Peneliti Lacak Jumlah Sampah Plastik di Mediterania: 17 Ribu Ton Per Tahun

Selasa, 5 Oktober 2021 13:36 WIB

Julian Melcer memungut puntung rokok yang ada di pantai Laut Mediterania sebagai bagian dari kampanye lingkungan dalam Hari Bumi Sedunia di sebuah pantai, di Tel Aviv, Israel 20 April 2021. REUTERS/Amir Cohen

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh ilmuwan riset di Hellenic Centre for Marine Research (HCMR) Yunani, Kostas Tsiaras, mengembangkan model untuk melacak puing-puing plastik di Laut Mediterania. Mereka menunjukkan bahwa puing-puing plastik dapat diamati, dari pantai, permukaan air, dasar laut, dan memperkirakan bahwa sekitar 3.760 ton plastik saat ini mengambang di laut itu.

Bahkan secara keseluruhan beban plastik tahunan yang masuk ke Laut Mediterania adalah sekitar 17.600 ton. Dari jumlah tersebut, 84 persen berakhir di pantai dan 16 persen sisanya berakhir di kolom air atau dasar laut.

“Jumlah yang mengejutkan dari puing-puing mikro dan makroplastik itu saat ini mengambang di Laut Mediterania,” tulis peneliti dari studi yang diterbitkan di Frontiers in Marine Science, baru-baru ini.

Sebagai informasi, produksi plastik global telah meningkat setiap tahun sejak 1950-an, dengan 368 juta ton plastik diproduksi pada 2019. Sebagian besar sampah plastik berakhir di laut dan samudera—perkiraan menunjukkan bahwa lebih dari 250.000 ton sampah plastik saat ini mengambang di lautan di seluruh dunia.

Sementara Laut Mediterania dianggap sebagai titik panas untuk polusi plastik. Ini kemungkinan karena garis pantainya yang padat penduduk, perikanan, pelayaran, pariwisata, dan aliran air permukaan yang terbatas ke Atlantik. Pada saat yang sama, Mediterania kaya akan keanekaragaman hayati, menjadikannya area yang menjadi perhatian bagi konservasi ekosistem laut.

Advertising
Advertising

Peneliti melakukan simulasi selama periode 2010-2017, melacak plastik dari sumber berbasis darat seperti sungai dan kota pesisir, sambil mempertimbangkan proses dispersi atau penguraian penting seperti tenggelam, pencampuran vertikal/horizontal, angin, dan arus. Mereka juga mengidentifikasi potensi pola akumulasi mikro dan makroplastik di lapisan permukaan, kolom air, dasar laut, dan di pantai.

Menurut Tsiaras, simulasi distribusi plastik di lingkungan laut saat ini ditandai dengan tingkat ketidakpastian yang besar. Data eksperimental pada beberapa proses yang mempengaruhi nasib plastik, seperti tenggelam, tertelan oleh organisme laut dan fragmentasi menjadi potongan-potongan kecil masih cukup terbatas.

"Model kami menunjukkan keterampilan yang wajar dalam mereproduksi distribusi plastik yang diamati di lingkungan laut,” katanya, seperti dikutip Phys.

Dengan demikian, Tsiaras melanjutkan, model dapat digunakan untuk menilai status polusi plastik saat ini di Mediterania. Serta mengevaluasi dampak tindakan pembersihan dan rencana pengelolaan di masa depan.

Model tersebut juga menggambarkan biofouling—penempelan organisme hidup pada permukaan substrat yang terbenam di laut—sebagai mekanisme potensial untuk menghilangkan mikroplastik dari permukaan air laut. Biofouling terjadi ketika mikro-organisme seperti ganggang menumpuk pada benda-benda mengambang dan terendam, termasuk puing-puing plastik.

Sumber mikroplastik (seperti instalasi pengolahan air limbah) terutama ditemukan di dekat kota metropolitan dan daerah berpenduduk padat di sepanjang pantai Prancis, Spanyol, dan Italia. Mikroplastik berukuran lebih besar ditemukan di daerah dengan air limbah tinggi yang tidak diolah, seperti di lepas pantai Yunani dan Turki.

Makroplastik berlimpah di daerah dengan masukan sungai penting seperti Aljazair, Albania, dan pantai Turki, dan dekat dengan kota-kota metropolitan dan pantai berpenduduk padat (Spanyol, Prancis, Italia).

"Penggunaan model prediktif, seperti yang disajikan di sini, dapat menghubungkan konsentrasi plastik yang diamati dengan sumbernya,” tutur Tsiaras sambil menambahkan bahwa hal itu menjadi sangat penting untuk menentukan rencana pengelolaan yang berhasil.

PHYS | FRONTIERS IN MARINE SCIENCE

Baca:
Peneliti AS dan Australia Ungkap Bukti Epidemi Virus Corona 20.000 Tahun Lalu

Berita terkait

BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

1 hari lalu

BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

BRIN meminta ratusan pensiunan ilmuwan mengosongkan rumah dinas di Puspiptek paling lambat 15 Mei 2024

Baca Selengkapnya

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

4 hari lalu

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

Hari Kekayaan Intelektual Sedunia diperingati setiap 26 April. Begini latar belakang penetapannya.

Baca Selengkapnya

Kandungan Plastik dalam Makanan dan Minuman: Dampak Kesehatan dan Cara Kurangi Konsumsi Mikroplastik

4 hari lalu

Kandungan Plastik dalam Makanan dan Minuman: Dampak Kesehatan dan Cara Kurangi Konsumsi Mikroplastik

Penelitian menunjukkan bahwa hampir semua makanan kita mengandung mikroplastik, dalam bentuk apa saja? Apa bahaya bagi kesehatan?

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

4 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

5 hari lalu

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

Kementerian Perindustrian atau Kemenperin menyatakan impor untuk komoditas bahan baku plastik kini tidak memerlukan pertimbangan teknis lagi.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

5 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya

Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

7 hari lalu

Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

Saat ini suplemen zinc yang tersedia di pasaran masih perlu pengembangan lanjutan.

Baca Selengkapnya

Tantangan Besar Tema Hari Bumi 2024: Planet vs Plastics

7 hari lalu

Tantangan Besar Tema Hari Bumi 2024: Planet vs Plastics

Hari Bumi 2024 menyoroti masalah plastik, termasuk sampah plastik, dan mendorong aksi global melawan produksi plastik global yang tak terkendali.

Baca Selengkapnya

BRIN Tawarkan Model Agrosilvofishery untuk Restorasi Ekosistem Gambut Berbasis Masyarakat

8 hari lalu

BRIN Tawarkan Model Agrosilvofishery untuk Restorasi Ekosistem Gambut Berbasis Masyarakat

Implimentasi model agrosilvofishery pada ekosistem gambut perlu dilakukan secara selektif.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

8 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya