Bukan Cuma Tsunami, Ledakan Gunung Api Tonga Picu Gelombang di Atmosfer

Senin, 31 Januari 2022 22:24 WIB

Gumpalan membumbung di atas Tonga setelah gunung berapi bawah laut Hunga Tonga-Hunga Ha'apai meletus dalam citra satelit yang diambil oleh Himawari-8, satelit cuaca Jepang yang dioperasikan oleh Badan Meteorologi Jepang pada 15 Januari 2022. NOAA/SSEC/CIMSS via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Pada tanggal 15 Januari 2022, letusan gunung api bawah laut Hunga Tonga-Hunga Ha'apai di Samudera Pasifik selatan memicu tsunami laut sampai sejauh pantai barat Amerika Serikat. Efek gelombang bukan hanya di air namun juga di udara. Gelombang tekanan di atmosfer dengan cepat menyebar dari Tonga ke seluruh dunia.

Dari pengamatan satelit dengan sensor infra merah di atas Bumi, gelombang itu tampak seperti riak yang dihasilkan dengan menjatuhkan batu di kolam. "Gelombang menjalar mengikuti lekuk Bumi yang bulat, bukan terlepas begitu saja ke luar atmosfer," kata Kevin Hamilton, profesor ilmu atmosferik di University of Hawaii.

Pola gelombang itu kompleks saat awal terjadinya, tak lama setelah letusan. Tapi, pada jarak ribuan mil dari Tonga, kelihatan sebagai sebuah fron gelombang terisolasi yang menjalar horizontal menyapu seluruh muka Bumi dengan kecepatan 650 mil per jam.

James Garvin, ketua tim ilmuwan di Goddard Space Flight Center, NASA, memperkirakan letusan gunung api di Tonga pada hari itu berkekuatan setara sekitar 10 megaton TNT. Atau, sekitar 500 kali lebih kuat daripada bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima, Jepang, di era Perang Dunia II.

Perluasan muka gelombang dari letusan gunung api Tonga itu adalah contoh yang sangat spektakuler dari fenomena propagasi global gelombang atmosfer. "Letusan ini begitu kuat sehingga menyebabkan atmosfer berdentang seperti lonceng, meskipun pada frekuensi yang terlalu rendah untuk didengar," kata Hamilton.

Advertising
Advertising

Foto udara menunjukkan kepulan asap dari gunung berapi bawah laut beberapa hari sebelum erupsi di Tonga, 7 Januari 2022. Letusan gunung berapi pada 15 Januari 2022 tersebut membuat tsunami menghantam Tonga dan memicu peringatan tsunami di beberapa negara di kawasan Pasifik Selatan. Planet Labs PBC/via REUTERS

Fenomena gelombang tekanan di atmosfer pertama kali diteorikan dari letusan Gunung Krakatau di Selat Sunda, Indonesia, pada 1883. Menurut Hamilton, denyut gelombang dari letusan Krakatau terdeteksi dalam pengamatan barometrik di seluruh dunia. Royal Society of London menerbitkan serangkaian peta yang menggambarkan propagasi muka gelombang dalam laporan tahun 1888 yang terkenal tentang letusan tersebut.

Gelombang yang menjalar setelah Krakatau atau Hunga Tonga-Hunga Ha'apai meletus adalah gelombang suara berfrekuensi sangat rendah. Propagasi terjadi ketika perubahan tekanan lokal menghasilkan gaya pada udara yang berdekatan, yang kemudian berakselerasi, menyebabkan ekspansi atau kompresi dengan perubahan tekanan yang menyertainya, yang pada gilirannya memaksa udara lebih jauh di sepanjang jalur gelombang.

"Pada pengalaman normal kita dengan gelombang suara berfrekuensi lebih tinggi, kita mengharapkan suara merambat dalam garis luru," kata Hamilton. Dia memisalkan, dari roket kembang api yang meledak langsung ke telinga penonton di tanah. "Tapi, tekanan global ini memiliki kekhasan menyebar hanya secara horizontal, dan mengikuti kelengkungan Bumi," katanya membandingkan.

Lebih dari 200 tahun yang lalu, Hamilton memaparkan, matematikawan, fisikawan, dan astronom Prancis, Pierre-Simon de Laplace, meramalkan perilaku seperti itu. Laplace mendasarkan teorinya pada persamaan fisik yang mengatur gerakan atmosfer dalam skala global.

Gunung Anak Krakatau pada 11 Januari 2019. Gunung itu tumbuh di bekas kawah Gunung Krakatau yang telah meletus 1883 . REUTERS/DigitalGlobe

Dia meramalkan bahwa harus ada kelas gerakan di atmosfer yang menyebar dengan cepat tetapi memeluk permukaan bumi. Laplace menunjukkan bahwa gaya gravitasi dan daya apung atmosfer mendukung gerakan udara horizontal relatif terhadap gerakan udara vertikal, dan salah satu efeknya adalah memungkinkan beberapa gelombang atmosfer mengikuti lengkungan Bumi.

Untuk sebagian besar abad ke-19, tampaknya itu ide yang agak abstrak. Tetapi data tekanan setelah letusan Krakatau 1883 dan Hunga Tonga-Hung Ha'apai 2022 menunjukkan secara dramatis bahwa Laplace benar dan bahwa gerakan memeluk Bumi ini dapat tereksitasi dan akan menyebar melalui jarak yang sangat jauh.

Getaran global ini, yang dianalogikan dengan air yang mengalir bolak-balik di bak mandi, baru-baru ini terdeteksi secara meyakinkan. Gelombang dapat menghubungkan atmosfer dengan cepat di seluruh dunia, seperti gelombang yang merambat melalui alat musik, seperti senar biola, kulit gendang, atau bel logam. Atmosfer dapat dan memang "berdering" pada serangkaian frekuensi yang berbeda.

SPACE

Baca juga:
Peregangan Jawa-Sumatera Berdampak ke Anak Krakatau dan Gempa Selat Sunda


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Gempa Mengguncang dari Laut Selatan, Wisatawan Ramai Tinggalkan Pantai Pangandaran

1 hari lalu

Gempa Mengguncang dari Laut Selatan, Wisatawan Ramai Tinggalkan Pantai Pangandaran

Dinas Pariwisata Kabupaten Pangandaran membantah banyak wisatawan pulang mendadak dan sebabkan kemacetan pasca-guncangan gempa pada dinihari tadi.

Baca Selengkapnya

Gempa 6,5 Magnitudo di Laut Selatan Jawa Barat, Guncangan Terasa Hingga Depok

1 hari lalu

Gempa 6,5 Magnitudo di Laut Selatan Jawa Barat, Guncangan Terasa Hingga Depok

Warga Depok merasakan guncangan gempa 6,5 magnitudo yang terjadi pada Sabtu malam. Titik gempa di laut selatan Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Gempa yang Mengguncang Kencang Garut hingga Jakarta, Ini Data dan Penjelasan BMKG

1 hari lalu

Gempa yang Mengguncang Kencang Garut hingga Jakarta, Ini Data dan Penjelasan BMKG

BMKG memperbarui informasi gempa yang mengguncang kuat dari laut selatan Pulau Jawa pada Kamis menjelang tengah malam, 27 April 2024.

Baca Selengkapnya

Gempa Magnitudo 4,7 Guncang Boalemo Gorontalo, Tidak Berpotensi Tsunami

2 hari lalu

Gempa Magnitudo 4,7 Guncang Boalemo Gorontalo, Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa tersebut dirasakan di Kabupaten Boalemo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango, Kota Gorontalo hingga Kabupaten Pohuwato.

Baca Selengkapnya

Gempa Getarkan Pacitan dan Banyak Wilayah Lain di Indonesia Sepanjang Hari Ini

6 hari lalu

Gempa Getarkan Pacitan dan Banyak Wilayah Lain di Indonesia Sepanjang Hari Ini

Kebanyakan gempa memiliki Intensitas guncangan pada skala III MMI. Ada juga yang IV MMI. Simak data selengkapnya dari BMKG.

Baca Selengkapnya

Tips Menyusun Jurnal Scopus, Pemicu Banjir Dubai, dan Catatan Tsunami Gunung Ruang di Top 3 Tekno

10 hari lalu

Tips Menyusun Jurnal Scopus, Pemicu Banjir Dubai, dan Catatan Tsunami Gunung Ruang di Top 3 Tekno

Langkah untuk menyusun jurnal terindeks Scopus, basis data paling bergengsi di dunia akademik, menjadi artikel utama Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Erupsi Gunung Ruang dan Bencana Dahsyat 1871

10 hari lalu

Erupsi Gunung Ruang dan Bencana Dahsyat 1871

Erupsi Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara tak hanya menghasilkan gumpalan abu vulkanik.

Baca Selengkapnya

Letusan Gunung Ruang Rusak Fasilitas Pemantau Kegempaan, Alat Apa Saja yang Dipasang?

11 hari lalu

Letusan Gunung Ruang Rusak Fasilitas Pemantau Kegempaan, Alat Apa Saja yang Dipasang?

Erupsi Gunung Ruang sempat merusak alat pemantau aktivitas vulkanik. Gunung tak teramati hingga adanya peralatan pengganti.

Baca Selengkapnya

Sejarah Letusan Gunung Ruang, Pernah Catat Tsunami Setinggi 25 Meter

11 hari lalu

Sejarah Letusan Gunung Ruang, Pernah Catat Tsunami Setinggi 25 Meter

Badan Geologi mencatat erupsi Gunung Ruang terjadi sedikitnya 16 kali sejak 1808.

Baca Selengkapnya

Fakta Erupsi Gunung Ruang: Ancaman Tsunami sampai Belasan Penerbangan di Manado Dibatalkan

11 hari lalu

Fakta Erupsi Gunung Ruang: Ancaman Tsunami sampai Belasan Penerbangan di Manado Dibatalkan

Erupsi Gunung Ruang di Sulawesi Utara menyebabkan sejumlah penerbangan dari dan ke Manado dibatalkan, peringatan dini tsunami dan hujan kerikil.

Baca Selengkapnya