Studi: Pandemi Covid-19 tak Turunkan Motivasi Para Perokok
Reporter
Antara
Editor
Zacharias Wuragil
Selasa, 2 November 2021 19:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi Covid-19 tak menurunkan motivasi para perokok dalam mengkonsumsi rokok. Ini seperti yang didapati dari hasil penelitian kerja sama Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI), dan Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia.
Hasil penelitian itu menyebut korelasi antara Covid-19 dengan pengurangan merokok masih terbatas, terutama bagi mereka yang saat ini masih merokok. "Mereka pun menjadi kelompok yang rentan terpapar Covid-19,” kata Wakil Tim Peneliti, Krisna, dalam webinar 'Tapak Tilas Advokasi Harga Rokok di Indonesia', Selasa 2 November 2021.
Menurut Krisna, hasil dari penelitian yang dilakukan pada Mei lalu tersebut menunjukkan mayoritas perokok tidak mempercayai bukti ilmiah kalau merokok dapat memperparah gejala Covid-19. Sebaliknya, sebanyak 84 persen dari responden mantan perokok dan bukan perokok mempercayai bahwa perilaku merokok tidak menguntungkan terutama saat mereka terjangkit Covid-19.
Sikap bandel para perokok sejalan dengan hasil penelitian pada Desember 2020 sampai Januari 2021. Saat itu sebanyak 3 persen dari 412 responden perokok mengaku meningkatkan konsumsi rokok selama 10 bulan pandemi Covid-19 menyebar di Indonesia.
Sebanyak 55 persen responden menyatakan tidak mengubah jumlah rokok yang dikonsumsi per hari. Hanya 42 persen responden yang mengaku mengurangi konsumsi rokoknya. Tapi pengurangan bukan karena kesadaran mereka menjadi lebih berisiko bergejala berat.
“Berdasarkan tindak lanjut penelitian tersebut, yang berupa wawancara mendalam, kami menemukan bahwa perokok mengurangi konsumsi rokok untuk menghemat belanja mereka,” kata Krisna.
Sementara itu, perokok yang meningkatkan konsumsi rokoknya di tengah pandemi Covid-19 beralasan telah kecanduan dan tidak bisa berhenti merokok. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat 24 persen responden rokok yang beralih kepada rokok dengan harga lebih murah.
“Kami melihat bagaimana harga menjadi pertimbangan bapak dan ibu yang masih merokok," kata Krisna sambil menambahkan, harga menentukan rokok mana yang dipilih, "Sehingga kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan harga rokok akan mempengaruhi pengambilan keputusan di level individu.”
Baca juga:
3 Jawaban WHO tentang Kebiasaan Merokok dan Infeksi Covid-19