Dokter di AS Sebut Omicron Mirip Flu Musiman, Ini Tanggapan Pakar

Selasa, 4 Januari 2022 13:01 WIB

Varian baru Omicron diteliti memiliki tingkat penularan sangat cepat dan sulit diredam penularannya.

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang dokter spesialis jantung di Amerika Serikat, Afshine Emrani, menyebut Covid-19 varian Omicron sebagai virus yang tidak lebih dari flu musiman. Melalui akun Twitter miliknya, Emrani yang juga Direktur di Los Angeles Heart Specialists, menyarankan agar negara-negara tidak menguji varian Covid-19 dengan kode B.1.1.529 itu.

“Sebaliknya, lebih baik fokus pada sumber daya mereka untuk memberikan bantuan psikologis dan keuangan kepada orang yang membutuhkan,” cuit dia pada Selasa, 28 Desember 2021.

Menanggapi pernyataan Emrani, Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara periode 2018-2020, Tjandra Yoga Aditama, menyarankan agar tidak bereaksi berlebihan terhadap pernyataan itu. Secara proporsional, kata dia, apa yang disampaikan Emrani sudah dibantah oleh tiga hal dasar.

Pertama, hasil penelitian berskala internasional, kedua, kajian dan pernyataan lembaga resmi seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), serta ketiga, data epidemiologi yang jelas sudah ada. “Dari tiga sumber ini tidak ada yang menyebut Omicron ini tidak lebih dari virus flu musiman,” ujar dia saat dihubungi Selasa, 4 Januari 2022.

Selain itu, Emrani, yang memiliki lebih dari 26 ribu pengikut di Twitter itu juga telah mengunggah pembaruan tentang pandemi sejak munculnya virus SARS-CoV-2 itu. Dia mengklaim bahwa Omicron ‘secara harfiah’ adalah vaksin yang tidak dapat dibuat oleh perusahaan vaksin. “Dalam 8-12 minggu dunia akan divaksinasi karena penyebaran virus itu.”

Advertising
Advertising

Pernyataannya datang ketika dunia menyaksikan penyebaran varian Omicron yang cepat, terutama di Eropa dan Amerika Serikat. Dia menerangkan bahwa tidak banyak yang bisa dilakukan untuk menghentikan virus yang sudah digolongkan ke dalam variant of concern (VOC) oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO itu menginfeksi 80 persen populasi.

Menurut Emrani, baik menggunakan masker atau yang sudah disuntik vaksin tidak ada bedanya, karena mereka memiliki peluang tertular. Meskipun tentu, orang yang divaksinasi memiliki peluang yang jauh lebih rendah untuk meninggal atau dirawat di rumah sakit. Ancaman terbesar menurutnya tetap pada reaksi berlebihan dari lembaga pemerintah.

“Ini menyebabkan kepanikan, misalnya yang mengarah pada penutupan yang merugikan mereka yang paling rentan di antara kita,” kata Emrani berpendapat.

Tjandra yang merupakan Guru Besar di Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), menambahkan lagi bahwa ‘teori dari seseorang’ tidak mungkin mengubah ilmu pengetahuan dunia. “Artinya apa yang disampaikan seorang pakar harus berbasis penelitian yang sahih,” kata Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Jakarta itu.

Senada dengan Tjandra, Guru Besar Ilmu Biokimia dan Biologi Molekular Universitas Airlangga (Unair) Chairul Anwar Nidom, juga menyatakan bahwa pihaknya belum bisa mengatakan Omicron tidak lebih dari flu musiman karena data risetnya masih sedikit, terutama terkait dengan patogenisitas terhadap inang. “Semuanya bersifat spekulatif yang didasarkan kepada kondisi orang yang terinfeksi,” ujarnya.

Nidom menerangkan semua reaksi Omicron, baik dari kondisi fisiologis inang, interaksi dengan varian-varian yang ada, termasuk cara menghindar terhadap vaksin yang ada, datanya belum ada yang valid. Oleh karena itu, profesor di Fakultas Kedokteran Hewan Unair itu mengatakan masyarakat tidak perlu berlebihan menyikapi Omicron ini.

“Namun, harus tetap mewaspadai adanya dinamika virus Omicron, terutama yang punya komorbit dan para lansia, karena varian itu sudah menular antar-orang Indonesia,” ujar Nidom, Founder dan Ketua Tim Profesor Nidom Foundation (PNF).

LIVE MINT | ECONOMIC TIMES

Baca:
Inggris Buat Rencana Darurat Penanganan Omicron untuk Rumah Sakit hingga Sekolah

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

13 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

20 jam lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

1 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Dokter Bedah Ternama Gaza Tewas di Penjara Israel, Diduga Disiksa

1 hari lalu

Dokter Bedah Ternama Gaza Tewas di Penjara Israel, Diduga Disiksa

Seorang dokter bedah Palestina terkemuka dari Rumah Sakit al-Shifa di Gaza meninggal di penjara Israel setelah lebih dari empat bulan ditahan.

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

1 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

1 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

2 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

2 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

5 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya