Soal 'Sapu Terbang', Benarkah Amerika Bergantung kepada Mesin Roket Rusia?
Reporter
Zacharias Wuragil
Editor
Zacharias Wuragil
Sabtu, 12 Maret 2022 16:33 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pernyataan tentang sapu terbang Amerika menyita perhatian luas. Pendiri SpaceX Elon Musk mencuit kalau sapu Amerika bisa diandalkan. Belakangan seorang direktur peluncuran roket SpaceX mengulanginya kembali, usai keberhasilan Roket Falcon 9 mengangkasa membawa serta 48 satelit Starlink sekaligus ke orbitnya pada Rabu 9 Maret 2022. "Saatnya membiarkan sapu Amerika terbang dan mendengar suara kebebasan," kata dia.
Pernyataan keduanya merujuk kepada apa yang pernah disampaikan Bos Badan Antariksa Rusia Dmitry Rogozin dalam sebuah wawancara dengan saluran TV Rusia 24 pada Kamis, 3 Maret 2022. Sebagai balasan atas sanksi ekonomi yang diterima negaranya pascakebijakan invasi ke Ukraina, Rogozin menyatakan kalau Roscosmos telah stop menjual mesin roket kepada Amerika Serikat.
“Hari ini kami telah membuat keputusan menghentikan suplai mesin roket produksi NPO Energomash ke Amerika Serikat," katanya seperti dikutip oleh kantor berita pemerintah Rusia, Tass, dari wawancara itu. “Asal tahu saja, suplai mesin roket ini telah cukup intensif sejak 1990-an. Entah bagaimana mereka akan terbang (meluncur ke antariksa) nanti, apakah dengan sapu terbangnya atau apa," kata Rogozin menurut yang diberitakan Reuters.
Keputusan itu sejatinya tak akan berdampak untuk kebanyakan peluncuran roket di tanah Amerika tapi bisa mengubah bagaimana kargo bisa dikirim ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Adalah dua perusahaan di Amerika Serikat, yakni United Launch Alliance, perusahaan penyedia peluncuran antariksa untuk NASA dan Departemen Pertahanan AS, dan Northrop Grumman yang secara berkala memberikan jasanya meluncurkan muatan kargo ke ISS untuk NASA, yang bergantung kepada mesin-mesin roket produksi NPO Energomash.
ULA mengklaim telah memiliki seluruh mesin roket yang dipesan dari Rusia untuk seluruh kebutuhan roketnya, seiring mereka juga telah mulai transisi ke mesin roket buatan Amerika. Sedangkan bagi Northrop Grumman, keputusan yang sama mungkin akan menunda misi peluncuran berikutnya.
ULA
Perusahaan patungan Boeing dan Lockheed Martin ini menggunakan mesin roket RD-180 buatan Rusia sebagai sumber tenaga roket Atlas V--jenis roket yang telah diterbangkan selama hampir dua dekade. Tapi, belakangan ULA mulai mengembangkan roket baru, Vulcan, yang kompatibel dengan mesin buatan Amerika. ULA telah menunjuk perusahaan Jeff Bezos, Blue Origin, untuk mengembangkan mesin roket Vulcan tersebut.
Masalahnya, mesin itu belum juga tersedia meski tenggat awal telah terlewati beberapa tahun. CEO ULA, Tory Bruno, mengisyaratkan peluncuran pertama dengan BE-4, nama mesin itu, sudah hampir siap dan dijanjikan bisa dikirim pada tahun ini juga. Rencananya, mesin roket baru itu akan membawa wahana pendarat di Bulan, yakni Peregrine, milik perusahaan antariksa swasta Astrobotic. "Penerbangan perdana BE-4 sedang berjalan di pabrik Blue, berjalan baik," katanya.
NORTHROP GRUMMAN
Roket Antares perusahaan ini mungkin yang paling terdampak karena pengguna mesin RD-181 dari Energomash. Rogozin mengatakan bahwa seharusnya masih akan ada pengiriman selusin unit jenis mesin itu ke Amerika untuk periode 2022-2024 namun terpaksa dihentikan dalam situasi sekarang. Belum ada komentar atau penjelasan dari Northrop maupun NASA atas pernyataan tersebut.
Northrop Grumman bukanlah satu-satunya korban kebijakan pascainvasi Rusia ke Ukraina tersebut. Roscosmos juga sejauh ini telah menunda peluncuran bareng Badan Antariksa Eropa dan mengancam bubar jalan dengan NASA di ISS. Tentang ancaman yang terakhir itu, pejabat NASA beberapa kali sebelumnya menegaskan kalau NASA dan ROSCOSMOS masih solid di luar angkasa sana.
Bersamaan dengan itu, NASA juga menyimpan opsi lain untuk bisa sampai ke ISS tanpa roket dan mesin Rusia, yakni menumpang roket SpaceX. Perusahaan milik Elon Musk itu telah menjalin beragam kontrak dengan NASA untuk mengirim anstronot maupun kargo ke ISS menggunakan roket Falcon 9. Seluruh perangkat keras SpaceX made in Amerika yang membuatnya relatif imun terhadap ancaman Rusia.
THE VERGE, REUTERS
Baca juga:
Google Buatkan Aplikasi Peringatan Dini Serangan Udara Rusia di Ukraina
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.