Studi Asal Covid-19: Saat Ini Tak Ada Bukti dari Kecelakaan Laboratorium

Selasa, 24 Agustus 2021 16:58 WIB

Ilustrasi virus Corona atau Covid-19. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi Covid-19 kemungkinan dimulai ketika hewan yang terinfeksi menularkan virus SARS-CoV-2 ke manusia di pasar hewan hidup di Wuhan, Cina. Dilaporkan dalam tinjauan kritis yang diterbitkan dalam jurnal peer-review Cell, 21 ilmuwan dari seluruh dunia menyajikan bukti bahwa skenario tersebut lebih mungkin daripada teori yang menyebutkan bahwa virus berasal dari sebuah kecelakaan laboratorium.

Ahli virologi evolusioner dari University of Utah Health, Amerika Serikat, yang juga penulis studi, Stephen Goldstein, menjelaskan diskusi tentang asal mula pandemi telah dipolitisasi dan semakin memanas. “Dan kami merasa waktu yang tepat untuk melihat secara kritis semua bukti yang ada,” ujar dia, seperti dikutip Medical Xpress, Senin, 23 Agustus 2021.

Goldstein menulis studi itu bersama dengan ilmuwan lainnya, di antaranya Edward Holmes dari University of Sydney, Australia, dan Andrew Rambaut dari University of Edinburgh, Inggris. Menurutnya mencegah pandemi di masa depan membutuhkan kemauan politik yang tepat untuk memotong rute virus ini memasuki populasi manusia. “Tapi berfokus ke arah yang salah akan menghalangi upaya itu terjadi,” katanya lagi.

Berikut penjelasan detail Goldstein mengenai asal-usul Covid-19:

1. Pasar hewan episentrum awal Covid-19

Advertising
Advertising

Peta yang menunjukkan lokasi geografis gelombang pertama kasus Covid-19 pada Desember 2019, menunjukkan awal mula muncul di dekat lokasi Pasar Grosir Makanan Laut Huanan di Wuhan, Cina. Juga pasar lain yang dilaporkan memiliki perdagangan hewan hidup.

Dalam minggu-minggu berikutnya, kasus menyebar ke luar secara geografis. Kasus-kasus itu diikuti oleh kematian berlebihan pada Januari 2020, penanda kedua bagaimana virus menyebar ke seluruh populasi. Demikian pula, kematian itu awalnya dilokalisasi di dekat pasar hewan.

"Ini memberi tahu kita di mana epidemi dimulai dan di mana penularan intens dimulai," tutur Goldstein sambil menambahkan bahwa hal ini menunjukkan epidemi dimulai di pasar di distrik itu, pasar Huanan dan mungkin juga pasar lain.

2. Kurang bukti kebocoran lab

Institut Virologi Wuhan, yang sering disebut sebagai sumber kebocoran laboratorium, juga ditandai di peta, tapi jauh dari pasar hewan hidup. Tak satu pun dari kasus pertama yang terdokumentasi—atau kematian berlebihan dalam minggu pertama kemunculannya—terletak di dekat lokasi itu.

Selain itu, tak satu pun dari kasus terdokumentasi pertama dilaporkan terkait dengan staf di laboratorium. Tidak ada bukti bahwa para peneliti di institut tersebut bekerja dengan SARS-CoV-2 atau virus yang terkait erat.

3. Penyakit menular pada manusia sering kali berasal dari hewan

Covid-19 bukanlah penyakit menular berbasis virus corona pertama yang terkait dengan pasar hewan. Wabah SARS tahun 2002 dan 2003, penyakit yang disebabkan oleh SARS-CoV, dikaitkan dengan pasar di Cina yang menjual hewan hidup.

Selain SARS-CoV dan SARS-CoV-2, lima virus corona lainnya telah menyeberang ke manusia dari hewan dalam 20 tahun terakhir. Dikombinasikan dengan pengamatan bahwa sebagian besar virus pada manusia, baik virus corona maupun jenis virus lainnya, berasal dari hewan yang terinfeksi. “Maka tidak disangka SARS-CoV-2 telah memasuki populasi manusia dengan cara yang sama,” kata para penulis.

4. Tak ada tanda virus buatan manusia

Argumen berulang untuk teori kebocoran laboratorium adalah bahwa virus itu, SARS-CoV-2, membawa kode genetik pendek tertentu yang kadang-kadang direkayasa menjadi produk laboratorium. Untuk menyelidiki, para peneliti sebelumnya telah menganalisis urutan genetik dari beberapa virus corona dan menemukan kode yang dimaksud adalah hal yang biasa di antara mereka.

Penulis tinjauan ini lebih lanjut menentukan bahwa kode spesifik dalam SARS-CoV-2 tidak sempurna dan karena itu tidak akan menjalankan fungsinya dengan baik. Menurut peneliti, tidak ada alasan logis mengapa virus yang direkayasa akan memanfaatkan situs pembelahan furin yang suboptimal, yang akan memerlukan prestasi rekayasa genetika yang tidak biasa dan kompleks yang tidak perlu. “Pemeriksaan urutan virus belum menemukan tanda-tanda potensial lain dari manipulasi yang disengaja,” tutur peneliti.

Sementara sejumlah besar bukti ilmiah mendukung SARS-CoV-2 yang berasal dari satwa liar, namun hewan-hewan itu belum ditemukan. "Kami tidak bisa mengesampingkan kemungkinan kecelakaan laboratorium," ujar Goldstein, dan menerangkan hal itu tidak bisa ditolak sepenuhnya, tapi sangat tidak mungkin. “Tidak ada bukti untuk itu sekarang."

MEDICAL XPRESS | CELL

Baca:
Pengembangan Vaksin Merah Putih, Kepala Eijkman: Hasil Uji Protein S Luar Biasa

Berita terkait

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

8 jam lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

2 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

2 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

2 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Polisi Ungkap Peran 5 Tersangka Laboratorium Narkotika Ganja Sintetis di Sentul

2 hari lalu

Polisi Ungkap Peran 5 Tersangka Laboratorium Narkotika Ganja Sintetis di Sentul

Penangkapan lima tersangka clandestine laboratory ganja sintetis ini bermula dari laporan pengiriman bahan baku narkoba jenis pinaca dari Cina.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

2 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

3 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

8 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

9 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Istri Bintang Emon Disebut Positif Narkoba Setelah Konsumsi Obat Flu, Kok Bisa?

9 hari lalu

Istri Bintang Emon Disebut Positif Narkoba Setelah Konsumsi Obat Flu, Kok Bisa?

Bagaimana mungkin konsumsi obat flu bisa berdampak pada positif narkoba seperti yang dialami istri komika Bintang Emon?

Baca Selengkapnya