Prinsip Kerja Oxygen Concentrator Hasil Pengembangan Peneliti ITS

Sabtu, 7 Agustus 2021 06:58 WIB

Alat Oxygen Concentrator yang dikembangkan dosen dan peneliti lintas Departemen dan Fakultas di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya. Kredit: Humas ITS

TEMPO.CO, Jakarta - Para peneliti dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, berhasil mengembangkan alat Oxygen Concentrator untuk membantu pasien Covid-19. Ketua tim riset Fadlilatul Taufany dari Departemen Teknik Kimia ITS menjelaskan prinsip kerja dan evaluasi dalam pengembangan alat tersebut.

Menurut Taufany yang juga dosen di Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem ITS itu, prinsip kerja Oxygen Concentrator adalah mengambil udara dan memurnikannya dari kandungan nitrogennya melalui teknologi pressure swing adsorption (PSA).

“Untuk digunakan oleh orang-orang yang memerlukan oksigen medis karena tingkat rendah oksigen dalam darah mereka,” ujar dia saat dihubungi Jumat malam, 6 Agustus 2021.

Proses kerjanya, mengambil udara dari udara bebas dan melalui filter. Lalu mengompresi udara tersebut, sementara mekanisme pendingin terus berjalan agar menjaga konsentrator dari overheating, dan meningkatkan performa PSA.

Selanjutnya, proses menghapus/menangkap nitrogen udara melalui filter zeolite PSA, kemudian menyesuaikan dan pengaturan tekanan, serta memberikan oksigen yang telah dikonsentrasikan (93 ± 3 persen) melalui hidung dengan masker khusus. “Oxygen Concentrator ini menghasilkan hingga 95,5 persen oksigen pekat,” katanya.

Advertising
Advertising

Konsentrator oksigen yang biasanya menggunakan teknologi PSA ini, digunakan sangat luas untuk penyediaan oksigen dalam aplikasi perawatan kesehatan, terutama di mana oksigen cair atau bertekanan terlalu berbahaya atau tidak nyaman, seperti di rumah atau di klinik portable. “Untuk keperluan lain ada juga konsentrator yang berbasis pada teknologi membran,” tutur Taufany.

Namun, alat yang dibuat tim riset konsorsium beranggotakan dosen dan peneliti lintas Departemen dan Fakultas di ITS ini masih memiliki kelemahan. Di antaranya belum ada unit air dryer untuk mengambil moisture udara hingga dew point – 20 °C, yang membahayakan kinerja zeolit PSA, dan kurang sesuai pada daerah tropis.

Taufany yang merupakan peraih Ph.D Nanoteknologi dari National Taiwan University of Science and Technology itu menambahkan kelemahan lainnya, yaitu belum ada fitur nebulizer yang pada kondisi tertentu diperlukan saat penanganan. Selain itu masih bersifat personal use, kurang fleksibel pada penanganan klaster keluarga.

“Serta belum ada fitur IoT based on hand-held respiratory-rate counter dan pulse-oximetry device yang membantu mendeteksi/mengamati kadar oksigen dalam darah selama penanganan,” tutur Taufany.

Baca:
Peneliti ITS Kembangkan Oxygen Concentrator untuk Bantu Pasien Covid-19

Berita terkait

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

23 jam lalu

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.

Baca Selengkapnya

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

1 hari lalu

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.

Baca Selengkapnya

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

2 hari lalu

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

Di Indonesia diperkirakan terdapat 200 ribu spesies jamur, yang di antaranya mampu memproduksi enzim.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

2 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

2 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Bambang Pramujati Resmi Dilantik Sebagai Rektor ITS Periode 2024-2029

3 hari lalu

Bambang Pramujati Resmi Dilantik Sebagai Rektor ITS Periode 2024-2029

ITS melantik Bambang Pramujati sebagai rektor baru periode 2024-2029, menggantikan Mochamad Ashari.

Baca Selengkapnya

5 Hal yang Perlu Dipersiapkan untuk Pelihara Ikan di Akuarium Air Asin

4 hari lalu

5 Hal yang Perlu Dipersiapkan untuk Pelihara Ikan di Akuarium Air Asin

Akuarium air asin memerlukan salinitas, derajat keasaman, hingga perawatan tertentu agar zat kimia seperti amonia, nitrit, dan nitrat tidak masuk ke dalam airnya.

Baca Selengkapnya

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

7 hari lalu

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

Baca Selengkapnya

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

8 hari lalu

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

Hari Kekayaan Intelektual Sedunia diperingati setiap 26 April. Begini latar belakang penetapannya.

Baca Selengkapnya

ITS Buka Jalur Mandiri, Bisa Bebas Uang Pangkal dan Bisa Pakai KIP Kuliah

8 hari lalu

ITS Buka Jalur Mandiri, Bisa Bebas Uang Pangkal dan Bisa Pakai KIP Kuliah

Cara daftar jalur mandiri ITS untuk dapat beasiswa bebas uang pangkal.

Baca Selengkapnya