Tim ITB dan Kementerian Pantau Pencemaran Teluk Bima via Satelit

Rabu, 15 Juni 2022 23:56 WIB

Potongan gambar dari video Teluk Bima diduga tercemar limbah Pertamina. (Instagram/Kabarnegri)

TEMPO.CO, Jakarta - Tim peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) turun langsung ke lokasi pencemaran Teluk Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Selain itu, tim memantau kondisi pencemaran dari citra satelit.

“Hasil foto satelit yang diambil Tim ITB menunjukkan bahwa fenomena pencemaran terjadi dalam kurun waktu pendek dan sudah tidak terlihat satu minggu dari puncak kejadian,” kata Prayatni Soewondo, pakar dari Rekayasa Air dan Limbah Cair, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB, Selasa 14 Juni 2022.

Menurutnya, pada 24-30 April 2022 terjadi fenomena pencemaran laut di Teluk Bima, Nusa Tenggara Barat. Wujud pencemaran itu dari kejauhan terlihat seperti gurun pasir. “Luasnya lebih dari 10 hektare,” ujar Prayatni dalam jumpa pers di ITB.

Berdasarkan pantauan data satelit, pada 24 April 2022 belum terlihat jelas buih pencemaran. Baru pada kurun 25-26 April, mulai muncul buih hingga puncaknya pada 27 April. Buih mulai berkurang pada 29 April hingga hilang keesokan harinya.

Tim dari Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB melakukan penelitian lapangan pada Kamis, 28 April 2022. Berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, mereka mengambil sampel pencemaran di lima titik. Tim di lapangan juga dibantu oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Bima dan perwakilan dari Pemerintah Kota Bima.

Advertising
Advertising

Prayatni mengatakan, karakteristik pencemaran di Teluk Bima saat itu merupakan limbah yang berbau, berupa busa dan buih yang mengental berwarna kecoklatan. Adapun ketebalan buihnya ada yang mencapai hingga 10 sentimeter dan tidak mudah terbakar. “Kapan dia muncul dan hilangnya masih jadi pertanyaan, tim baru tahu mekanisme kemunculannya,” kata Prayatni.

Menurutnya, fenomena buih terjadi saat komponen air laut yang terdiri dari garam, air, protein, lemak, ganggang mati, deterjen, polutan lain, dan bahan organik serta anorganik lainnya, diganggu oleh angin dan ombak. Buih yang berwarna kecoklatan sering disebabkan oleh fitoplankton. Untuk memastikan kandungan buih itu, tim perlu melakukan pengujian lebih lanjut. Sementara pengujian laboratorium memperlihatkan beberapa komponen yang melebihi baku mutu dan ditemukan alga golongan Diatom.

Tim peneliti mengelompokkan indikasi sumber pencemaran menjadi tiga, yaitu limbah domestik, pertanian dan perikanan, serta logistik minyak. Selain sumber pencemaran itu, faktor lain terkait dengan kondisi geografis Teluk Bima, pola aliran arus laut dan angin, serta pemanasan global.

Dari data yang dikumpulkan tim riset, populasi penduduk Kota Bima pada 2020 sebanyak 155.140 orang. Sementara Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja atau IPLT Kota Bima tidak berfungsi. Selain itu terjadi perluasan lahan area tanaman jagung dari 300 hektare pada 2016 menjadi 6000 hektare menjelang 2020. Sekitar teluk juga menjadi area tambak udang, ikan, dan garam.

Tim juga menyatakan, kondisi Teluk Bima tergolong rentan berpotensi mengalami algae blooming. Riset skala global mengenai pencemaran algae blooming di berbagai negara menunjukkan bahwa 76 persen algae blooming atau seasnot terjadi di area semi enclosed sea atau laut yang setengah tertutup.

“Dari data yang ada saat ini, pengamatan kami bahwa fenomena pencemaran Teluk Bima disebabkan oleh kegiatan multi sektoral,” ujar Prayatni. Beberapa kota dan negara mengalami kejadian serupa seperti di Washington, Belanda, dan Turki, dengan kondisi, sumber pencemaran, dan efek yang berbeda.

Baca:
Warga Terdampak Pencemaran Air dan Udara Somasi Bupati Sukoharjo

Berita terkait

Ketua RT Palugada di Balik Rekor MURI Jalan Gang 8 Malaka Jaya Duret Sawit

1 jam lalu

Ketua RT Palugada di Balik Rekor MURI Jalan Gang 8 Malaka Jaya Duret Sawit

Salah satu Rukun Tetangga (RT) di wilayah Jakarta Timur kini tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).

Baca Selengkapnya

Pasukan Inggris Mungkin Ditugaskan Mengirimkan Bantuan dari Dermaga ke Gaza

17 jam lalu

Pasukan Inggris Mungkin Ditugaskan Mengirimkan Bantuan dari Dermaga ke Gaza

Pasukan Inggris mungkin ditugaskan untuk mengirimkan bantuan ke Gaza dari dermaga lepas pantai yang sedang dibangun oleh militer Amerika Serikat

Baca Selengkapnya

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

21 jam lalu

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

Pengiriman bantuan pangan ke Gaza dari Siprus melalui jalur laut dilanjutkan pada Jumat malam

Baca Selengkapnya

Budi Gunadi Sadikin Terpilih sebagai Ketua Majelis Wali Amanat ITB

1 hari lalu

Budi Gunadi Sadikin Terpilih sebagai Ketua Majelis Wali Amanat ITB

Pemilihan Budi Gunadi Sadikin itu berlangsung secara musyawarah untuk mufakat dalam rapat pleno perdana MWA ITB di Gedung Kemenristekdikti.

Baca Selengkapnya

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

2 hari lalu

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

Reza dikukuhkan sebagai profesor riset berkat penelitian yang dilakukannya pada aspek urgensi pengelolaan plastik.

Baca Selengkapnya

Tersangka Kasus Perdagangan Satwa Dilindungi di Makassar Segera Jalani Persidangan

4 hari lalu

Tersangka Kasus Perdagangan Satwa Dilindungi di Makassar Segera Jalani Persidangan

Saat ini kejahatan perdagangan satwa dilindungi kerap dilakukan melalui media online.

Baca Selengkapnya

Masukkan Sektor Laut Dalam Second NDC, KLHK: Ekosistem Pesisir Menyerap Karbon

4 hari lalu

Masukkan Sektor Laut Dalam Second NDC, KLHK: Ekosistem Pesisir Menyerap Karbon

KLHK memasukkan sektor kelautan ke dalam dokumen Second NDC Indonesia. Potensi mangrove dan padang lamun ditonjolkan.

Baca Selengkapnya

Biaya Kuliah ITB 2024 Jalur SNBP, SNBT, dan Mandiri

4 hari lalu

Biaya Kuliah ITB 2024 Jalur SNBP, SNBT, dan Mandiri

Rincian perkiraan biaya kuliah jalur SNBP, SNBT, dan Seleksi Mandiri ITB tahun akademik 2024

Baca Selengkapnya

Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, KLHK Prioritaskan Pembatasan Gas HFC

5 hari lalu

Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, KLHK Prioritaskan Pembatasan Gas HFC

Setiap negara bebas memilih untuk mengurangi gas rumah kaca yang akan dikurangi atau dikelola.

Baca Selengkapnya

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

6 hari lalu

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Penulisan jurnal ilmiah bagi dosen akan membantu menyumbang angka kredit dosen, meskipun tak wajib publikasi di jurnal Scopus.

Baca Selengkapnya