TEMPO.CO, Jakarta - Jika tsunami disebut gelombang pasang itu tak sepenuhnya tepat, seperti dikutip dari situs web Geoscience Australia. Sebab, tsunami tidak ada hubungannya dengan pasang surut yang dipengaruhi oleh gravitasi Bumi, bulan, dan matahari.

Mengutip situs web International Tsunami Information Center, tsunami disebabkan oleh letusan gunung berapi, longsor, dan gempa. Ketika terjadi tsunami arus gelombang memang besar. Tapi, tsunami memiliki lebih dari satu gelombang yang terpisah-pisah.

Perbedaan lainnya antara tsunami dengan gelombang pasang, yakni pergerakan airnya. Gelombang pasang hanya menyebabkan gerakan air di dekat permukaan saja. Gelombang pasang ditentukan oleh angin yang sedang berembus.

Sedangkan, tsunami menyebabkan gerakan air dari permukaan hingga ke dasar laut. Itu sebabnya, kecepatan gelombang tsunami ditentukan oleh kedalaman air laut. Tsunami cenderung akan melambat ketika mendekati daratan dan perairan yang dangkal.

Perbedaan yang paling kentara terkait daya rusaknya. Tsunami akan membuat segala yang dilewati menjadi rusak. Itu sebabnya ada peringatan dini jika ditemukan kemungkinan terjadinya tsunami, terutama setelah gempa. Sedangkan gelombang pasang tidak terlalu merusak.

Belum lama ini publik di berbagai belahan dunia menyoroti tsunami yang terjadi di Tonga, negara kepulauan di Oseania. Tonga dilanda tsunami pada Sabtu 15 Januari 2022 setelah gunung berapi bawah laut meletus sehari sebelumnya.

Layanan Meteorologi Tonga menjelaskan, peringatan diberlakukan untuk seluruh pulau dan penduduk segera mengungsi saat air laut naik ke daratan. Citra satelit yang diunggah di media sosial menunjukkan sejumlah pulau di Tonga sempat hilang ditenggelamkan tsunami. Gelombang tsunami yang sama yang kemudian memicu peringatan tsunami banyak negara di sekitar Samudera Pasifik.

NAUFAL RIDHWAN ALY

Baca: Mengapa Saat Gempa Muncul Peringatan Kemungkinan Terjadinya Tsunami?