Hari Bumi: Kisah Otto Soemarwoto Pilih Bela Ekologi Indonesia di Era Soeharto

Reporter

Tempo.co

Editor

Dwi Arjanto

Sabtu, 23 April 2022 20:23 WIB

Otto Soemarwoto. Foto : Unpad

TEMPO.CO, Jakarta -Berbicara soal ekologi, maupun Hari Bumi, khususnya di Indonesia, tidak bisa dilepaskan dari Otto Soemarwoto, seorang pemikir dan pendekar Lingkungan Hidup.

Dilansir dari Buku Otto Soemarwoto: Pemikir dan Pakar Ekologi Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Analisa Tempo pada tahun 2019, perjuangan Soemarwoto sudah dimulai sejak 1960-an, ketika pepohonan di bukit dan lembah kawasan Bogor, Puncak, Cipanas, dan Cianjur berubah menjadi vila mewah yang akan mendatangkan petaka bagi Jakarta.

Hutan di sepanjang jalan tidak lama kemudian menyusul berganti menjadi warung-warung. Jalanan yang macet disesaki kendaraan ikut membuat suasana pengap di Kawasan ini.

Pada 1970-an, Soemarwoto juga sudah mengingatkan bahaya green gold rush, atau pembalakan hutan secara besar-besaran dan ugal-ugalan.

Menurutnya, aktivitas ini akan menimbulkan banjir dan tanah longsor di musim penghujan, dan keringnya mata air di musim kemarau.

Advertising
Advertising

Melihat fenomena ini, Soemarwoto, yang saat itu menjabat sebagai Direktur Kebun Raya Bogor sudah memperkirakan kerusakan lanskap Kawasan tersebut dan dampaknya bagi Jakarta. Soemarwoto sering melontarkan kritiknya melalui media sosial.

Soemarwoto mendesak lingkungan hidup sebagai prinsip dasar pembangunan negeri ini. Tetapi, pemerintah justru membuat kebijakan yang sifatnya insidental dan dampak yang dangkal. Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin menjadi sasaran kritik Soemarwoto ketika niatnya ingin membangun lahan parkir di atas Sungai Ciliwung. Bahkan, Soeharto, melalui Menteri Pariwisatanya pada masa itu, menyampaikan pada Soemarwoto bahwa kritiknya soal puncak dan kemacetan membuat Soeharto marah.

Berikutnya: Akibat kepentingan yang berbenturan...

<!--more-->

Akibat kepentingan yang berbenturan antara Soemarwoto dengan kekuasaan, ia kemudian mendapat julukan tokoh pewayangan, Bratasena. Meskipun demikian, Emil salim, Menteri lingkungan hidup, belajar darinya.

Upaya yang dilakukan oleh Soemarwoto ini adalah sesuatu yang berevolusi. Semua akan membuahkan hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitar. Karena hanya dalam lingkungan hidup yang baik, manusia bisa berkarya dengan optimal.

Ketertarikan Soemarwoto pada ekologi, khususnya ekologi lingkungan, membuatnya mendirikan Lembaga Ekologi Unpad pada 23 September 1972, ketika ia pindah dari Bogor ke Bandung pada 1972 dan ditawari menjadi guru besar Tata Guna Biologi Universitas Padjadjaran. Lembaga ini menjadi Lembaga pertama yang fokus pada isu lingkungan dan didirikan oleh institusi Pendidikan tinggi di Indonesia.

Seiring dengan perkembangan zaman, Lembaga ini berganti nama menjadi Pusat Penelitian Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Soemarwoto kembali ditunjuk menjadi Kepala dan bekerja disana selama 20 tahun. Melalui Lembaga ini, muncul pendekatan multidisiplin berbasis ilmu lingkungan hidup yang terus dikembangkan. Diantaranya adalah mata kuliah komunikasi lingkungan, psikologi, dan aspek ilmu lainnya.

Beragam seminar nasional tentang lingkungan hidup dan pembangunan nasional. Bahkan, hasil dari seminar ini digunakan sebagai bahan bagi delegasi Indonesia ke UN Conference the Human Environment di Stockholm, Swedia, Juni 1972. Hasil konferensi ini kemudian menjadi bahan bagi pertemuan PBB selanjutnya di Unpad, Bandung, pada tahun 1992. Dan 15 tahun setelahnya, materi ini juga menjadi dasar dalam pembahasan UN Conference on Climate Change di Bali.

Pada tahun 1978, Soemarwoto juga diminta membantu membahas drat RUU Lingkungan Hidup dan pembahasan tentang analisis dampak lingkungan hidup, misalnya ketika pemerintah ingin membangun pabrik bubur kayu di Kawasan Toba, Sumatera Utara.

Pada 2006, Soemarwoto diminta membantu Sultan Hamengkubuwono X Menyusun rencana pembangunan yang berwawasan lingkungan di Yogyakarta. Juga pernah diminta menjadi Ketua Panitia Nasional Kalpataru oleh Soeharto melalui Emil Salim. Ingat Hari Bumi, ingat bapak Ekologi Indonesia.

NAUFAL RIDHWAN ALY

Baca juga: Latar Belakang Penetapan Hari Bumi di 22 April

Berita terkait

Pakar Serangga IPB Ungkap Spesies Baru Serangga yang Bermanfaat bagi Manusia

5 hari lalu

Pakar Serangga IPB Ungkap Spesies Baru Serangga yang Bermanfaat bagi Manusia

Berbagai serangga yang memberikan manfaat bagi manusia berupa produk yang bernilai komersial.

Baca Selengkapnya

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

5 hari lalu

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

Metode-metode analisis pangan halal yang telah dikembangkan selama ini memiliki keterbatasan.

Baca Selengkapnya

Jumlah Penerima LPDP 2024 Capai 39.040 Orang, IPB Masuk 4 Besar Pilihan Terbanyak

7 hari lalu

Jumlah Penerima LPDP 2024 Capai 39.040 Orang, IPB Masuk 4 Besar Pilihan Terbanyak

Selain IPB, ada beberapa kampus favorit di dalam negeri maupun luar negeri tujuan beasiswa LPDP tahun lalu yang bisa dijadikan referensi.

Baca Selengkapnya

Pertamina International Shipping Catat Penurunan Emisi Karbon 25.445 Ton

8 hari lalu

Pertamina International Shipping Catat Penurunan Emisi Karbon 25.445 Ton

PT Pertamina International Shipping mencatat data dekarbonisasi PIS turun signifikan setiap tahun.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

10 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Telkomsel Jaga Bumi Peringati Hari Bumi Sedunia

10 hari lalu

Telkomsel Jaga Bumi Peringati Hari Bumi Sedunia

Lebih dari 15 ribu pohon telah ditanam di 8 lokasi sepanjang tahun 2023 sebagai bagian dari program Telkomsel Jaga Bumi Carbon Offset. Selain itu, lebih dari 75 ribu pavement block dan 20 ribu phone holder diproduksi dari limbah plastik dan bekas cangkang kartu SIM melalui program Waste Management.

Baca Selengkapnya

Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

11 hari lalu

Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

Menko Luhut mengatakan, Cina bersedia untuk mengembangkan pertanian di Kalimantan Tengah dengan memberikan teknologi padinya.

Baca Selengkapnya

Pertamina Geothermal Energy Dorong Program Pengelolaan Sampah

12 hari lalu

Pertamina Geothermal Energy Dorong Program Pengelolaan Sampah

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) melakukan berbagai inisiatif untuk menjaga lingkungan.

Baca Selengkapnya

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

12 hari lalu

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) mengkritik wacana penggunaan lahan 1 juta hektare di Kalimantan untuk adaptasi sawah padi dari Cina.

Baca Selengkapnya

Hari Bumi 22 April, Ford Foundation Ingatkan Soal Keadilan Tata Kelola Tanah Adat

12 hari lalu

Hari Bumi 22 April, Ford Foundation Ingatkan Soal Keadilan Tata Kelola Tanah Adat

Ford Foundation menilai Hari Bumi bisa menjadi momentum untuk mengingatkan pentingnya peran komunitas adat untuk alam.

Baca Selengkapnya