Studi Save the Children: 7 dari 10 Anak Jarang Belajar Selama Pandemi

Rabu, 8 September 2021 18:38 WIB

Seorang siswa menggunakan layanan panggilan video melalui telepon pintar dalam pembelajaran daring sekolah di Pulau Sabira, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, Jumat, 18 Juni 2021. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menargetkan dapat membangun 9.113 BTS 4G hingga 2022 sehingga jaringan internet 4G dapat dihadirkan di 12.548 desa/kelurahan wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T), agar kesenjangan digital di Tanah Air dapat dipangkas. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi Covid-19 memaksa lebih dari 60 juta anak di Indonesia melakukan belajar jarak jauh sejak Maret 2020. Mekanisme pembelajaran daring dan melalui televisi dilakukan untuk mengurangi terhentinya pembelajaran, termasuk menyediakan kuota internet agar anak dapat mengakses pembelajaran.

Namun, studi global Save the Children pada Juli 2020 yang dilakukan di 46 negara, khususnya Indonesia, menemukan fakta, 7 dari 10 anak mengatakan jarang belajar atau sedikit belajar selama pandemi. Hal ini disebabkan terbatasnya ketersediaan materi belajar yang memadai, kuota internet, tidak memiliki gawai, bahkan demotivasi karena sulit memahami pekerjaan rumah dan tidak mendapat bimbingan guru.

Studi kami jelas menggambarkan banyak anak di Indonesia menghadapi kesulitan dalam belajar daring, motivasi belajar menurun dan ini bisa berpengaruh pada kemampuan literasi dan numerasi anak,” ujar Selina Patta Sumbung, CEO Save the Children Indonesia, dalam keterangan tertulis, Rabu, 8 September 2021.

Menurut Selina, seluruh pihak perlu bersama mengantisipasi kesulitan belajar yang menjadikan anak-anak kehilangan kemampuan dan pengalaman belajar (learning loss), yang dikhawatirkan berdampak pada kurangnya keahlian mereka di saat dewasa (less-skilled workers) untuk bisa berkompetisi di dunia kerja, serta berakhir pada menurunnya kemampuan menghasilkan pendapatan (decreased earning capacity).

Selina juga menambahkan, di beberapa wilayah, anak–anak terancam putus sekolah karena harus bekerja dan atau menikah dini. Tindakan yang sistematis, aman dan inklusif harus segera dilakukan dan menjadi prioritas untuk mendukung pemberian akses pembelajaran. “Ini untuk semua anak sebagai bagian dari pemulihan yang berkelanjutan,” tutur Selina.

Advertising
Advertising

Fakta kesulitan belajar juga dialami oleh anak di area Daerah Istimewa Yogyakarta. Kelompok anak yang tergabung di Child Campaigner, gerakan Save Our Education—bagian dari Child and Youth Advocacy Network (CYAN)—melakukan survei tentang pemerataan paket internet bagi peserta didik. Hasilnya, terdapat 44 dari 105 responden anak (42 persen) menyampaikan bahwa mereka tidak mendapatkan kuota gratis baik dari pemerintah maupun sekolah.

Koordinator Child Campaigner Save the Children di Yogyakarta, Gya, 17 tahun, menerangkan, hasil survei menemukan bahwa anak-anak yang tidak mendapatkan kuota gratis ini salah satu alasannya karena tidak terdata. “Padahal secara faktor ekonomi mereka sangat membutuhkan. Jadinya banyak anak yang sedih, kecewa bahkan merasa ini tidak adil,” kata Gya.

Hasil survei ini juga memotret upaya anak-anak yang tidak mendapat kuota internet, namun tetap melakukan berbagai cara untuk bisa mengakses pembelajaran, misalnya menghemat penggunaan aplikasi pembelajaran, memanfaatkan fasilitasi wifi gratis, bahkan mencari lokasi dengan akses signal yang kuat.

Memperingati Hari Literasi Internasional yang jatuh pada 8 September, Save the Children Indonesia bersama dengan Child Campaigner dan Komunitas penggiat pendidikan anak di Yogyakarta menyuarakan hak pendidikan anak melalui gerakan Save our Education. Gerakan ini bertujuan untuk memastikan setiap anak mendapatkan akses terhadap pendidikan yang berkualitas pada lingkungan yang aman.

Menurut Gya, setiap anak berharap mendapat pendidikan berkualitas, mulai dari mutu pembelajaran lebih baik, mudah dipahami, dan kuota internet yang cukup. “Kami berharap pemerintah dan sekolah bisa mendata dan mengecek kembali anak yang tidak mendapat kuota gratis, karena semua anak berhak bisa belajar,” tutur Gya.

Baca:
Pakar AS Beberkan Alasan Pasien Covid-19 dengan Diabetes Berisiko Tinggi

Berita terkait

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

52 menit lalu

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

Asosiasi Persepatuan Indonesia menanggapi tutupnya pabrik sepatu Bata. Pengetatan impor mempersulit industri memperoleh bahan baku.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

1 jam lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

1 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

2 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

2 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

2 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

2 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

8 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

9 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

9 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya