan kematian dan cedera serius

Baca Selengkapnya

Hong Kong Meluncurkan Tiket Bus Khusus untuk Wisatawan

7 hari lalu

Hong Kong Meluncurkan Tiket Bus Khusus untuk Wisatawan

Mulai Sabtu, 27 Juli 2024, salah satu operator bus di Hong Kong menerapkan tiket satu hari tanpa batas untuk wisatawan

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Begini Komentar Gregoria Mariska Tunjung Sumbang Poin Pertama untuk Indonesia saat Lawan Hong Kong

8 hari lalu

Hasil Piala Uber 2024: Begini Komentar Gregoria Mariska Tunjung Sumbang Poin Pertama untuk Indonesia saat Lawan Hong Kong

Gregoria Mariska Tunjung mengalahkan Yeng Sum Yee dalam 32 menit untuk memastikan satu poin bagi Indonesia lawan Hong Kong di Grup c Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

13 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya