Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Peneliti ITS Kembangkan Oxygen Concentrator untuk Bantu Pasien Covid-19

image-gnews
Alat Oxygen Concentrator yang dikembangkan dosen dan peneliti lintas Departemen dan Fakultas di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya. Kredit: Humas ITS
Alat Oxygen Concentrator yang dikembangkan dosen dan peneliti lintas Departemen dan Fakultas di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya. Kredit: Humas ITS
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, berhasil mengembangkan alat Oxygen Concentrator. Alat ini diprakarsai oleh tim riset konsorsium beranggotakan dosen dan peneliti lintas Departemen dan Fakultas di ITS untuk membantu penanganan pasien Covid-19.

Ketua tim riset Fadlilatul Taufany dari Departemen Teknik Kimia, ITS, menjelaskan, Oxygen Concentrator merupakan perangkat teknologi yang bekerja secara selektif. “Memisahkan kandungan gas oksigen dalam udara bebas dari kandungan gas nitrogennya, sehingga bisa didapatkan konsentrasi pasokan gas oksigen yang diperkaya,” ujar dia saat dihubungi, Jumat malam, 6 Agustus 2021.

Produk gas oksigen ini kemudian disimpan dalam tabung gas penampung untuk selanjutnya digunakan oleh pasien yang membutuhkan suplai oksigen eksternal. “Sehingga meningkatkan saturasi oksigen dalam darahnya kembali ke batas normal yang aman bagi kesehatannya,” kata dosen Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem, ITS itu.

Terapi oksigen direkomendasikan untuk semua pasien Covid-19 yang parah dan kritis. Dosisnya rendah, mulai dari 1-2 L/menit (LPM) pada anak-anak dan mulai 5 L/menit pada orang dewasa dengan kanula hidung, laju aliran sedang digunakan dengan masker Venturi (6-10 LPM); atau kecepatan aliran lebih tinggi (10-15 LPM) menggunakan masker dengan kantong penampung.

Selain itu, oksigen dapat diberikan pada laju aliran yang lebih tinggi dan dalam konsentrasi yang lebih tinggi, menggunakan perangkat kanula hidung (HFNC) aliran tinggi, ventilasi non-invasif (NIV) dan perangkat ventilasi invasif. “Oxygen Concentrator adalah perangkat medis mandiri bertenaga listrik yang dirancang mengkonsentrasikan oksigen dari udara sekitar,” tutur Taufany.

Memanfaatkan proses yang dikenal sebagai pressure swing adsorption (PSA), Oxygen Concentrator menghasilkan hingga 95,5 persen oksigen pekat untuk kemudian digunakan oleh orang-orang yang memerlukan oksigen medis karena tingkat (saturasi) oksigen yang rendah dalam darah mereka. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Taufany yang juga Kepala Sub Direktorat Riset dan Publikasi Ilmiah Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) ITS itu menjelaskan pihaknya membuat alat itu karena ketersediaan tabung oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan jumlah pasien terinfeksi Covid-19 yang meningkat. Juga karena tidak siapnya kapasitas produksi oksigen untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat pesat.

“Dengan teknologi ini pasien tidak perlu lagi melakukan pengisian ulang gas oksigen,” kata lulusan Ph.D Nanoteknologi dari National Taiwan University of Science and Technology itu.

Dalam pengembangan purwarupa teknologi Oxygen Concentrator ini, tim ITS juga melakukan branding dengan berbagai desain open source yang ada di manca negara, di antaranya Project Appollo dengan kapasital 5L/min dan kemurnian 90 persen, Oxikit dengan kapasitas 25L/min dan kemurnian 92 persen, serta Marut dengan kapasitas 10L/min dengan kemurnian 92 persen.

Baca:
Erupsi Gunung Merapi Hari Ini, Hujan Abu di Lima Wilayah

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Terkini: Viral Cokelat Rp 1 Juta Kena Pajak Rp 9 Juta Ini Tanggapan Bea Cukai, Kata Jokowi soal Pabrik Sepatu Bata yang Tutup

11 jam lalu

Ilustrasi cokelat (pixabay.com)
Terkini: Viral Cokelat Rp 1 Juta Kena Pajak Rp 9 Juta Ini Tanggapan Bea Cukai, Kata Jokowi soal Pabrik Sepatu Bata yang Tutup

Bea Cukai menanggapi unggahan video Tiktok yang mengaku mengirim cokelat dari luar negeri senilai Rp 1 juta dan dikenakan bea masuk Rp 9 juta.


Gojek Luncurkan Penawaran Langganan Gojek Plus dengan Diskon hingga Rp 12 Ribu

14 jam lalu

Dari kiri Head of Marketing Food and Ads Gojek Ignatius Satrio, VP of Regions Gojek Gede Mandala dan Head of Marketing Transport and Logistic Gojek Theresia Nadya saat meluncurkan penawaran langganan customer Gojek PLUS di Habitate Jakarta, Setiabudi, Jakarta Selatan pada Selasa, 7 April 2024. TEMPO/Desty Luthfiani.
Gojek Luncurkan Penawaran Langganan Gojek Plus dengan Diskon hingga Rp 12 Ribu

Bagi pelanggan yang sudah berlangganan Go Plus otomatis akan beralih ke Gojek Plus.


Serikat Pekerja Kampus Sebut Banyak Dosen Bermimpi Jadi Komisaris Akibat Gaji Rendah

19 jam lalu

10.1_NAS_dosendemo
Serikat Pekerja Kampus Sebut Banyak Dosen Bermimpi Jadi Komisaris Akibat Gaji Rendah

Gaji mayoritas dosen yang masih di bawah Rp 3 juta membuat mereka tergiur dengan jabatan yang ditawarkan secara politis oleh penguasa.


Mayoritas Dosen Bergaji di Bawah Rp 3 Juta, Serikat Pekerja Kampus Ungkap Sederet Permasalahannya

1 hari lalu

Ilustrasi dosen sedang mengajar. shutterstock.com
Mayoritas Dosen Bergaji di Bawah Rp 3 Juta, Serikat Pekerja Kampus Ungkap Sederet Permasalahannya

Hasil penelitian Serikat Pekerja Kampus menemukan mayoritas dosen masih berpenghasilan di bawah Rp 3 juta pada kuartal pertama 2023.


Fenomena Flexing Mahasiswa KIP Kuliah di Media Sosial, Ini Kata Dosen Unair

1 hari lalu

Ilustrasi Media Sosial. Kredit: Forbes
Fenomena Flexing Mahasiswa KIP Kuliah di Media Sosial, Ini Kata Dosen Unair

Banyak yang mempertanyakan kelayakan mahasiswa tersebut sebagai penerima bantuan biaya KIP Kuliah.


Dosen UPN Veteran Yogyakarta Akui Dugaan Kekerasan Seksual, Ini Sanksi Kampus

1 hari lalu

Ilustrasi kekerasan seksual. Freepik.com
Dosen UPN Veteran Yogyakarta Akui Dugaan Kekerasan Seksual, Ini Sanksi Kampus

Beredar surat permohonan maaf seorang dosen UPN Veteran Yogyakarta (UPNVYK) terkait dugaan kekerasan seksual kepada seorang mahasiswi kampus tersebut.


Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

2 hari lalu

Vaksin AstraZeneca menjadi satu di antara vaksin yang digunakan banyak negara termasuk Indonesia dalam melawan pandemi virus corona. Sarah Gilbert juga melepas hak paten dalam proses produksi vaksin tersebut, sehingga harga vaksin bisa lebih murah. Sarah dan sejumlah ilmuwan yang terlibat dalam pembuatan vaksin telah dianugrahi gelar kebangsawanan oleh Ratu Elizabeth II tahun ini. REUTERS
Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.


Inovasi Desain Jembatan dari Unej Menang di Singapura, Ungguli UGM, ITS, NTU, dan ITB

2 hari lalu

Anggota tim mahasiswa Teknik Sipil Universitas Jember atau Unej (dari kiri) Bima Satria Yudhanto, Carel Aditya Saputra, dan Daniel Chrisna Putra. Mereka memenangi Bridge Design Competition (BDC) 2024 yang diselenggarakan Nanyang Technological University Singapore . Foto: Humas Universitas Jember
Inovasi Desain Jembatan dari Unej Menang di Singapura, Ungguli UGM, ITS, NTU, dan ITB

Tim mahasiswa Teknik Sipil Universitas Jember (Unej)menangi kompetisi gelaran Nanyang Technological University (NTU) Singapura.


UTBK SNBT 2024 Hari Kelima, Dirjen Dikti Pantau Kesiapan dan Pengawasan di ITS

3 hari lalu

Arsip foto gerbang pintu masuk kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. ANTARA/HO-Humas ITS.
UTBK SNBT 2024 Hari Kelima, Dirjen Dikti Pantau Kesiapan dan Pengawasan di ITS

Dirjen Dikti memantau pelaksanaan UTBK SNBT di ITS.


Mayoritas Dosen Bergaji di Bawah Rp 3 Juta, Begini Respons Pemerintah

3 hari lalu

Ilustrasi dosen sedang mengajar. shutterstock.com
Mayoritas Dosen Bergaji di Bawah Rp 3 Juta, Begini Respons Pemerintah

Serikat Pekerja Kampus (SPK) menyebut mayoritas dosen bergaji di bawah Rp 3 juta.