Ahli BRIN Beberkan Sebab Penurunan Muka Tanah di Jakarta

Rabu, 6 Oktober 2021 17:40 WIB

Warga membawa bibit bakau untuk ditanam di perairan pantai Pulau Harapan, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, Sabtu, 22 Mei 2021. Penanaman bakau oleh Yayasan Kehati dan lembaga Divers Clean Action (DCA) di Pulau Harapan tersebut menjadi bagian dari rangkaian kegiatan Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia sekaligus sebagai kampanye pelestarian hutan bakau (mangrove) sebagai pelindung kawasan pesisir dan habitat bagi aneka ragam hayati. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa peneliti menjelaskan ancaman tenggelam di Jakarta dan wilayah Pantai Utara Jawa disebabkan karena naiknya muka air laut (sea level rise) dan penurunan muka tanah (land subsidence). Untuk kenaikan muka air laut kemungkinan tidak bisa dicegah karena berkaitan dengan emisi CO2 yang ada saat ini, sementara penurunan muka tanah disebabkan oleh beberapa kondisi.

Profesor Riset bidang Geoteknologi-Hidrologi Air Tanah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Robert Delinom, mengatakan amblesan tanah di Jakarta disebabkan empat faktor yaitu kompaksi batuan (endapan batuan lempung), pengambilan air tanah secara berlebihan, beban bangunan dan aktivitas tektonik.

“Di Jakarta, amblesan tanah menjadi faktor utama karena kompaksi batuan, di sana batuannya masih sangat muda,” ujar dia dalam acara virtual Prof Talk bertajuk ‘Benarkan Jakarta dan Pantura akan Tenggelam?’, Rabu, 6 Oktober 2021.

Namun, penurunan tanah di wilayah Jakarta tidak semuanya besar, karena kondisi geologi yang tidak sama, sehingga penurunannya tidak homogen. Ada catatan menarik, kata pria lulusan master di Twente Universuty, Belanda itu, di Jalan Tongkol dekat Sunda Kelapa, secara umum penurunan tanahnya hanya 0,8 cm per tahun yang tidak terlalu tinggi.

Berdasarkan pengamatan Delinom, batuan lempung berperan penting dalam penurunan muka tanah dan banyak ditemui di Jakarta serta di beberapa wilayah, seperti Indramayu, Semarang, dan Surabaya. Dia juga mencatat bahwa di Semarang penurunan muka tanahnya lebih cepat karena batuan lempungnya lebih lebar, khususnya wilayah Simpang Lima yang rawan.

Advertising
Advertising

“Tapi endapan lumpung itu ada batasnya, jadi dia akan berhenti suatu saat, itu kita bisa hitung, dan cukup lama. Kisarannya 1.000 tahun akan berhenti, dan tidak akan ada lagi penurunannya,” tutur Delinom.

Solusi untuk mencegah tenggelamnya Jakarta dalam periode jangka pendek, Delinom menambahkan, adalah dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar memahami masalahnya. Sedang jangka panjang dengan melakukan integrasi secara tuntas terkait penyelesaian masalahnya.

“Yaitu dengan kombinasi konsep mitigasi dan adaptasi yang tidak tumpang tindih, zero run off dan no land subsidence city, serta mengubah pola pikir masyarakat,” ujar Delinom.

Selain itu, Delinom juga menyarankan perlunya upaya mitigasi dengan melakukan pembangunan ‘pertahanan’ di garis pantai, pembangunan ‘pertahanan’ di sungai dan bantarannya, serta membuat ‘tempat parkir’ air dan mengantisipasi penyebab penurunan tanah.

Baca:
Jakarta Terancam Tenggelam, Profesor BRIN Sebut Faktor Lokal

Berita terkait

Mayoritas Jakarta Diprakirakan Berawan, Hujan Ringan Malam Hari

1 jam lalu

Mayoritas Jakarta Diprakirakan Berawan, Hujan Ringan Malam Hari

Seluruh wilayah DKI Jakarta diprakirakan cerah berawan pada pagi harinya dan sebagian besar berawan pada siang hari.

Baca Selengkapnya

Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

16 jam lalu

Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

Kawasan Wallacea seluas 347 ribu kilometer persegi diisi 10 ribu spesies tumbuhan. Sebagian kecil dari jumlah tersebut sudah terancam punah.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Identifikasi Indikator Potensi Gempa Bumi di Sumatera Paling Selatan

17 jam lalu

Peneliti BRIN Identifikasi Indikator Potensi Gempa Bumi di Sumatera Paling Selatan

Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN melakukan penelitian untuk mengidentifikasi indikator potensi gempa bumi di Sumatera bagian paling selatan.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN: Suhu Panas Akhir-akhir ini Bentuk Suhu Tinggi, Bukan Heatwave

18 jam lalu

Peneliti BRIN: Suhu Panas Akhir-akhir ini Bentuk Suhu Tinggi, Bukan Heatwave

Menurut peneliti BRIN, suhu panas yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini kategorinya suhu tinggi, bukan gelombang panas atau heatwave.

Baca Selengkapnya

'Bintang Jatuh' Terlihat di Yogyakarta dan Sekitarnya, Astronom BRIN: Itu Meteor Sporadis

21 jam lalu

'Bintang Jatuh' Terlihat di Yogyakarta dan Sekitarnya, Astronom BRIN: Itu Meteor Sporadis

Aastronom BRIN menyebut fenomena adanya bintang jatuh di Yogyakarta dan sekitarnya itu sebagai meteor sporadis.

Baca Selengkapnya

Kaya Aktivitas Perikanan dan Tambang, Teluk Kendari Mendangkal dengan Cepat

22 jam lalu

Kaya Aktivitas Perikanan dan Tambang, Teluk Kendari Mendangkal dengan Cepat

Teluk Kendari di kota Kendari mengalami pendangkalan yang dramatis selama sekitar 20 tahun terakhir. Ini kajian sedimentasi di perairan itu oleh BRIN.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

2 hari lalu

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

Berita tentang kenaikan UKT di ITB masih mengisi Top 3 Tekno Berita Terkini.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

2 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

3 hari lalu

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.

Baca Selengkapnya

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

3 hari lalu

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

BRIN terus berupaya menemukan metode yang paling baru, efektif, dan efisien dalam proses pemurnian protein.

Baca Selengkapnya