Perang Lawan Cina di Taiwan Akan Korbankan 500 Pesawat Tempur Amerika

Rabu, 17 Agustus 2022 14:18 WIB

Pejalan kaki menunggu di persimpangan dekat layar yang menunjukkan cuplikan pesawat Tentara Pembebasan Rakyat Cina (PLA) selama program berita malam, di Beijing, Cina 2 Agustus 2022. Cina akan melakukan serangkaian operasi militer di sekitar Taiwan itu mulai Selasa malam, bertepatan dengan lawatan Ketua DPR AS, Nancy Pelosi. REUTERS/Tingshu Wang

TEMPO.CO, Jakarta - Ketika Tentara Pembebasan Rakyat Cina sibuk unjuk kekuatan dengan menggelar latihan militer hingga di atas perairan Taiwan, para ahli dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) telah menjalankan aneka simulasi perang pecah di sana. War game melibatkan kekuatan Amerika yang datang membantu pertahanan negara pulau yang dianggap sebatas daerah otonom oleh Cina tersebut.

Bahkan saat Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi datang berkujung ke Taiwan pada 2 Agustus 2022 lalu, yang memicu provokasi terbaru Cina, CSIS sudah sampai di simulasi ke-17. Badan think tank yang berbasis di Washington itu rencananya menjalankan seluruhnya 22 simulasi perang di Taiwan pada tahun ini bekerja sama dengan beragam pakar pertahanan, pensiunan perwira militer, dan bekas pejabat Pentagon.

Laporan final masih akan diterbitkan pada Desember nanti, tapi dari 18 macam war game yang sudah dijalankan memastikan Amerika akan mampu mencegah pendudukan Taiwan oleh Cina. Tapi, setiap simulasinya juga menunjukkan Amerika akan berakhir membayar ongkos yang sangat mahal untuk korban armada kapal perang, jet tempur dan personel.

Negara adidaya itu bakal kehilangan sekitar 500 pesawat tempur, 20 kapal perang dan dua kapal induk di setiap simulasi yang dibuat. Korban perang dalam jumlah yang sangat besar itu belum pernah terjadi lagi terhadap AS sejak Perang Dunia II yang lalu.

"Peluang Cina bisa sukses memang amat sangat rendah tapi korban di Amerika juga sangat besar... Di banyak simulasi war game itu, AS akan kehilangan hampir seluruh armada global dari aviasi taktikalnya," kata Matthew Cancian, yang bermitra dengan CSIS sebagai salah satu arsitek utama dari game perang itu.

Advertising
Advertising

Para pakar, berdasarkan 18 dari 22 simulasi yang sudah dijalankan itu, mencatat hasil perang bervariasi dari satu simulasi ke simulasi yang lain, bergantung kepada kondisi awalnya. "Tapi, apa yang konstan dari seluruhnya adalah kehilangan yang sangat besar dari kedua belah pihak," kata Bradley Martin, peneliti senior di RAND Corp., yang juga terlibat dalam simulasi perang itu.

Dalam simulasi atau war game yang dijalankan itu, Cina memutuskan menginvasi Taiwan dan kemudian Amerika Serikat datang. Jepang, sekutu Amerika, tidak berpartisipasi aktif dalam konflik kecuali ada serangan langsung terhadap wilayahnya.

Kendaraan serbu amfibi AAV7 Taiwan menembak ke udara selama latihan pendaratan Amfibi sebagai bagian dari latihan militer Han Kuang di Pingtung, Taiwan, 28 Juli 2022. Latihan militer mensimulasikan penolakan pasukan penyerang untuk meningkatkan kesiapan tempur dalam menghadapi tekanan militer yang meningkat dari Cina. REUTERS/Ann Wang

Catatan lainnya adalah pasukan Taiwan yang dikondisikan terkonsentrasi di ibu kota Taipei langsung lumpuh dalam 3-4 hari pertama perang. Ini untuk asumsi serangan siber yang sangat mungkin dilancarkan Cina terhadap infrastruktur Taiwan di awal perang dideklarasikan, seperti yang dilakukan Rusia dalam invasinya ke Ukraina pada Februari lalu.

Setiap game war mensimulasikan pertempuran yang berlangsung sampai empat minggu. Dan catatan skenario paling penting, senjata nuklir belum dijadikan faktor dalam simulasi-simulasi perang tersebut.

EURASIAN, BREAKING DEFENSE

Baca juga:
Cina-Taiwan Memanas, Begini Jadwal iPhone 14 Bisa Terdampak

Berita terkait

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

10 jam lalu

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

Gedung Putih menyarankan agar Rusia dijatuhi lagi sanksi karena diduga telah secara diam-diam mengirim minyak olahan ke Korea Utara

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

11 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

20 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

1 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

1 hari lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

1 hari lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

1 hari lalu

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

Berikut ini deretan negara terdingin di dunia, mayoritas berada di bagian utara bumi, seperti Kanada dan Rusia.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

1 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya