Dinas Ungkap 24 Varian Delta, Guru Besar Unair: Tercatat 86 Varian Secara Global
Reporter
Moh Khory Alfarizi
Editor
Erwin Prima
Sabtu, 23 Oktober 2021 06:04 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama melaporkan bahwa Covid-19 varian Delta telah bermutasi hingga 24 jenis. Hal itu disampaikan dalam diskusi daring bertajuk ‘Kapankah Pandemi Covid-19 Berakhir’ melalui akun YouTube PKC Cilincing, Kamis, 21 Oktober 2021.
“Varian mutasi virus yang berbahaya, seperti Delta dan anak-anaknya sekarang sudah ada 24 jenis," ujar dia dalam paparannya yang dikutip Tempo, Jumat, 22 Oktober 2021. Namun, Ngabila tidak menjelaskan detail mutasi tersebut terjadi di mana.
Guru Besar Ilmu Biokimia dan Biologi Molekular Universitas Airlangga (Unair), Chairul Anwar Nidom, mencatat sudah ada 86 mutasi varian Delta secara global.
“Mungkin juga termasuk subvarian Delta yang dimaksud oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta itu. Sayangnya informasinya tidak lengkap,” kata dia saat dihubungi, Jumat, sambil menambahkan bahwa SARS-CoV-2 merupakan jenis virus RNA yang terkenal dengan aktivitas mutasinya.
Mutasi biasanya disebabkan oleh ketidakmampuan virus itu dalam membaca kesalahan saat bereplikasi atau yang dikenal dengan proof reading. Sehingga, kata Ketua Tim Laboratoriun Profesor Nidom Foundation (PNF) itu, adanya mutasi selalu dikaji keterkaitannya dengan fungsi biologis atau sekadar 'kontaminasi'. Namun, sebaliknya, Covid-19 mampu membaca kesalahan tersebut.
“Saat ini kita hanya bisa melihat data resmi melalui GISAID Initiative—organisai nirlaba internasional yang mempelajari genetika virus,” katanya lagi.
Varian Delta terdeteksi pertama di India pada Oktober 2020 lalu dan ditetapkan masuk di antara Variant of Concern per Mei lalu—bersamaan dengan ledakan jumlah kasus baru Covid-19 di India. Sejak itu, hasil mutasi SARS-CoV-2 varian ini menyebar cepat di dunia.
Yang terbaru adalah Delta Plus atau atau AY.4.2 yang merupakan turunan dari varian Delta. Otoritas kesehatan masyarakat Inggris (PHE) sedang melacak varian itu karena telah menginfeksi lebih banyak orang baru-baru ini di negara itu.
Menurut laporan, AY.4.2 menggantikan Delta pada tingkat yang jauh lebih lambat daripada Delta menggantikan varian Alpha yang sebelumnya dominan. Bahkan, varian Delta saat ini, diperkirakan sekitar 60 persen lebih menular daripada Alpha.
Baca:
Kasus Pertama, Varian Delta Plus Menginfeksi Bocah Israel Usia 11 Tahun
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.