Kain Sutra yang Direkayasa Bikin Kulit Lebih Adem 12 derajat Celsius

Selasa, 9 November 2021 17:17 WIB

Seorang pekerja memotong pola dari kain sutra yang akan digunakan untuk membuat pakaian APD yang dirancang oleh desainer Zhou Li, di sebuah studio di tengah pandemi wabah Virus Corona di Beijing, Tiongkok, 17 Mei 2020. REUTERS/Tingshu Wang

TEMPO.CO, Jakarta - Tim peneliti dari Cina dan Amerika Serikat merekayasa kain sutra hingga membuatnya terasa adem dan sejuk meski digunakan di luar ruangan, di bawah sorot terik matahari. Dalam penelitian yang dilakukan, kain sutra itu mampu menjaga suhunya lebih dingin 12,5 derajat Celsius daripada kain katun.

Hasil penelitian itu dianggap kabar gembira di tengah cuaca panas yang semakin kerap terjadi. Sementara, diperkirakan 15 persen dari konsumsi listrik global habis untuk kebutuhan menjaga ruangan-ruangan tetap sejuk. Kain sutra yang direkayasa itu boleh jadi jawaban atas pencarian para ilmuwan atas cara-cara yang bisa mendinginkan tubuh tanpa perlu listrik.

Jia Zhu dari Nanjing University, Cina; Shanhui Fan dari Stanford University, AS, dan sejumlah koleganya yang lain berada di balik eksperimen rekayasa sutra itu. Mereka terinspirasi oleh sutra alami yang dirasa sejuk di kulit karena kemampuannya memantulkan kembali sebagian besar radiasi matahari yang datang kepadanya—terutama gelombang cahaya tampak dan inframerah. Kain dari serat protein kepompong ulat sutra itu juga bersifatmelepaskan panas.

Zhu dkk lalu merekayasa sutra untuk memblok lebih banyak radiasi matahari—hingga sekitar 95 persen. Caranya, mengikatkan ke serat kain sutera itu partikel nano aluminium oksida yang bersifat memantulkan gelombang ultraviolet.

Ketika para peneliti itu menempatkan kain sutra yang sudah direkayasa ini di bawah sinar matahari, mereka menemukan kalau suhu di baliknya bisa 3,5 derajat lebih sejuk daripada suhu udara sekitarnya. Penyebabnya, sutra yang semakin mampu merefleksikan sebagian besar radiasi matahari yang datang.

Advertising
Advertising

Seperti yang dipublikasikan dalam Jurnal Nature 8 November 2021, ini adalah serat kain pertama yang dikembangkan yang tetap menjaga suhu udara lebih dingin daripada suhu udara sekelilingnya ketika berada di bawah sinar matahari.

Zhu dkk juga mensimulasikan penggunaan kain sutra itu menyelimuti kulit dan tubuh manusia. Kulit tiruan dibuat dari karet silikon yang membungkus sebuah pemanas untuk meniru kehangatan tubuh manusia. Hasilnya, kain sutra itu menjaga suhu ‘tubuh’ lebih dingin 8 derajat Celsius saat di bawah sorot langsung sinar matahari dibandingkan kain sutra murni. Dibandingkan penggunaan kain katun, dia menjaga kulit 12,5 derajat lebih dingin.

Di bagian final dari eksperimennya, para peneliti itu merancang baju kaos lengan panjang dan berkerah dari bahan sutra rekayasa itu kemudian meminta seorang relawan mengenakannya di tengah terik matahari, suhu udara 37 derajat Celsius. Citra inframerah menunjukkan baju itu tetap adem. Citra yang lain dari relawan yang mengenakan jenis baju serupa dari sutra murni maupun katun menunjukkan suhu yang menghangat dan menjadi panas.

Warga menghalau sinar matahari dengan pakaiannya saat melakukan aktivitas di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Selasa 22 Oktober 2019. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi wilayah Indonesia akan mengalami panas selama kurang lebih satu minggu dengan suhu mencapai 37 derajat Celcius. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

“Mengenakan kain sutra yang direkayasa itu di hari yang panas, di bawah terik matahari, orang akan merasa jauh lebih adem daripada mengenakan tekstil biasa seperti katun,” kata Zhu.

Zhu menambahkan, kain sutra yang sudah direkayasa itu nyaman dikenakan, dengan aerasi yang baik, dan bisa dicuci dan dikeringkan berulang kali tanpa terurai. “Secara biaya juga efektif untuk dibuat dan bisa diproduksi massal,” katanya. Sedangkan Fan mengatakan, kain didesain terutama untuk menjaga orang-orang tetap sejuk saat di luar ruangan dan terpapar sinar matahari, ketimbang dalam ruangan seperti rumah dan kantor.

NEW SCIENTIST, NATURE

Baca juga:
Perkenalkan Bombyx, Robot Ulat Sutra dari Laboratorium Facebook


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Jadwal Final Piala Thomas 2024 Minggu Sore, Berikut Susunan Pemain Indonesia Lawan Cina

46 menit lalu

Jadwal Final Piala Thomas 2024 Minggu Sore, Berikut Susunan Pemain Indonesia Lawan Cina

Simak susunan pemain untuk laga final Piala Thomas 2024 antara Cina vs Indonesia yang akan digelar hari ini, Migggu, mulai 17.00 WIB.

Baca Selengkapnya

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

1 jam lalu

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

Ester Nurumi Tri Wardoyo yang turun di partai ketiga kalah melawan He Bing Jiao sehingga Cina yang jadi juara PIala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Dampak Cuaca Panas Ekstrem pada Kesehatan Mental

2 jam lalu

Dampak Cuaca Panas Ekstrem pada Kesehatan Mental

Penelitian menyebut cuaca panas ekstrem dapat berdampak besar pada kesehatan mental. Berikut berbagai dampaknya.

Baca Selengkapnya

Guru Besar FKUI Sebut Cuaca Panas Juga Berdampak pada Layanan Kesehatan

2 jam lalu

Guru Besar FKUI Sebut Cuaca Panas Juga Berdampak pada Layanan Kesehatan

Bukan hanya masyarakat biasa, cuaca panas juga berpotensi menghambat tenaga medis memberikan layanan kesehatan pada masyarakat.

Baca Selengkapnya

Pakar Kesehatan Bagi Tips Hadapi Cuaca Panas

15 jam lalu

Pakar Kesehatan Bagi Tips Hadapi Cuaca Panas

Berikut tips yang dapat diterapkan demi terhindar dari dehidrasi hingga heat stroke atau serangan panas saat cuaca panas.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

16 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

21 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

21 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

22 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

1 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya