Perubahan Iklim Makin Mengkhawatirkan, Ini Pesan Jokowi dan Megawati

Kamis, 31 Maret 2022 09:27 WIB

Aktivis lingkungan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jawa Tengah menenggelamkan manekin menyerupai pejabat pengambil keputusan saat aksi respon terhadap KTT perubahan iklim COP26, di pesisir Tambakrejo, Semarang, Jawa Tengah, Jumat 5 November 2021. Mereka mendesak agar pemerintah Indonesia memberikan solusi dan kontribusi nyata dalam mengatasi krisis iklim dengan menghentikan penggunaan bahan bakar fosil, deforestasi, serta mengedepankan pembangunan yang berkesinambungan dengan alam. ANTARA FOTO/Aji Styawan

TEMPO.CO, Jakarta - Pada puncak peringatan Hari Meteorologi Dunia ke 72, Presiden Joko Widodo mengakui fenomena perubahan iklim yang tengah berlangsung saat ini di seluruh penjuru dunia semakin mengkhawatirkan. Menurutnya, kondisi tersebut sangat tidak menguntungkan Indonesia sebagai negara agraris dan kepulauan.

"Frekuensi, intensitas dan durasi bencana geohidrometeorologi akan makin meningkat. Daya adaptabilitas tanaman dan produktivitas tanaman semakin menurun dan ini mengancam ketahanan pangan di negara kita," kata Jokowi, Rabu, 30 Maret 2022, seperti dikutip dari siaran pers yang dibagikan BMKG.

Pada acara yang berjudul Expose Nasional Monitoring & Adaptasi Perubahan Iklim itu, Jokowi mengatakan, Indonesia adalah satu dari banyak negara yang terdampak perubahan iklim. Adapun sejumlah dampak yang dihadapi negara lain, di antaranya terjadinya peningkatan suhu udara, suhu muka air laut yang menghangat dan terjadi laju kenaikan muka air laut yang membahayakan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Jokowi menyampaikan sejumlah pesan kepada masyarakat dan berbagai pemangku kepentingan. Pertama, diameminta perhatian serius terhadap informasi cuaca dan perubahan iklim yang diberikan BMKG dan instansi terkait lainnya. "Kemudian formulasikan kebijakan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dengan cepat serta siapkan penanganan yang lebih baik untuk mengurangi dampak negatif perubahan iklim."

Kedua, Jokowi meminta jajarannya mengembangkan sistem peringatan dini yang andal dengan menyediakan data dan informasi meteorologi, klimatologi dan geofisika secara cepat dan akurat. Ketiga, Jokowi menekankan untuk melakukan sistem edukasi kebencanaan yang berkelanjutan. Bekas wali kota dan gubernur itu menginginkan jajarannya melakukan edukasi, literasi dan advokasi berkelanjutan.

Advertising
Advertising

Secara khusus dia juga menginstruksikan inovasi memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan, big data, high performance computing untuk membangun kesadaran, ketangguhan, partisipasi masyarakat. "Kapasitas dan ketangguhan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim harus terus ditingkatkan agar masyarakat mampu merespons dengan cepat potensi risiko bencana," tuturnya.

Presiden Joko Widodo menjadi pembicara pada sesi World Leaders Summit on Forest and Land Use di Scotish Event Campus di KTT Perubahan Iklim PBB (COP26) di Glasgow, Skotlandia, Britania Raya, Selasa 2 November 2021. ANTARA FOTO/Biro Pers dan Media Kepresidenan/Lukas/Handout

Terakhir, Jokowi meminta perkuat kolaborasi lintas kementerian, lembaga, swasta, dan berbagai elemen bangsa lainnya dalam adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim.

Presiden ke-5 Indonesia, juga saat ini Ketua Dewan Pengarah Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Megawati Soekarnoputri, sebagai pembicara kunci, mengimbau kepada kepala daerah agar meningkatkan kesadaran terhadap perubahan iklim global. Setiap kebijakan pembangunan diharapkannya benar-benar dirancang berdasarkan pemahaman terhadap berbagai kemungkinan terjadinya bencana alam.

"Aksi mitigasi harus dilakukan secara detail dan semua harus diperhitungkan, termasuk tata ruang kawasan serta kecepatan dalam bertindak," kata Megawati.

Apa kata BMKG dan BMKG Dunia

<!--more-->

Apa kata BMKG dan BMKG Dunia?

Sekretaris Jenderal World Meteorological Organization (WMO), Petteri Taalas, mengkonfirmasi bahwa dampak perubahan iklim sudah sangat terlihat melalui cuaca yang lebih ekstrem di seluruh belahan dunia. Di peringatan Hari Meterorologi Dunia tahun ini, WMO mencanangkan tema 'Early Warning and Early Action'.

"Gelombang panas dan kekeringan serta kebakaran hutan yang lebih intens. Kita memiliki lebih banyak uap air di atmosfer, yang menyebabkan curah hujan ekstrem dan banjir mematikan. Lautan memicu badai tropis yang lebih kuat dan naiknya permukaan laut meningkatkan dampaknya," katanya.

Laporan WMO tentang statistik bencana selama 50 tahun terakhir menunjukkan bahwa lebih dari 11.000 bencana terkait dengan cuaca, iklim, dan bahaya terkait air antara 1970 dan 2019, hampir sama dengan satu bencana per hari. Ada 2 juta kematian - atau 115 per hari. Jumlah bencana telah meningkat lima kali lipat dalam 50 tahun terakhir, dan biaya ekonomi melonjak. Hal itu diperkirakan masih akan terus berlanjut.

Senada, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan perubahan iklim menjadi faktor penguat mengapa cuaca ekstrem makin sering terjadi di Indonesia. Mulai dari hujan lebat disertai kilat dan petir, siklon tropis, gelombang tinggi, hingga hujan es atau kekeringan panjang.

Situasi ekstrem ini, kata dia, ketika bertemu dengan kerentanan lingkungan, tidak jarang mengakibatkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, angin puting beliung, dan tanah longsor serta kebakaran lahan. Perubahan iklim pulalah yang memporakporandakan keteraturan iklim dan cuaca di Indonesia, dan berdampak serius pada keberlanjutan sektor pertanian dan perikanan, yang dapat berujung pada ancaman terhadap ketahanan pangan Indonesia.

Oleh karena itu, lanjut Dwikorita, sejak 2011 BMKG telah melakukan secara rutin dan berkelanjutan Sekolah Lapang Iklim. Tujuannya, memberikan pemahaman dan kemampuan bagi petani dan nelayan dalam membaca cuaca dan iklim, serta beradaptasi secara tepat untuk meningkatkan produksi panen dan tangkapan ikannya.

Menurutnya, sudah lebih dari 22.600 petani dan nelayan dari berbagai penjuru tanah air telah dilatih dan diberdayakan. "Kami mengundang berbagai pihak untuk kolaborasi, demi mewujudkan 1 juta petani dan 1 juta nelayan per tahun yang semakin produktif, andal dan berketahanan iklim serta tangguh bencana," kata dia.

Dwikorita menuturkan, untuk menekan laju perubahan iklim, perlu aksi kolaboratif dan kolektif dalam perencanaan yang tepat di setiap program pembangunan, yang disertai dengan penyiapan tata ruang yang berwawasan lingkungan serta berketahanan terhadap perubahan iklim dan bencana.

Strategi itu kemudian masih perlu didukung oleh upaya adaptasi dan inovasi teknologi berbasis pemberdayaan masyarakat. "Kolaborasi pentahelix (pemerintah, akademisi/ilmuwan, pihak swasta, masyarakat dan media), menjadi kunci solusi dalam menghadapi seluruh kompleksitas dan ketidak pastian tersebut," katanya sambil menambahkan sistem peringatan dini pun perlu terus diperkuat dengan panduan edukatif untuk memberikan kemampuan masyarakat agar dapat merespons dengan aksi dini yang cepat dan tepat.

Berita terkait

Jokowi Ungkap 2 Faktor Ekonomi yang Bikin Semua Negara Ketakutan

27 menit lalu

Jokowi Ungkap 2 Faktor Ekonomi yang Bikin Semua Negara Ketakutan

Presiden Jokowi meminta Indonesia menyiapkan fondasi yang kuat untuk pembangunan masa depan.

Baca Selengkapnya

Ditunggu Setengah Jam untuk Wawancara Cegat, Jokowi: Besok Aja

45 menit lalu

Ditunggu Setengah Jam untuk Wawancara Cegat, Jokowi: Besok Aja

Presiden Jokowi nge-prank jurnalis yang sudah menuggu sekitar setengah jam untuk sesi wawancara cegat atau doorstop.

Baca Selengkapnya

Kepala BMKG: Suhu Panas Akhir-akhir Ini karena Peralihan Musim

1 jam lalu

Kepala BMKG: Suhu Panas Akhir-akhir Ini karena Peralihan Musim

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menegaskan cuaca panas akhir-akhir ini bukanlah akibat gelombang panas (heatwave), tapi suhu panas.

Baca Selengkapnya

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

1 jam lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Dirut PLN Paparkan Kesiapan Ekosistem Kendaraan Listrik

2 jam lalu

Dirut PLN Paparkan Kesiapan Ekosistem Kendaraan Listrik

PLN mendukung pengembangan ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di tanah air

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno: Prestasi Teknik Sipil Unej, Investasi Microsoft, dan Cuaca Jawa Barat

2 jam lalu

Top 3 Tekno: Prestasi Teknik Sipil Unej, Investasi Microsoft, dan Cuaca Jawa Barat

Top 3 Tekno Berita Terkini Senin pagi ini, 6 Mei 2024, dimulai dari artikel prestasi tim mahasiswa Teknik Sipil Universitas Jember (Unej).

Baca Selengkapnya

Jokowi Luncurkan 6 Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

2 jam lalu

Jokowi Luncurkan 6 Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Presiden Jokowi menyoroti pentingnya infrastruktur kesehatan negara dalam jangka panjang.

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Bekap Asia Daratan, Indonesia Masih Punya Potensi Hujan Lebat Hari Ini

3 jam lalu

Cuaca Panas Bekap Asia Daratan, Indonesia Masih Punya Potensi Hujan Lebat Hari Ini

Ketika cuaca panas masih membekap wilayah luas di daratan Asia, potensi hujan lebat masih ada untuk wilayah Indonesia hingga hari ini.

Baca Selengkapnya

Jokowi Disebut Ajukan Budi Gunawan Masuk Kabinet Prabowo

4 jam lalu

Jokowi Disebut Ajukan Budi Gunawan Masuk Kabinet Prabowo

Pengajuan nama Budi Gunawan oleh Jokowi, kata narasumber yang sama, bertujuan untuk meluluhkan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Sukarnoputri.

Baca Selengkapnya

Gempa Mengguncang Kuat Seram Sampai Papua, Ini Penjelasan BMKG

4 jam lalu

Gempa Mengguncang Kuat Seram Sampai Papua, Ini Penjelasan BMKG

Gempa M6,0 yang mengguncang Seram Bagian Utara, Maluku, pada Senin dinihari masih memiliki rangkaian gempa susulan hingga pagi

Baca Selengkapnya