Uji Infeksi Omicron pada Hewan, Kerusakan Paru tak Sebanding Delta

Senin, 3 Januari 2022 17:53 WIB

Varian baru virus corona, Omicron masih membuat khawatir para ahli. Pasalnya, Omicron lebih mudah membuat seseorang kembali terpapar atau reinfeksi meski sudah memiliki antibodi, tetapi gejalanya cenderung ringan pada yang sudah divaksinasi.

TEMPO.CO, Jakarta - Serangkaian penelitian baru pada hewan laboratorium dan jaringan manusia memberikan indikasi awal mengapa Omicron menyebabkan gejala infeksi yang lebih ringan daripada versi virus corona SARS-CoV-2 sebelumnya. Dalam penelitian pada tikus dan hamster, Omicron menghasilkan infeksi yang tidak terlalu merusak, seringkali terbatas, pada saluran napas bagian atas: hidung dan tenggorokan.

Varian sebelumnya, Delta, kerap menyebabkan jaringan parut dan kesulitan bernapas yang serius. Menurut ahli biologi komputasi di Berlin Institute of Health, Jerman, Roland Eils, yang telah mempelajari bagaimana Covid-19 menginfeksi saluran napas, adalah adil untuk mengatakan bahwa gagasan penyakit yang memanifestasikan diri si virus. “Terutama di sistem pernapasan bagian atas sedang muncul,” ujar dia pada Jumat, 31 Desember 2021.

Pada November, ketika laporan pertama tentang Omicron ke luar dari Afrika Selatan, para ilmuwan hanya bisa menebak bagaimana mungkin varian itu berperilaku berbeda dari varian yang sebelumnya. Yang mereka tahu hanyalah bahwa Omicron memiliki kombinasi yang khas dan mengkhawatirkan karena memiliki lebih dari 50 mutasi genetik.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa beberapa mutasi ini memungkinkan virus corona untuk menginfeksi sel lebih kuat. Beberapa mutasi yang lain memungkinkan virus menghindari antibodi, yang berfungsi sebagai garis pertahanan awal melawan infeksi.

Namun, bagaimana varian baru itu bisa berperilaku di dalam tubuh adalah sebuah misteri. “Anda tidak dapat memprediksi perilaku virus hanya dari mutasi,” kata Ravindra Gupta, ahli virologi di University of Cambridge, Amerika Serikat.

Advertising
Advertising

Selama sebulan terakhir, lebih dari selusin kelompok penelitian, termasuk Gupta dan timnya, telah mengamati patogen baru di laboratorium, menginfeksi sel di cawan Petri dengan Omicron dan menyemprotkan virus ke hidung hewan. Saat mereka bekerja, Omicron terus menyebar ke seluruh dunia, dengan mudah menginfeksi, bahkan orang-orang yang telah divaksinasi atau telah pulih dari infeksi.

Tetapi ketika kasusnya meroket, jumlah kasus rawat inap hanya meningkat sedikit. Studi awal pasien menunjukkan bahwa Omicron cenderung menyebabkan penyakit parah daripada varian lain, terutama pada orang yang sudah divaksinasi. Namun, temuan itu datang dengan banyak peringatan.

Selain itu, sebagian besar infeksi awal Omicron terjadi pada orang muda, yang cenderung tidak sakit parah dengan semua versi virus. Dan banyak dari kasus awal itu terjadi pada orang dengan kekebalan tertentu dari infeksi atau vaksin sebelumnya. Tidak jelas apakah Omicron juga terbukti kurang parah pada orang tua yang tidak divaksinasi, misalnya.

Eksperimen pada hewan dapat membantu menjernihkan ambiguitas ini, karena para ilmuwan dapat menguji Omicron pada hewan identik manusia yang hidup dalam kondisi identik pula. Lebih dari setengah lusin eksperimen yang dipublikasikan dalam beberapa hari terakhir semuanya menunjukkan kesimpulan yang sama: Omicron lebih ringan daripada Delta dan versi virus sebelumnya.

Pada Rabu, 29 Desember, konsorsium besar ilmuwan Jepang dan Amerika merilis laporan tentang hamster dan tikus yang telah terinfeksi Omicron atau salah satu dari beberapa varian sebelumnya. Mereka yang terinfeksi Omicron ditemukan memiliki lebih sedikit kerusakan paru-paru. Kehilangan berat badan dan kemungkinannya untuk mati juga lebih sedikit dibandingkan saat hewan-hewan itu terinfeksi varian Delta.

Mikrograf elektron dari jaringan bronkus manusia yang terinfeksi SARS-CoV-2 varian Omicron. Panah merah menunjuk partikel-partikel virus corona tersebut. dok. LKS Faculty of Medicine at The University of Hong Kong (HKUMed)

Meskipun hewan yang terinfeksi Omicron rata-rata mengalami gejala yang jauh lebih ringan, para ilmuwan dikejutkan khususnya oleh hasil pada hamster Suriah. Pasalnya, spesies ini diketahui sakit parah dengan infeksi semua versi virus sebelumnya. “Setiap varian lain telah dengan kuat menginfeksi hamster ini,” tutur Michael Diamond, ahli virus di University of Washington yang juga salah satu penulis penelitian.

Beberapa penelitian lain pada tikus dan hamster telah mencapai kesimpulan yang sama. Alasan mengapa gejala infeksi Omicron lebih ringan mungkin karena masalah anatomi. Diamond dan rekan-rekannya menemukan bahwa tingkat keberadaan Omicron di hidung hamster sama dengan hewan yang terinfeksi virus corona bentuk awal. Tapi kadar Omicron di paru-paru sepersepuluh atau kurang dari tingkat varian lainnya.

Temuan serupa datang dari para peneliti di University of Hong Kong yang mempelajari potongan-potongan jaringan yang diambil dari saluran udara manusia selama operasi. Dalam 12 sampel paru-paru, para peneliti menemukan bahwa Omicron tumbuh lebih lambat daripada Delta dan varian lainnya di organ itu.

Para peneliti juga menginfeksi jaringan dari bronkus, saluran di dada bagian atas yang mengalirkan udara dari tenggorokan ke paru-paru, dengan Omicron. Yang ditemukan kemudian adalah sebaliknya, yakni di dalam sel bronkus itu, dalam dua hari pertama setelah infeksi, Omicron tumbuh lebih cepat daripada Delta atau virus corona asli.

Namun, temuan-temuan ini harus ditindaklanjuti dengan penelitian lebih lanjut, seperti percobaan dengan monyet atau pemeriksaan saluran udara manusia yang terinfeksi Omicron. Jika hasilnya bertahan hingga pengawasan, mereka mungkin menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi Omicron tampaknya lebih kecil kemungkinannya untuk dirawat di rumah sakit dibandingkan dengan varian Delta.

NEW YORK TIMES | DAILY MAIL | FOX NEWS

Baca juga:
Proyeksi Kesehatan 2022, Dekan FKUI: Penyebaran Omicron Memburuk


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

20 jam lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

1 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

2 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

5 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Benarkah Tidur di Lantai atau dengan Kipas Angin Sebabkan Paru-paru Basah?

9 hari lalu

Benarkah Tidur di Lantai atau dengan Kipas Angin Sebabkan Paru-paru Basah?

Dokter meluruskan beberapa mitos seputar paru-paru basah, termasuk yang mengaitkan kebiasaan tidur di lantai dan kipas angin menghadap badan.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

9 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

9 hari lalu

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

"Terbukti secara sah dan meyakinkan," kata jaksa KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat membacakan surat tuntutan pada Kamis, 18 April 2024.

Baca Selengkapnya

Mengenali Tipe Penyakit Pneumotoraks seperti yang Dialami Winter Aespa

12 hari lalu

Mengenali Tipe Penyakit Pneumotoraks seperti yang Dialami Winter Aespa

Winter Aespa alami pneumotoraks dapat berupa kolaps paru total atau kolaps sebagian paru saja. Berikut beberapa tipe penyakit ini.

Baca Selengkapnya

Apa Itu Penyakit Pneumotoraks yang Diderita Winter Aespa?

12 hari lalu

Apa Itu Penyakit Pneumotoraks yang Diderita Winter Aespa?

SM Entertainment secara resmi mengkonfirmasi laporan bahwa Winter Aespa telah menjalani operasi untuk pneumotoraks. Penyakit apa itu?

Baca Selengkapnya

Penyebab Pneumothorax yang Dialami Winter aespa

13 hari lalu

Penyebab Pneumothorax yang Dialami Winter aespa

Winter aespa menjalani masa pemulihan untuk penyakit pneumothorax, apa saja penyebab dan gejalanya?

Baca Selengkapnya