Tanpa Indikator Kematian Saat Turunkan Level PPKM, Ini Kata Guru Besar FKUI

Rabu, 11 Agustus 2021 21:23 WIB

Polisi dan petugas Dishub membuka pembatas jalan penyekatan di kawasan Jalan Fatmawati, Jakarta, Rabu, 11 Agustus 2021. Kebijakan ganjil-genap di masa PPKM Level 4 itu tidak diberlakukan untuk motor. ANTARA/Reno Esnir

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah memutuskan tidak memasukkan indikator kematian sebagai pertimbangan menurunkan level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Level 4 menjadi 3 di beberapa wilayah. Keputusan itu diumumkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Senin, 9 Agustus 2021.

Guru Besar di Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Tjandra Yoga Aditama, memberikan beberapa catatan mengenai kebijakan tersebut. “Ada lima tanggapan sesuai informasi angka kematian dan penilaian situasi atau levelnya,” ujar dia saat dihubungi, Rabu, 11 Agustus 2021.

Pertama, menurut Tjandra Yoga, kematian tentu adalah hal amat penting, karena kalau sudah meninggal tentu tidak bisa kembali lagi. Tanggapan kedua, untuk berbagai penyakit di dunia, data kematian merupakan indikator epidemiologik utama.

Ketiga, Tjandra Yoga yang merupakan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara periode 2018-2020 itu melanjutkan, angka kematian di Indonesia yang tinggi. Pada waktu India sedang tinggi-tingginya kasus, dia menambahkan, jumlah kematian paling tinggi sekitar 5 ribu sehari.

“Penduduk India 4 kali Indonesia, jadi kalau jumlah kematian kemarin, per 10 Agustus, adalah 2 ribu orang, maka kalau dikali 4 angkanya menjadi 8 ribu,” tutur Tjandra Yoga.

Advertising
Advertising

Sementara, tanggapan keempat, pada waktu awal PPKM Darurat tanggal 3 Juli, jumlah yang meninggal sehari adalah 491 orang. Artinya, angka 10 Agustus adalah 4 kali angka hari pertama awal PPKM darurat.

Tanggapan kelima, mengenai indikator angka kematian per 100 ribu penduduk per minggu merupakan salah satu variabel dalam penentuan PPKM Level 4, 3, dan seterusnya yang sekarang dipakai, sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan.

“Jadi, indikator angka kematian memang diperlukan dalam penilaian situasi epidemiologi. Kalau data yang tersedia dianggap tidak baik, maka datanya yang harus diperbaiki,” kata dia.

Sementara Guru Besar Ilmu Peyakit Dalam FKUI, Ari Fahrial Syam, menerangkan, bahwa hal itu perlu dipelajari terlebih dahulu. Menurutnya, jika ada pendataan yang tidak pas, maka akan mempengaruhi data secara keseluruhan. “Itu bisa tidak valid,” ujar dia dihubungi terpisah.

Namun, Dekan FKUI itu menambahkan, perlu alasan yang tepat jika ingin menghilangkan indikator kematian. Karena, Ari berujar, angka kematian termasuk ke dalam mortality rate, artinya sangat penting. “Angka kematian selalu disebut, karena berkaitan dengan suatu penyakit. Kita tidak boleh mengabaikannya,” katanya lagi.

Selain itu, menurut Ari, angka kematian penting untuk mengidentifikasi varian Covid-19 baru, khususnya yang mematikan. “Juga untuk mengamati tingkat fasilitas kesehatan yang bisa menangani kasus berat. Jadi harus ada alasan yang tepat.”

Baca:
Dokter di Yogya: Banyak Kasus Kematian Akibat Covid-19 Tak Terlaporkan

Berita terkait

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

3 hari lalu

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

Metode-metode analisis pangan halal yang telah dikembangkan selama ini memiliki keterbatasan.

Baca Selengkapnya

IPW Sebut Polisi Mesti Telusuri Motif Kematian Brigadir Ridhal Ali Tomi, Jangan Berhenti Kesimpulan Bunuh Diri

3 hari lalu

IPW Sebut Polisi Mesti Telusuri Motif Kematian Brigadir Ridhal Ali Tomi, Jangan Berhenti Kesimpulan Bunuh Diri

IPW menilai proses pemeriksaan terhadap tewasnya Brigadir Ridhal Ali Tomi tak cukup berhenti di kesimpulan bunuh diri.

Baca Selengkapnya

Polisi Sebut Akan Periksa Ponsel Brigadir Ridhal Ali Tomi Dalami Penyebab Kematian di Mobil

3 hari lalu

Polisi Sebut Akan Periksa Ponsel Brigadir Ridhal Ali Tomi Dalami Penyebab Kematian di Mobil

Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan polisi terus menggali terkait kasus meninggalnya Brigadir Ridhal Ali Tomi diduga bunuh diri di dalam mobil.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Guru Besar FKUI Soal Kenapa 1 Juta Lebih WNI Pilih Berobat di Luar Negeri

8 hari lalu

Penjelasan Guru Besar FKUI Soal Kenapa 1 Juta Lebih WNI Pilih Berobat di Luar Negeri

Jokowi menyebut 1 juta lebih WNI berobat ke luar negeri. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Guru Besar UGM Anjurkan Daun Pegagan untuk Terapi Daya Ingat, Begini Cara Kerjanya

9 hari lalu

Guru Besar UGM Anjurkan Daun Pegagan untuk Terapi Daya Ingat, Begini Cara Kerjanya

Tanaman liar pegagan dianggap bisa membantu terapi daya ingat. Senyawa aktifnya memulihkan fungsi hipokampus, bagian krusial pada otak.

Baca Selengkapnya

Gelar Kampus Menggugat di Hari Kartini, Guru Besar UGM: Kita Bagian Kerusakan Demokrasi di Era Jokowi

12 hari lalu

Gelar Kampus Menggugat di Hari Kartini, Guru Besar UGM: Kita Bagian Kerusakan Demokrasi di Era Jokowi

Kegiatan Kampus Menggugat ini menyorot kondisi demokrasi di penghujung kepemimpinan Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang merupakan alumnus UGM.

Baca Selengkapnya

Unas Bentuk Tim Pencari Fakta Usut Kasus Kumba Digdowiseiso

13 hari lalu

Unas Bentuk Tim Pencari Fakta Usut Kasus Kumba Digdowiseiso

Unas membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) dugaan pencatutan nama dalam publikasi jurnal internasional yang diduga melibatkan Kumba Digdowiseiso.

Baca Selengkapnya

Kata KIKA soal Pengunduran Diri Kumba Digdowiseiso yang Tak Disertai Pencabutan Gelar Guru Besar

13 hari lalu

Kata KIKA soal Pengunduran Diri Kumba Digdowiseiso yang Tak Disertai Pencabutan Gelar Guru Besar

Koordinator KIKA, Satria Unggul, mengatakan bahwa keputusan yang jadi pilihan Kumba Digdowiseiso harus dihormati.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

15 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya

Guru Besar Unpad Sebut Kasus Kumba Digdowiseiso Puncak Gunung Es: Masalah Sistemik

15 hari lalu

Guru Besar Unpad Sebut Kasus Kumba Digdowiseiso Puncak Gunung Es: Masalah Sistemik

Kata Guru Besar Unpad soal kasus Kumba.

Baca Selengkapnya