Pesawat Bomber Amerika Era Perang Dunia II Ini Dijual Rp 128,5 Miliar

Minggu, 3 Oktober 2021 19:29 WIB

Pesawat pengebom B-17 era PD II. U.S. Air Force/Nationalmuseum.af.mil

TEMPO.CO, Jakarta - Satu di antara pesawat paling terkenal di era Perang Dunia II, Bomber B-17E, kini diam dalam sebuah gudang di Washington, knocked down. Siapapun bisa memiliki pesawat bomber itu, yang terangkai utuh dan diklaim masih bisa terbang sempurna, untuk harga US$ 9 juta atau setara hampir Rp 128,5 miliar.

Pesawat bikinan Boeing pada 1941 lalu ini tidak pernah terlibat dalam peperangan saat masih dioperasikan. Sebagai gantinya, dia menjalani karir panjang yang penuh warna. Di antaranya adalah mendapat julukan el Tigre atau Si Macan.

Secara umum, jajaran benteng terbang (B-17) berperan penting dalam Perang Dunia II. Pesawat ini didesain untuk mengirim bom-bom jauh di dalam wilayah musuh sebagai bagian dari kampanye serangan strategis.

Divisi ke-8 Angkatan Udara AS secara keseluruhan telah menerbangkan ratusan pesawat bomber B-17 masuk ke daratan Eropa dan Jerman selama Perang Dunia II. Mereka menyerang pabrik-pabrik, jalur rel, pelabuhan, pangkalan militer, dan target lain. Para bomber B-17 dipersenjatai dengan enam senapan mesin kaliber .50 dan membawa 4.000 pounds atau setara 1800 kilogram bom.

Boeing dan subkontraktor Lockheed dan Douglas secara bersama membangun total 12.731 unit bomber B-17 segala tipe. Sedikit yang masih bertahan hingga kini dan B-17E ini adalah satu di antaranya. Pesawat itu diiklankan oleh Platinum Fighter Sales di Redondo Beach, California.

Advertising
Advertising

Pesawat itu sebelumnya dipesan Pemerintah Amerika seharga US$ 280.135, dan dikirim pada 16 Mei 1942, hanya enam bulan setelah peristiwa serangan di Pearl Harbor, Hawaii. Menurut Platinum, pesawat menghabiskan perang dengan menjaga kandang, sebagian besar di Honeywell, di mana dia juga membantu mengembangkan sistem autopilot C-1 yang maju.

“Pesawat B-17 ini memainkan peran dalam pengembangan material pelatihan termasuk Walt Disney live dan seri film pendek animasi tentang C-1,” kata Platinum.

Pesawat B-17E ini memiliki total 1.800 jam terbang selama perang. Setelah perang berlalu, pesawat bomber didonasikan ke University of Minnesota. Dari sana pesawat kemudian terbang kambali, tapi untuk survei pemetaan dari udara di Kanada, termasuk dioperasikan di Greenland.

Pada 1960-an, pesawat mengarah ke selatan ekuator, tepatnya ke Bolivia. Bomber ini beralih mendistribusikan daging dan bahan makanan segar lainnya dari satu ujung wilayah negara itu ke ujung yang lainnya. Julukan Si Macan diperolehnya pada saat itu, dan pernah sekali mengalami pendaratan tak sempurna.

Bagian pesawat pengebom B-17 era PD II. Foto: PLATINUM FIGHTER SALES

Pada 1990, pesawat B-17E ini diterbangkan kembali ke Amerika Serikat, dan pada 1998 terbang ke Washington ke lokasinya berada hingga kini. Wujudnya knocked down dan harus dibangun ulang jika ingin membuatnya terbang kembali.

Platinum meyakinkan, pesawat itu masih dalam kondisi sempurna.
Begitu terangkai kembali, Platinum juga meyakinkann, satu unit pesawat bomber B-17 paling cantik akan menjelma dari komponen-komponen yang masih terawat tersebut. Tapi, tentu saja, dibeli dulu.

Baca juga:
Peneliti Beberkan Studi yang Temukan Parasetamol di Pantai Jakarta

Berita terkait

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

10 jam lalu

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

Mahasiswa Irlandia mendirikan perkemahan di Trinity College Dublin untuk memprotes serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

22 jam lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

1 hari lalu

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

Kepolisian Los Angeles mengkonfirmasi bahwa lebih dari 200 orang ditangkap di LA dalam gejolak demo mahasiswa bela Palestina. Bagaimana kronologinya?

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

1 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

1 hari lalu

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

1 hari lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

1 hari lalu

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

Kementerian Luar Negeri Belgia mengatakan pihaknya "mengutuk segala ancaman dan tindakan intimidasi" terhadap Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)

Baca Selengkapnya

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

1 hari lalu

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

Para pejabat Hamas dan CIA dijadwalkan bertemu dengan mediator Mesir di Kairo untuk merundingkan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

1 hari lalu

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.

Baca Selengkapnya