Kata Profesor Adi Utarini setelah Masuk Daftar Orang Paling Berpengaruh 2021
Reporter
Pribadi Wicaksono (Kontributor)
Editor
Zacharias Wuragil
Sabtu, 18 September 2021 20:30 WIB
TEMPO.CO, Yogyakarta - Peneliti penyakit demam berdarah dengue (DBD) dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Profesor Adi Utarini, menanggapi namanya yang masuk daftar 100 orang paling berpengaruh 2021 versi majalah TIME. Prof Uut, sapaannya, justru memberi apresiasi kepada seluruh peneliti dalam tim World Mosquito Program Yogyakarta.
"Apresiasi bagi peneliti-peneliti dan seluruh tim yang telah terlibat dalam penelitian, juga mitra kami yaitu Monash University, World Mosquito Program Global, dan Yayasan Tahija sebagai lembaga filantropi yang mendukung penuh penelitian ini" kata Adi lewat keterangan tertulis yang disampaikannya, Sabtu 18 September 2021.
Adi merupakan pemimpin sekaligus peneliti utama dalam tim yang selama ini berfokus meneliti teknologi Wolbachia untuk pengendalian dengue tersebut. Teknik tersebut terbukti berhasil menekan jumlah kasus DBD di Yogyakarta hingga 77 persen pada 2020, yang kemudian mengantar Adi dalam daftar Majalah TIME.
Adi juga mengapresiasi masyarakat Yogyakarta yang telah sangat terbuka dengan inovasi, dan pemerintah daerah Yogyakarta yang mendukung penelitian tim di WMP. "Semoga penelitian ini bermanfaat lebih luas, untuk mengurangi beban masyarakat karena dengue,” tutur perempuan berusia 56 tahun ini.
Teknologi Wolbachia--jenis bakteri--ditemukan oleh Founder dan Direktur WMP Global, Profesor Scott O’Neill pada 2008. Setelah melakukan ribuan kali percobaan, O’Neill berhasil mengisolasi Wolbachia dari Drosophila melanogaster (lalat buah) ke dalam telur nyamuk Aedes aegypti.
WMP yang diinisiasi oleh Monash University ini merupakan lembaga non-profit yang hadir dengan tujuan melindungi komunitas global dari penyakit yang ditularkan oleh nyamuk. Secara garis besar kewilayahan, WMP beroperasi di 11 negara termasuk Indonesia.
Direktur Pusat Kedokteran Tropis FKKMK UGM Riris Andono Ahmad yang juga Peneliti Pendamping WMP Yogyakarta menerangkan bahwa penelitian pengembangan teknologi Wolbachia telah dimulai sejak 2011. Pada 2017, uji efikasi Wolbachia dengan metode Randomised Controlled Trial dilakukan di Kota Yogyakarta.
“Hasil uji efikasi Wolbachia ini menunjukkan hasil yang menggembirakan, yaitu Wolbachia efektif menurunkan 77% kasus dengue, dan menurunkan 86% kasus dengue yang dirawat di rumah sakit,” tutur Riris.
Hasil penelitian ini sudah dipublikasikan pada jurnal The New England Journal of Medicine (NEJM) dan teknologi ini sudah direview dalam pertemuan ke-13 WHO Vector Control Advisory Group pada 7-10 Desember 2020. Adi Utarina dan UGM berharap selanjutnya Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dapat mulai mengadopsi teknologi Wolbachia ini sebagai salah satu strategi nasional dalam pengendalian dengue.
Baca juga:
Gangguan Menstruasi Setelah Vaksinasi Covid-19, Begini Fakta yang Ada