Majalah TIME Pilih Adi Utarini Tokoh Paling Berpengaruh 2021, Ini Alasannya
Reporter
Zacharias Wuragil
Editor
Zacharias Wuragil
Sabtu, 18 September 2021 19:39 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada atau UGM Yogyakarta, Adi Utarini, masuk daftar 100 orang paling berpengaruh 2021 versi majalah TIME. Dia berada di kategori Pioneers bersama, di antaranya, penyanyi dan penulis lagu dari Amerika Serikat, Billy Eilish.
Profil Adi, seperti dikutip dari situsweb TIME, dituliskan oleh Melinda French Gates, pemimpin bersama di Bill and Melinda Gates Foundation dan pendiri Pivotal Ventures. Melinda menyatakan kekagumannya terhadap Adi lewat ceritanya saat berada di Indonesia dan berkunjung ke sebuah keluarga yang tinggal dekat laboratorium Prof Uut, sapaan Adi Utarini, di Yogyakarta, beberapa tahun lalu.
Melinda takjub mengetahui keluarga itu mengizinkan Adi melepaskan kawanan nyamuk Aedes aegipty di lingkungan setempat. Aedes aegipty adalah nyamuk penular virus DBD--satu dari 10 penyakit yang menjadi ancaman terbesar bagi kesehatan umat manusia di Bumi.
“Kebanggaan yang justru mereka nyatakan bisa terlibat dalam riset Adi Utarini adalah kesaksian terhadap kepercayaan yang didapat Adi dari masyarakat setempat—dan terhadap kedaruratan yang dirasakan jutaan manusia dalam perang melawan demam berdarah,” tulis Melinda.
Demam berdarah dengue atau DBD, dicatat Melinda, termasuk penyakit yang trennya di dunia tak kunjung menurun. DBD menjangkiti hampir 400 juta orang secara global setiap tahunnya. Dan, Prof Uut, perempuan kelahiran 4 Juni 1965, dipandang sentral dalam upaya memerangi penyakit ini.
Adi tergabung dalam tim peneliti di World Mosquito Program yang mengembangkan teknik inokulasi nyamuk Aedes aegipty dengan bakteri Wolbachia. Ini adalah bakteri yang tidak berbahaya untuk manusia tapi bisa memblok si nyamuk menularkan virus dengue lewat gigitannya.
“Sebuah studi yang dipimpinnya adalah yang pertama membuktikan teknik ini berhasil menekan prevalensi DBD dalam sebuah lingkungan masyarakat,” tulis Melinda sambil menambahkan Adi sudah dua kali terserang DBD, tapi dua kali pula bisa pulih.
Direktur Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM, Riris Andono Ahmad, menjelaskan penelitian dengan teknologi wolbachia itu mampu menurunkan kasus DBD di Kota Yogyakarta hingga 77,1 persen pada 2020. Hasil itu, diakui Riris, mendapat perhatian dunia.
"Saya rasa penghargaan untuk beliau itu wajar ya dengan karakteristik beliau selama ini. Kemampuan mengelola penelitian selama sepuluh tahun yang kompleks ini secara bermutu," kata Riris yang juga peneliti pendamping WMP Yogyakarta seperti dikutip dari ANTARA.
Bagi Riris, Adi Utarini merupakan salah satu peneliti senior produktif terbaik di UGM yang dapat dibuktikan berdasarkan rekam jejak publikasi ilmiahnya baik jurnal nasional maupun internasional. Pada 2020, Adi Utarini juga telah mengharumkan nama Indonesia karena terdaftar dalam 10 ilmuwan berpengaruh dunia menurut jurnal ilmiah Nature.
Baca juga:
UGM Kuliah Tatap Muka Oktober, Prioritas yang Belum Kenal Kampusnya