Banoo, Startup Perikanan Asal Yogya Juarai Program Akselerator Imperial College London

Reporter

Tempo.co

Editor

Devy Ernis

Kamis, 30 Juni 2022 17:15 WIB

Para startup pemenang WE Innovate: (dari kiri) Untap, Banoo, Team Repair, Woost, dan Saved. ISTIMEWA

TEMPO.CO, Jakarta - Banoo, sebuah startup yang digawangi mahasiswa Indonesia di Imperial College London menjadi perwakilan Indonesia pertama yang berhasil membawa pulang hadiah utama WE Innovate, program akselerator bergengsi di Imperial College London.

Banoo, didirikan oleh sejumlah mahasiswa Indonesia salah satunya Selly Shafira, mahasiswa MSc Innovation, Entrepreneurship & Management di Imperial College Business School. Dia dan timnya memenangkan hadiah utama £ 15.000 atau kurang lebih Rp 280 juta di Final WE Innovate pada 22 Juni lalu atas teknologi yang mereka ciptakan untuk mendukung petani ikan di Indonesia menjadi lebih produktif.

WE Innovate adalah program kewirausahaan khusus untuk pendiri wanita (women
founders) yang dijalankan oleh Imperial Enterprise Lab dan dirancang untuk menginspirasi serta mengakselerasi pertumbuhan startup yang dipimpin wanita. Di acara final yang diadakan secara tatap muka di London ini, lima finalis saling berhadapan dengan harapan memenangkan bagian dari hadiah senilai £30.000.

Sejak delapan tahun lalu didirikan, program revolusioner besutan kampus top dunia ini
telah memberikan berbagai peluang bagi wanita yang tertarik dalam berwirausaha, mulai dari mengembangkan ide bisnis dan keterampilan berwirausaha hingga meningkatkan investasi dan
koneksi.

Solusi untuk Pembudidaya Ikan

Advertising
Advertising

Menurut salah satu pendiri Banoo, Lakshita Aliva Zein, perubahan iklim telah mempengaruhi kualitas air dalam praktik budidaya sehingga meningkatkan risiko kematian ikan dan budidaya yang tidak efisien. Ia mengatakan petani ikan atau pembudidaya tidak bisa lagi mengandalkan metode tradisional untuk memprediksi cuaca atau kualitas air karena risiko kerugian yang semakin tinggi apabila tidak menggunakan teknologi untuk pemecahan masalah secara langsung.

Meskipun Indonesia memiliki potensi besar untuk budidaya perikanan, tim Banoo mengatakan bahwa kualitas air Indonesia tergolong rendah karena tambak tidak memiliki sistem sirkulasi oksigen yang baik, menghasilkan ikan yang tidak sehat dan limbah beracun.

Solusi Banoo adalah teknologi akuakultur yang terjangkau dan terintegrasi bagi pembudidaya ikan untuk memantau dan memecahkan masalah kualitas air secara real-time melalui sistem Internet of Things (IoT): sistem aerasi microbubble, sensor kualitas air, dan aplikasi seluler yang memungkinkan pembudidaya untuk memantau kolam mereka dari jarak jauh.

“Program ini sangat membantu kami, mulai dari pengetahuan mengenai Hak Kekayaan
Intelektual (HAKI) hingga customer discovery. Kami telah meluncurkan aerator microbubble kami, MycroFish, berkat bantuan mentoring dari WE Innovate," katanya dalam rilis yang diterima Tempo pada Kamis, 30 Juni 2022.

Kembangkan Sistem dengan Energi Surya

Sistem Banoo adalah aerasi yang menghasilkan gelembung berukuran mikro untuk
meningkatkan oksigen terlarut dan meningkatkan kualitas air. Peningkatan oksigen terlarut ini
meningkatkan metabolisme ikan serta nafsu makan mereka.

Dengan metabolisme yang membaik, ikan akan makan lebih banyak sehingga lebih sedikit makanan ikan yang akan berakhir sebagai limbah di dasar kolam dan menghasilkan limbah air yang merusak lingkungan.

Sensor Internet of Things Banoo merupakan otak dari sistem Banoo yang dapat memantau kualitas air serta mengautomasi pengoperasian aerator microbubble. Dalam waktu dekat, tim Banoo berencana untuk mengembangkan sistem dengan energi surya untuk menjangkau pembudidaya di daerah terpencil dengan akses terbatas ke jaringan listrik agar tetap bisa menggunakan Banoo.

Dengan aplikasi seluler Banoo, pembudidaya ikan dapat memantau dan mengontrol kolam mereka dari mana saja sehingga menghemat biaya transportasi dan mengurangi risiko kerugian panen karena keterlambatan penanganan masalah.

Profesor Maggie Dallman, Wakil Presiden (Internasional) & Associate Provost (Kemitraan Akademik) dari Imperial College London mengatakan “Tidak ada tempat yang lebih penting daripada di bidang science, technology, engineering, and mathematics (STEM), di mana perempuan muda masih sangat kurang terwakili. Di Imperial, kami juga beruntung dapat menarik siswa dari berbagai latar belakang," ujarnya.

Baca juga: Tips Menulis Esai untuk Beasiswa dari Lulusan S2 Imperial College London

Berita terkait

BPS Catat Nilai Ekspor Nikel Naik 45,85 Persen pada April 2024

4 hari lalu

BPS Catat Nilai Ekspor Nikel Naik 45,85 Persen pada April 2024

BPS menyebut nilai ekspor komoditas nikel dan barang daripadanya mengalami kenaikan sebesar US$ 210,6 juta atau 45,85 persen pada April 2024.

Baca Selengkapnya

Cerita Startup Sampangan Ciptakan Produk dari Sampah, Dapat Hibah Rp 3 Miliar di Philanthropy Asia Summit 2024

7 hari lalu

Cerita Startup Sampangan Ciptakan Produk dari Sampah, Dapat Hibah Rp 3 Miliar di Philanthropy Asia Summit 2024

Startup Sampangan produksi karbon aktif dan asap cair dari berbagai jenis sampah peroleh pendanaan 250 ribu dolar Singapura atau hampir Rp 3 miliar

Baca Selengkapnya

Perusahaan Rintisan Ini Terjemahkan Manga Jepang dengan AI, Bagaimana Cara Kerjanya?

10 hari lalu

Perusahaan Rintisan Ini Terjemahkan Manga Jepang dengan AI, Bagaimana Cara Kerjanya?

Startup Jepang, Orange, memakai AI untuk alih bahasa berbagai manga atau komik ke dalam berbagai bahasa. Salah satu upaya menangkal pembajakan.

Baca Selengkapnya

Startup Logistik Ini Boyong Teknologi Pendingin Canggih ke Indonesia, Mampu Kelola 4 Jenis Suhu

11 hari lalu

Startup Logistik Ini Boyong Teknologi Pendingin Canggih ke Indonesia, Mampu Kelola 4 Jenis Suhu

Coldspace meluncurkan teknologi pendingin hybrid untuk pabrik bahan makanan di Srengseng,Jakarta Barat. Diklaim sebagai yang pertama di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Startup Runchise Kumpulkan Modal Segar Rp 16 Miliar, Akan Digunakan untuk Apa Saja?

11 hari lalu

Startup Runchise Kumpulkan Modal Segar Rp 16 Miliar, Akan Digunakan untuk Apa Saja?

Startup manajemen restoran dan waralaba kuliner dalam negeri, Runchise, memperoleh pendanaan segar sebesar US$1 juta atau sekitar Rp 16 miliar.

Baca Selengkapnya

Mengenal Sadiq Khan Wali Kota London Tiga Periode

12 hari lalu

Mengenal Sadiq Khan Wali Kota London Tiga Periode

Sadiq Khan meraih kemenangan periode ketiga sebagai Wali Kota London. Ia dari Partai Buruh

Baca Selengkapnya

Sadiq Khan, Muslim Pertama yang Terpilih Jadi Wali Kota London Tiga Periode

12 hari lalu

Sadiq Khan, Muslim Pertama yang Terpilih Jadi Wali Kota London Tiga Periode

Sadiq khan terpilih untuk ketiga kalinya sebagai wali kota London.

Baca Selengkapnya

Bank Mandiri Promosikan Keunggulan Livin' di London

12 hari lalu

Bank Mandiri Promosikan Keunggulan Livin' di London

Bank Mandiri memperkenalkan fitur bertajuk Livin' Around The World (LATW) dalam Seminar Gelora Mahasiswa (GEMA).

Baca Selengkapnya

Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House di Depok

12 hari lalu

Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House di Depok

Presiden Jokowi mengharapkan pembukaan IDHT memperkuat ekosistem digital lokal.

Baca Selengkapnya

Jelajah Lokasi Syuting Baby Reindeer dari Edinburgh hingga London

13 hari lalu

Jelajah Lokasi Syuting Baby Reindeer dari Edinburgh hingga London

Baby Reindeer tidak hanya menarik dari sisi cerita, lokasi syutingnya seolah mengajak penonton berkeliling Edinburgh hingga London

Baca Selengkapnya