TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, berhasil mengembangkan alat Oxygen Concentrator. Alat ini diprakarsai oleh tim riset konsorsium beranggotakan dosen dan peneliti lintas Departemen dan Fakultas di ITS untuk membantu penanganan pasien Covid-19.
Ketua tim riset Fadlilatul Taufany dari Departemen Teknik Kimia, ITS, menjelaskan, Oxygen Concentrator merupakan perangkat teknologi yang bekerja secara selektif. “Memisahkan kandungan gas oksigen dalam udara bebas dari kandungan gas nitrogennya, sehingga bisa didapatkan konsentrasi pasokan gas oksigen yang diperkaya,” ujar dia saat dihubungi, Jumat malam, 6 Agustus 2021.
Produk gas oksigen ini kemudian disimpan dalam tabung gas penampung untuk selanjutnya digunakan oleh pasien yang membutuhkan suplai oksigen eksternal. “Sehingga meningkatkan saturasi oksigen dalam darahnya kembali ke batas normal yang aman bagi kesehatannya,” kata dosen Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem, ITS itu.
Terapi oksigen direkomendasikan untuk semua pasien Covid-19 yang parah dan kritis. Dosisnya rendah, mulai dari 1-2 L/menit (LPM) pada anak-anak dan mulai 5 L/menit pada orang dewasa dengan kanula hidung, laju aliran sedang digunakan dengan masker Venturi (6-10 LPM); atau kecepatan aliran lebih tinggi (10-15 LPM) menggunakan masker dengan kantong penampung.
Selain itu, oksigen dapat diberikan pada laju aliran yang lebih tinggi dan dalam konsentrasi yang lebih tinggi, menggunakan perangkat kanula hidung (HFNC) aliran tinggi, ventilasi non-invasif (NIV) dan perangkat ventilasi invasif. “Oxygen Concentrator adalah perangkat medis mandiri bertenaga listrik yang dirancang mengkonsentrasikan oksigen dari udara sekitar,” tutur Taufany.
Memanfaatkan proses yang dikenal sebagai pressure swing adsorption (PSA), Oxygen Concentrator menghasilkan hingga 95,5 persen oksigen pekat untuk kemudian digunakan oleh orang-orang yang memerlukan oksigen medis karena tingkat (saturasi) oksigen yang rendah dalam darah mereka.
Taufany yang juga Kepala Sub Direktorat Riset dan Publikasi Ilmiah Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) ITS itu menjelaskan pihaknya membuat alat itu karena ketersediaan tabung oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan jumlah pasien terinfeksi Covid-19 yang meningkat. Juga karena tidak siapnya kapasitas produksi oksigen untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat pesat.
“Dengan teknologi ini pasien tidak perlu lagi melakukan pengisian ulang gas oksigen,” kata lulusan Ph.D Nanoteknologi dari National Taiwan University of Science and Technology itu.
Dalam pengembangan purwarupa teknologi Oxygen Concentrator ini, tim ITS juga melakukan branding dengan berbagai desain open source yang ada di manca negara, di antaranya Project Appollo dengan kapasital 5L/min dan kemurnian 90 persen, Oxikit dengan kapasitas 25L/min dan kemurnian 92 persen, serta Marut dengan kapasitas 10L/min dengan kemurnian 92 persen.
Baca:
Erupsi Gunung Merapi Hari Ini, Hujan Abu di Lima Wilayah