Sebut Demam, bukan Covid-19, Korea Utara Dorong Warganya Pakai Obat Tradisional

Sabtu, 21 Mei 2022 20:07 WIB

Seorang pria membeli obat di apotek, di tengah kekhawatiran penyebaran penyakit virus COVID-19, di Pyongyang, Korea Utara, 16 Mei 2022. Kyodo/via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Sejak akhir April hingga Jumat, 20 Mei 2022, lalu Korea Utara sudah melaporkan sebanyak hampir 2,5 juta kasus penyakit 'demam' yang menyerang warganya. Para pejabat pemerintahannya tak menyebut perihal SARS-CoV-2 dan penyakit Covid-19, tapi demam adalah juga gejala kunci dari infeksi virus ini--seperti halnya yang telah menyerang dunia di luar Korea Utara dan menciptakan pandemi.

Korea Utara telah memberlakukan lockdown nasional setelah melaporkan kasus Covid-19 pertama pada 12 Mei lalu. Tak ada data resmi atas tes screening yang telah dilakukan dan kasusnya yang telah terkonfirmasi. Tak ada pula data resmi vaksinasi-nya.

Sepanjang Jumat, dilaporkan tambahan hampir 220 ribu kasus baru 'demam' tersebut. Itu adalah hari kelima berturut-turut negara itu mencatat jumlah tambahan kasus di atas 200 ribu.

Terkait perkembangan tersebut, otoritas di negara komunis itu telah mendorong rakyatnya menggunakan obat-obatan tradisional. Contohnya, berkumur air garam atau meminum teh herbal, untuk mengurangi gejala demam dan sakit yang dapat datang bersama Covid-19.

Kantor berita resmi Korut, KCNA, menyatakan pengobatan itu, meski belum terverifikasi secara ilmiah, "efektif dalam mencegah dan menyembuhkan penyakit berbahaya ini."

Advertising
Advertising

Di sisi lain, Pyongyang tak merespons tawaran bantuan dari tetangga sekaligus musuhnya, Korea Selatan, dan juga Amerika Serikat. Sebaliknya, Korea Utara menegaskan kegiatan produksi pertanian dan pabrik-pabrik tetap berjalan.

"Bahkan dalam situasi pencegahan epidemik darurat yang maksimum, produksi normal tetap dijaga di sektor industri kunci dan proyek-proyek konstruksi berskala besar terus berderap," bunyi pernyataan lewat KCNA.

Badan HAM PBB telah memperingatkan dampak 'kehancuran' yang bisa disebabkan dari Covid-19 bagi negara berpenduduk 25 juta jiwa itu. Adapun WHO mencemaskan sebaran virus yang tak bisa dipetakan yang bisa membimbing kepada varian virus baru yang lebih mematikan.

Meski begitu, Korea Utara menyatakan pada Rabu lalu kalau merebaknya penyakit demam itu sedang, "berbelok ke arah yang diharapkan."

Korea Utara telah melaporkan lebih dari 263 ribu kasus gejala demam itu, dan tambahan dua kasus meninggal hingga total sudah ada 2,24 juta kasus dan 65 kematian per Kamis lalu. Negara ini terisolasi di dunia dan mengalami sanksi berat dari dunia karena program persenjataan nuklirnya.

REUTERS, NEW SCIENTIST, BUSINESS STANDARD

Baca juga:
NASA Ungkap Misteri Data dari Voyager 1

Berita terkait

Hasil Piala Asia Putri U-17: Korea Utara Pesta Gol Lawan Korea Selatan 7-0

4 jam lalu

Hasil Piala Asia Putri U-17: Korea Utara Pesta Gol Lawan Korea Selatan 7-0

Laga timnas putri Korea Utara U-17 lawan Korea Selatan menjadi laga pembuka Piala Asia Putri U-17, Senin, 6 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

1 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Inilah 5 Minuman yang Bisa Memperlancar BAB

1 hari lalu

Inilah 5 Minuman yang Bisa Memperlancar BAB

Berikut ini lima minuman kesehatan yang bagus untuk menghilangkan sembelit serta perlancar BAB.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

1 hari lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

2 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

2 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

3 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

3 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

3 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

3 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya