Dokter Beberkan Dampak Diabetes, dari Baal sampai Gangguan Seksual
Reporter
Moh Khory Alfarizi
Editor
Zacharias Wuragil
Jumat, 8 Oktober 2021 22:55 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia berada di urutan tujuh terbanyak pemilik penderita diabetes di dunia. Menurut laporan terbaru, satu dari sepuluh orang di Indonesia menderita diabetes, dan di Jakarta 30 persen penduduknya mengalami prediabetes—berpotensi menuju diabetes.
Syahidatul Wafa dari Departemen Penyakit Dalam Divisi Metabolik Endokrin, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) mengungkap itu dalam Webinar Awam FKUI, Jumat, 8 Oktober 2021. Dia mencatat, ada kematian lebih dari 3 juta orang karena diabetes di Indonesia per tahun.
Di luar itu, lebih dari 1 juta yang harus diamputasi, lebih dari 500 ribu gagal ginjal, dan lebih dari 300 ribu mengalami kebutaan dalam setahun karena sebab yang sama. “Biaya perawatannya bisa lebih dari Rp 20 juta per pasien per tahun, dan kalau ada 10 juta pasien bisa lebih dari Rp 200 triliun per tahun,” ujar Wafa yang merupakan dokter spesialis penyakit dalam itu.
Dia menerangkan sejumlah faktor risiko seseorang bisa mengidap penyakit diabetes. Menurut data, ada etnis tertentu di wilayah Indonesia Timur yang berisiko, lalu orang yang memiliki berat badan berlebih, orang yang kurang aktivitas, diet tidak seimbang, dan tentu riwayat keluarga penderita diabetes.
Untuk gejalanya, karena diabetes merupakan kondisi di mana gula darah tinggi yang sifatnya menyerap air, biasanya sering berkemih atau kencing setiap malam, yang membuat dehidrasi. “Gejala lainnya cenderung banyak makan, karena selalu merasa lapar, ada rasa baal dan kebas di bagian kaki, dan adanya gangguan hubungan seksual,” kata Wafa.
Jika tidak terkontrol, Wafa memperingatkan, diabetes bisa mendatangkan risiko penyakit jantung yang meningkat 2-4 kali lipat, bahkan 75-80 persen penderitanya meninggal karena kelainan jantung dan pembuluh darah. Hal itu bisa terjadi karena adanya penyumbatan pembuluh darah, sehingga membuat pasien terkena serangan jantung, dan jika di bagian otak bisa terkena stroke.
<!--more-->
Pada ginjal, diabetes ternyata menjadi penyumbang terbesar munculnya kasus cuci darah, yakni sebanyak 43,8 persen. Dampak lainnya adalah kebutaan mendadak, karena terjadi pendarahan pada mata atau adanya penyumbatan, serta membuat aliran darah pada kaki tidak lancar sehingga bisa sampai diamputasi. Untuk dampaknya ke gangguan seksual, Wafa menjelaskan, termasuk terjadinya disfungsi ereksi yang dialami 10-15 tahun lebih awal.
Wafa mengatakan, para dokter perlu mencegah dan mengurangi dampak-dampak tersebut selain mengobati diabetesnya. "Dan data menyebutkan bahwa setiap sepuluh detik ada satu orang yang meninggal karena diabetes,” tutur Wafa.
Sedangkan di era pandemi Covid-19, penderita diabetes juga menjadi lebih rentan terinfeksi, karena memiliki gangguan kekebalan tubuh. Jika terinfeksi, maka gejalanya akan lebih berat, risikonya bisa sampai dirawat di ICU, bahkan bisa menimbulkan kematian.
"Pasien diabetes yang terinfeksi Covid-19 sulit dikontrol gulanya, ditambah usia lanjut yang memiliki penyakit komorbid seperti darah tinggi dan gagal ginjal maka risikonya meningkat."
Untuk menghindarinya, Wafa menyarankan beberapa hal yang perlu dilakukan yakni, diet seimbang, aktivitas fisik rutin dan teratur, berobat, dan sealu pantau gula darah. Selain juga vaksinasi, melakukan protokol kesehatan, persiapkan obat di rumah, cukup istirahat, dan kelola stres.
"Yang penting adalah gula darah terkontrol," kata Wafa, "Rajin cek, perlu punya alat kontrol gula darah di rumah, menjaga kesehatan jantung dan ginjal. Serta kalau ada ganguan perlu dijaga asupan makan."