Peneliti BRIN Ungkap Potensi Cuaca Ekstrem Akibat Bibit Siklon dan Mesovorteks

Kamis, 4 Agustus 2022 07:37 WIB

Ilustrasi Siklon Tropis. bmkg.go.id

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Klimatologi pada Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin menengarai potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah pada bulan Agustus.

Selain kemunculan bibit siklon tropis 96W, berdasarkan data Satellite-Based Disaster Early Warning System (SADEWA)-BRIN, kini mulai terbentuk pusaran badai vorteks skala meso. "Dengan radius antara 200-500 kilometer atau disebut dengan mesovorteks," ujarnya lewat keterangan tertulis, Rabu, 3 Agustus 2022.

Sebelumnya, sebagian besar Indonesia bagian selatan, khususnya Pulau Jawa, mengalami cuaca panas dan kering selama sepekan terakhir. Kondisi itu, menurut Erma, berkaitan erat dengan pembentukan dua badai siklon tropis di belahan bagian utara dekat Filipina dan benua Asia.

Badai bernama 94W dan Dongsay itu telah menarik awan-awan konvektif di Indonesia bagian barat, khususnya Samudra Hindia, jauh ke utara menuju ke area di sekitar badai tersebut berada. "Namun untuk kondisi saat ini, kedua siklon tropis tersebut telah meluruh," katanya.

Adapun kemunculan bibit badai tropis baru bernama 96W, berlokasi sama seperti badai tropis sebelumnya, yaitu di Samudra Pasifik dekat pesisir timur Vietnam. Secara bersamaan di Samudra Hindia dekat pesisir barat Sumatra wilayah Bengkulu dan Sumatra Selatan mulai terbentuk mesovorteks.

Dampak pembentukan mesovorteks ini adalah mengintensifkan angin sehingga dapat menimbulkan angin kencang khususnya untuk wilayah di pesisir barat Sumatra. Selain angin kencang, dinamika pertumbuhan badai vorteks akan meningkatkan aktivitas konvektif dan curah hujan di berbagai wilayah, khususnya di barat Indonesia, yang meliputi Sumatra, Kalimantan, dan Jawa.

Selain itu terdapat indikasi lain yang patut diwaspadai karena dapat menimbulkan cuaca ekstrem seperti hujan deras dan angin kencang pada skala lokal dengan radius sekitar 50-80 kilometer. Pola cuaca ekstrem yang terjadi selama kemarau juga ditandai dengan pembentukan dan penjalaran sistem konvektif hujan yang bergerak dari timur ke barat dalam durasi 1-2 jam. "Sehingga memungkinkan sapuan hujan tersebut meliputi area terbatas namun tetap utuh bergerak dalam suatu sistem," ujar Erma.

Pola cuaca ekstrem itu juga didukung oleh dinamika proses di atmosfer yang selama berhari-hari panas dan cerah. Kondisi itu mengakumulasikan energi yang berlebih pada skala lokal untuk kemudian runtuh dengan sendirinya jika telah melewati ambang batas. "Karena sifat intrinsik atmosfer yang dapat meregulasi dirinya sendiri atau disebut dengan SOC, Self Organized Criticality," kata Erma.

Menurutnya, wilayah yang berpotensi mengalami peningkatan cuaca ekstrem meliputi sebagian besar Sumatra, Bangka Belitung, sebagian Kalimantan, dan Jawa bagian barat. Potensi itu telah dimulai dengan pembentukan hujan persisten mulai Selasa, 2 Agustus 2022, di sebagian besar Sumatra yang terus berlanjut hingga Kamis, 4 Agustus 2022. Masyarakat diminta untuk terus memantau prakiraan hujan dan peringatan dini cuaca dari BMKG.

Baca:
Hujan Ekstrem di Balik Banjir Luapan Kali Angke, Ini Data dari BMKG

Berita terkait

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

21 jam lalu

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

Berita tentang kenaikan UKT di ITB masih mengisi Top 3 Tekno Berita Terkini.

Baca Selengkapnya

Cuaca Ekstrem, Pemerintah Siapkan Impor Beras 3,6 Juta Ton

1 hari lalu

Cuaca Ekstrem, Pemerintah Siapkan Impor Beras 3,6 Juta Ton

Zulkifli Hasan mengatakan impor difokuskan ke wilayah sentra non produksi guna menjaga kestabilan stok beras hingga ke depannya.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

1 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

2 hari lalu

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.

Baca Selengkapnya

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

2 hari lalu

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

BRIN terus berupaya menemukan metode yang paling baru, efektif, dan efisien dalam proses pemurnian protein.

Baca Selengkapnya

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

2 hari lalu

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.

Baca Selengkapnya

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

3 hari lalu

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

Di Indonesia diperkirakan terdapat 200 ribu spesies jamur, yang di antaranya mampu memproduksi enzim.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

3 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

3 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

4 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya