Peneliti LIPI Ungkap Penyebab Gempa Tsunami Pagai 2010

Selasa, 10 Agustus 2021 13:58 WIB

Jalan aspal yang terbelah pasca gempa bumi 7,9 SR di Provinsi Bengkulu, Jumat, 12 September 2007. Gempa disusul dengan gelombang pasang yang membanjiri sedikitnya 300 rumah penduduk dan bangunan publik di Pulau Pagai, Kepulauan Mentawai sampai setinggi 1 meter. Dok TEMPO

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Penelitian Laut Dalam di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Nugroho Dwi Hananto, dan tim mengungkap penyebab gempa dan tsunami yang melanda Pulau Pagai pada 2010. Hasil riset itu dipublikasi pada 2020.

Menurut Nugroho, gempa yang menyebabkan tsunami pada tahun 2010 di Pagai itu dihasilkan oleh pergerakan vertikal secara tiba-tiba perbukitan di palung samudera. “Pergerakan itu akibat penjalaran energi gempa pada zona megathrust,” katanya di laman LIPI, 7 Agustus 2021.

Punggungan perbukitan itu berada pada palung di Samudera Hindia sebelah barat Kepulauan Mentawai akibat aktivitas penunjaman atau subduksi lempeng Indo-Australia di bawah lempeng benua Eurasia.

Kesimpulan soal penyebab gempa dan tsunami Pagai 2010 itu berdasarkan analisis data seismik refleksi yang dihasilkan dari survei MegaTera pada Mei-Juni 2015. Nugroho dan timnya memanfaatkan kapal riset Falkor dari Schmidt Ocean Institute yang dikombinasikan dengan data batimetri. Survei melibatkan LIPI, Institut de Physique du Globe de Paris, Earth Observatory of Singapore dan Schmidt Ocean Institute.

Data seismik refleksi dilakukan pada lintasan yang memotong secara tegak lurus palung Samudera Hindia yang mengalami pergeseran maksimum akibat gempa 2010. Hasil pengamatan menggambarkan adanya beberapa pasangan sesar naik aktif akibat aktivitas subduksi megathrust.

Pasangan sesar aktif ini membentuk barisan perbukitan sejajar palung. Pergerakan vertikal dari struktur tersebut pada saat terjadinya gempa 2010 secara efektif membangkitkan tsunami yang melanda Pulau Pagai dan sekitarnya. Pemodelan tsunami secara numerik berdasarkan model ini memberikan kesesuaian yang baik dengan pengamatan ketinggian tsunami di Pulau Pagai.

Advertising
Advertising

Pada 25 Oktober 2010 terjadi gempa bermagnitudo 7,8 yang memicu terjadinya tsunami setinggi 8 meter lebih di Pulau Pagai dan sekitarnya. Kejadian itu merenggut 400-an korban jiwa.

Belakangan dekat dengan sumber gempa 2010 itu, muncul lagi lindu bermagnitudo 5,9. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat gempa itu pada Selasa, 3 Agustus 2021 pukul 05.48 WIB. Lokasinya berjarak sekitar 25 kilometer arah barat Pulau Pagai Selatan dari kedalaman 21 kilometer.

Guncangan gempa terasa kuat dengan skala intensitas IV-V MMI di Pulau Pagai Selatan. Gempa juga dirasakan sampai ke Padang, Pariaman, dan Kota Bengkulu dengan getaran yang lebih lemah. Pemicu gempa itu menurut BMKG berasal dari zona megathrust segmen Mentawai-Pagai, dengan mekanisme naik akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia terhadap Lempeng Eurasia.

Baca:
Gempa lagi dari Laut Selatan Malam Ini, Guncangannya dari Cilacap sampai Pacitan

Berita terkait

Gempa Terkini Kembali Getarkan Bawean, Kenapa Masih Terus Terjadi?

14 jam lalu

Gempa Terkini Kembali Getarkan Bawean, Kenapa Masih Terus Terjadi?

BMKG mencatat gempa terkini yang guncangannya bisa dirasakan terjadi di Bawean, Gresik, Jawa Timur, pada Minggu pagi ini, 5 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Bima NTB Diguncang Gempa Magnitudo 4,9, Dampak Pergerakan Lempeng Indo-Australia

1 hari lalu

Bima NTB Diguncang Gempa Magnitudo 4,9, Dampak Pergerakan Lempeng Indo-Australia

Gempa M4,9 di area Bima, NTB, dipicu aktivitas lempeng Indo-Australia. Tidak ada gempa susulan dan tidak berpotensi tsunami.

Baca Selengkapnya

Warga Jawa Barat Rasakan 6 Gempa Sepanjang April 2024, Sebenarnya Terjadi 106 Kali

1 hari lalu

Warga Jawa Barat Rasakan 6 Gempa Sepanjang April 2024, Sebenarnya Terjadi 106 Kali

BMKG mencatat 106 kali gempa di Jawa Barat pada April 2024. Dari 6 guncangan yang terasa, gempa Garut M6,2 jadi yang paling besar.

Baca Selengkapnya

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

2 hari lalu

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.

Baca Selengkapnya

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

2 hari lalu

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.

Baca Selengkapnya

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

3 hari lalu

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

Di Indonesia diperkirakan terdapat 200 ribu spesies jamur, yang di antaranya mampu memproduksi enzim.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

3 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

3 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

4 Kali Gempa Menggoyang Garut dari Berbagai Sumber, Ini Data BMKG

4 hari lalu

4 Kali Gempa Menggoyang Garut dari Berbagai Sumber, Ini Data BMKG

Garut dan sebagian wilayah di Jawa Barat kembali digoyang gempa pada Rabu malam, 1 Mei 2024. Buat Garut ini yang keempat kalinya sejak Sabtu lalu.

Baca Selengkapnya

Gempa Magnitudo 4,2 di Kabupaten Bandung Diikuti Dua Lindu Susulan

4 hari lalu

Gempa Magnitudo 4,2 di Kabupaten Bandung Diikuti Dua Lindu Susulan

BMKG melaporkan gempa berkekuatan M4,2 di Kabupaten Bandung. Ditengarai akibat aktivitas Sesar Garut Selatan. Tidak ada laporan kerusakan.

Baca Selengkapnya