Tiga Peneliti BRIN Terpilih Jadi Asian Science Diplomat 2021

Reporter

Antara

Editor

Erwin Prima

Sabtu, 2 Oktober 2021 12:31 WIB

Salah satu peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang terpilih sebagai Asian Science Diplomat 2021, yakni Dr. Edi Kurniawan. Kredit: ANTARA/HO-Humas BRIN

TEMPO.CO, Jakarta - Tiga peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terpilih sebagai Asian Science Diplomat 2021, yakni Dr. Edi Kurniawan, Dr. Masteria Yunovilsa Putra, dan Dr. Indri Badria Adilina.

“Kami bersyukur bisa terpilih menjadi tiga dari 28 awardees 2021 Asian Science Diplomat dari berbagai negara ASEAN. Para pemenang ini diharapkan dapat bersuara sebagai duta untuk pembangunan dan perkembangan ilmu pengetahuan di negaranya masing-masing," kata Edi Kurniawan dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Sabtu, 2 Oktober 2021.

ASIAN Science Diplomat (ASD) merupakan jaringan ilmuwan muda Asia, khususnya kawasan Asia Tenggara atau ASEAN yang mengemban tugas dalam mendorong pengembangan ilmu pengetahuan di regional Asia Tenggara.

Sementara Masteria menuturkan setiap negara memerlukan figur ilmuwan yang berperan sebagai "role model" bagi generasi muda. Oleh karena itu, pemilihan ASD yang berusia di bawah 45 tahun itu menjadi salah satu langkah untuk mencari potensi ilmuwan di tingkat ASEAN.

Lebih lanjut Indri Badria Adilina mengatakan jaringan ASD tersebut juga berfungsi sebagai wadah untuk membina pemahaman yang erat antarilmuwan di negara-negara ASEAN.

Advertising
Advertising

Ia menuturkan di Asia Tenggara terdapat banyak sekali ilmuwan, khususnya ilmuwan muda yang andal. Untuk itu, diperlukan suatu wadah untuk membangun diskusi yang lebih produktif di antara mereka, untuk bersama-sama mencari solusi dari berbagai permasalahan global yang sedang dihadapi.

ASD juga menjadi kesempatan bagi para peneliti untuk belajar mengkomunikasikan penelitiannya sehingga dapat dipahami oleh dan sampai kepada para pemangku kepentingan dan pembuat kebijakan.

Menurut Indri, tujuan akhirnya adalah para peneliti dapat berkontribusi membuat kebijakan berbasis ilmu pengetahuan (science-based policy) dalam rangka mencari solusi dan permasalahan global.

"ASD Award ini menjadi ajang untuk memilih peneliti-peneliti yang andal di bidang 'science' (ilmu pengetahuan) sekaligus juga memiliki potensi menjadi 'science diplomat' (diplomat sains). Kami akan dilatih lebih dalam untuk hal 'science diplomat', dan bagaimana cara untuk berkontribusi dalam pembuatan 'science-based policy' dengan para pemangku kepentingan dan pembuat kebijakan," kata Indri.

Edi Kurniawan merupakan peneliti pada Pusat Riset Fisika Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Teknik BRIN, dan menyelesaikan Pendidikan doktoralnya di Swinburne University of Technology Australia.

Pria kelahiran Pemalang, Jawa Tengah, pada 15 Agustus 1982 itu telah menghasilkan berbagai publikasi internasional, dan menjadi pemakalah di berbagai seminar ilmiah.

Ia juga memperoleh tidak kurang dari sepuluh paten dalam 10 tahun terakhir, salah satunya adalah paten terkait sistem drone atau pemantau jarak fisik dalam kerumunan.

Selama berkarir sebagai peneliti, Edi mendapatkan penghargaan antara lain Fulbright Research Fellowship (2018), USA-ASEAN Science and Tech. Fellowship (2016), Research Stays for Universisy Academics and Scientists (2015), RMIT Research Fellowship (2015).

Sedangkan Masteria Yunovilsa Putra merupakan peneliti bidang bioteknologi kesehatan Pusat Penelitian Bioteknologi BRIN. Pria kelahiran Padang di Sumatera Barat pada 16 November 1984 tersebut telah menekuni senyawa aktif dari biodiversitas laut yang berpotensi menjadi antikanker, antibakteri dan antivirus sebagai bahan alami untuk obat.

Doktor lulusan Universitas Marche Polytechic Italia itu sebelumnya mengemban tugas sebagai Koordinator Penelitian Drug Discovery and Development dan Koordinator Kegiatan Uji Klinis Kandidat Immunomodulator dari Herbal untuk Penanganan Covid-19 di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Masteria telah menghasilkan sekitar 43 artikel di jurnal internasional, delapan conference papers, dan dua paten.

Sementara Indri Badria Adilina adalah peneliti di Pusat Riset Kimia BRIN, dan menyelesaikan pendidikan doktoralnya di Chiba University, Jepang pada 2013.

Perempuan yang menguasai Bahasa Inggris, Jepang, Jerman, dan Prancis tersebut memiliki pengalaman dalam riset di bidang kimia, khususnya green chemistry, katalis, dan biomassa.

Indri menerima sejumlah penghargaan nasional dan internasional antara lain AONSA Young Research Fellowship (2020), ISIS Impact Awards (2019), L'Oreal-UNESCO for Women in Science National Fellowship (2013), dan Chiba University Environmental Award (2012).

ANTARA

Baca:
Kepala BRIN Ungkap Rencana Tutup Permanen Reaktor Nuklir di Bandung

Berita terkait

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

22 jam lalu

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

Berita tentang kenaikan UKT di ITB masih mengisi Top 3 Tekno Berita Terkini.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

1 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

2 hari lalu

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.

Baca Selengkapnya

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

2 hari lalu

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

BRIN terus berupaya menemukan metode yang paling baru, efektif, dan efisien dalam proses pemurnian protein.

Baca Selengkapnya

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

2 hari lalu

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.

Baca Selengkapnya

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

3 hari lalu

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

Di Indonesia diperkirakan terdapat 200 ribu spesies jamur, yang di antaranya mampu memproduksi enzim.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

3 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

3 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

4 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Kisruh Rumah Dinas Puspiptek, Pensiunan Peneliti Pernah Laporkan BRIN ke Kejaksaan Agung

4 hari lalu

Kisruh Rumah Dinas Puspiptek, Pensiunan Peneliti Pernah Laporkan BRIN ke Kejaksaan Agung

Penghuni rumah dinas Psupiptek Serpong mengaku pernah melaporkan BRIN ke Kejaksaan Agung atas dugaan penyalahgunaan aset negara

Baca Selengkapnya