TEMPO.CO, Yogyakarta - Gugus Tugas Covid-19 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melaporkan kasus pasien terkonfirmasi Covid-19 yang meninggal dunia di wilayah itu pada Rabu, 11 Agustus 2021, masih bertambah sebanyak 52 kasus sehingga total kasus meninggal menjadi 4.072 kasus sejak wabah itu merebak tahun lalu.
Namun, Kepala Puskesmas Gedongtengen Kota Yogyakarta, dokter Tri Kusumo Bawono, mengungkap, sebenarnya di lapangan hingga saat ini masih banyak kematian dengan gejala klinis Covid-19 yang tak terlaporkan.
"Banyak sekali pasien yang datang dengan gejala klinis Covid-19 tapi tak mau menjalani swab, tiba tiba saturasinya drop dan meninggal dunia begitu saja selang 6-10 hari periksa," kata Tri kepada Tempo, Rabu.
Tri yang juga praktek di sejumlah klinik swasta Kota Yogyakarta itu mengungkapkan pada kurun Juni hingga akhir Juli lalu hampir setiap hari dia menemukan sedikitnya 10 orang dengan gejala klinis Covid-19 yang ia periksa.
"Gejala klinis Covid-19 sekarang itu bukan sekedar anosmia (kehilangan indera penciuman), tapi lebih sering yang saya temui itu disertai sakit atau nyeri perut, mirip dengan orang kena maag, lidahnya juga memutih kotor, badan pegal semua," ujar dokter yang sempat dua kali terpapar Covid-19 itu karena memeriksa pasiennya.
Dari dua bendel data rekam medis pasiennya, Tri merata-rata 98 persen pasien yang ia periksa dalam periode Juni-Juli itu memiliki gejala klinis Covid-19.
Tri mengatakan pasien-pasiennya yang bergejala klinis Covid-19 ini juga menolak isolasi mandiri ataupun dirawat di rumah sakit. Mereka hanya mengandalkan obat jalan yang diberikan Tri.
"Mereka menolak swab karena kalau statusnya sudah diketahui positif, maka mereka takut akan bisa bekerja lagi karena harus isolasi," kata Tri.
"Kalau sudah menolak dirawat begitu, kondisinya akan memburuk dan biasanya maksimal di hari kesepuluh (usia periksa) kondisi saturasinya drop dan akhirnya meninggal. Itu pun juga seringnya tak dimakamkan dengan protokol Covid-19," kata Tri.
Tri membeberkan, selain karena takut tak bisa bekerja, pasien-pasiennya menolak tes swab karena masih malu menyandang status Covid-19. "Mereka juga berpikir kalau isolasi atau dirawat di rumah sakit akan makan waktu lama, sementara mereka jadi tulang punggung keluarganya," kata Tri.
Soal pasien bergejala klinis Covid-19 yang diperiksa Tri, hampir seluruhnya belum menerima vaksinasi. "Mereka tak mau divaksin, karena masih menganggap Covid-19 itu tidak ada," ujar Tri.
Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 DIY Berty Murtiningsih mengatakan
penambahan kasus terkonfirmasi Covid-19 di DIY hari ini sebanyak 1.510 kasus sehingga total kasus terkonfirmasi menjadi 133.411 kasus.
"Kasus aktif sebanyak 30.369 kasus sedangkan kasus sembuh sebanyak 3.378 kasus, sehingga total sembuh menjadi 98.970 kasus," kata Berty.
Berty mengungkapkan distribusi kasus terkonfirmasi Covid-19 baru di DIY pada hari ini disumbang terbanyak dari Kabupaten Bantul 465 kasus, lalu Kabupaten Sleman 377 kasus, Kabupaten Kulon Progo 256 kasus, Kabupaten Gunungkidul 222
dan Kota Yogyakarta 190 kasus.
"Kasus meninggal terbanyak Kabupaten Sleman 20 kasus dan Kabupaten Bantul 13 kasus," kata Berty.
Baca:
Kematian Akibat Covid-19 di Yogya Tembus 4.000, Awal Agustus 688 Orang