Cerita dari Olimpiade Tokyo: Ketatnya Prokes dan Nirkontak Warga Lokal
Reporter
Moh Khory Alfarizi
Editor
Zacharias Wuragil
Jumat, 13 Agustus 2021 21:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Anggota tim medis dari kontingen Indonesia, Antonius Andi Kuniawan, membeberkan ketatnya protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19 di Olimpiade Tokyo 2020 yang baru lalu. Begitu ketatnya, spesialis kedokteran olahraga itu menambahkan, atlet bisa didiskualifikasi dari pertandingan, bahkan diusir dari perkampungan atlet, jika melanggar protokol.
“Di sana ketat sekali dan tegas protokol kesehatannya,” ujar dia dalam acara Instagram Live, Jumat 13 Agustus 2021.
Menurut Andi, panitia penyelenggara pesta olahraga dunia yang resmi ditutup pada Minggu, 8 Agustus 2021 itu, sangat menjaga agar pendatang tidak sampai kontak dengan warga lokalnya. Mereka melarang atlet dan tim pendukung (ofisial) untuk ke luar dari perkampungan sekalipun tes Covid-19 lewat tes saliva dilakukan setiap hari.
Dokter yang praktik di Rumah Sakit St Carolus, Jakarta Pusat, itu juga menceritakan bahwa protokol kesehatan yang dilakukan di Jepang tidak jauh berbeda dari Indonesia dengan 5M-nya: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas. “Tidak boleh main-main kalau soal protokol kesehatan di sana,” katanya menambahkan.
Sementara, Andi melanjutkan, jika ada atlet atau tim pendukung dari kontingen yang positif Covid-19, langsung dilakukan tracing dan mencari tahu siapa yang sudah kontak dengan atlet tersebut. Semua, kemudian, langsung diarahkan untuk isolasi.
Tim pimpinan kontingan, disebut Andi juga melakukan meeting medical yang membahas jumlah atlet yang terinfeksi Covid-19 setiap harinya, dan langsung melakukan evaluasi. “Ketika sampai positif, ya mereka tidak bisa bertanding dan langsung didiskualifikasi,” tutur dia menegaskan.
Bahkan sebelum pemberangkatan, tim Indonesia diminta untuk melakukan tes PCR oleh tim panitia penyelenggara pesta olahraga empat tahunan itu. Hasilnya harus negatif dan dilaporkan ke penyelenggara Olimpiade Tokyo. “Jadi, dari tanggal 10-16 Juli itu kami setiap hari tes PCR, baru tanggal 17 Juli berangkat ke Jepang,” ujar dia.
Baca juga:
Cerita dari Olimpiade Tokyo: Swab PCR 7 Hari Beruntun Lanjut Saliva Setiap Hari