BRIN Perkuat Pengembangan Teknologi Siklotron, Penting untuk Medis

Jumat, 19 Agustus 2022 15:12 WIB

Logo Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang diluncurkan pada peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-26 pada Selasa 10 Agustus 2021. ANTARA/HO-Humas BRIN/am. (ANTARA/HO-Humas BRIN)

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Rohadi Awaludin, berharap berbagai kegiatan terkait teknologi akselerator dapat diperluas dan dikembangkan di Indonesia, salah satunya siklotron.

Siklotron adalah salah satu jenis akselerator atau alat yang digunakan untuk mempercepat partikel dengan lintasan berbentuk siklik (lingkaran) untuk memperoleh energi kinetik yang tinggi. Partikel yang dimaksud dapat berupa partikel proton atau deuteron.

"Saat ini teknologi akselerator atau siklotron terus berkembang dan digunakan di berbagai bidang," kata Rohadi dalam webinar AcceleratorTalk#4 yang mengusung tema “Accelerator Technology: Strengthening Capacity Building in Cyclotron Technology", Selasa, 16 Agustus 2022. “Aplikasi teknologi ini dapat digunakan di berbagai bidang, seperti kesehatan, industri dan banyak lagi.”

Narasumber dari Sungkyunkwan University-Korea, Prof. Jong Seo Chai, menjelaskan bahwa penggunaan siklotron penting dalam bidang medis. “Siklotron adalah alat terbaik, banyak perusahaan menggunakan siklotron khususnya untuk medis,” jelasnya.

Seo Chai memaparkan perkembangan teknologi siklotron di Korea serta tentang sejarah penemuan siklotron dan perkembangannya sejak ditemukan. Pada tahun 1931 siklotron ditemukan oleh Ernest O. Lawrence dari University of California, Barkeley, Amerika Serikat. Awalnya dia membuat akselerator surya yang sangat kecil dengan ukuran diameter 4,5 inci dan mempercepat pancaran proton hingga sekitar 110 KeV.

Advertising
Advertising

Dari penemuan tersebut kemudian siklotron mulai dikembangkan di beberapa negara. Perkembangan siklotron ini dianggap sebuah ilmu baru di dunia.

Sementara itu perwakilan tim Development of Experimental Cyclotron in Yogyakarta (DECY) 13 dari Pusat Riset Teknologi Akselerator-BRIN, Taufik, mengatakan bahwa aplikasi siklotron yang sudah dilakukan di antaranya produksi radioisotop, forensik nuklir, mutasi genetik, Accelerator Driven System (ADS), laboratorium nuklir, penelitian material, Boron Neutron Capture Therapy (BNTC).

“Menurut database IAEA (International Atomic Energy Agency) ada 1.283 siklotron yang sudah digunakan di dunia, tiga diantaranya ada di Indonesia,” jelas Taufik.

Pengembangan 13 MeV siklotron di Indonesia dilakukan dengan persiapan sumber daya manusia, peningkatan kapasitas, mengembangkan siklotron untuk aplikasi yang mungkin memerlukan arus sinar atau energi tertentu di masa depan, dan juga penelitian radioisotope.

Taufik juga menjelaskan perkembangan penelitian utama di bidang akselerator yang dimulai pada tahun 1983 dengan energi 150 keV ion implant. Kemudian pada tahun 1987 menggunakan generator neutron, dan tahun 2003 sudah menggunakan mesin berkas electron. Sementara, pengembangan DECY-13 Cyclotron sudah dilakukan sejak tahun 2009, dengan target komisioning pada tahun 2024.

Prof. Kuwat Triyana, Dekan Fakultas MIPA Universitas Gajah Mada, mengatakan terkait penguatan kemampuan dalam teknologi siklotron di Indonesia, tujuan penelitian adalah untuk mendukung kemandirian dalam desain siklotron untuk produksi radioisotop sebagai bahan baku radiofarmasi.

Kuwat juga menjelaskan strategi yang digunakan dalam pengembangan DECY-13 Cyclotron yaitu Internet Accelerator Laboratory (IAL) yang diresmikan pada tahun 2014. “Terkait internet laboratory, ada tiga tipe laboratorium untuk proses rekayasa, yaitu laboratorium pengembangan digunakan untuk desain produk langsung atau spesifik, laboratorium penelitian digunakan untuk observasi ekstensif, dan laboratorium edukasi yang biasa digunakan pelajar dalam mempelajari ilmu yang ada,” jelasnya.

Menurutnya, dalam memperkuat strategi pengembangan DECY-13 Cyclotron, perlu memanfaatkan metaverse sebagai edukasi dengan menggunakan empat aspek, yaitu Augmented Reality, Lifelogging, Mirror Word, dan Virtual Reality. “Jadi ini merupakan tantangan dalam mengimplementasikan empat aspek tersebut guna memperkuat kemampuan mengembangkan DECY-13 Cyclotron,” tutur Kuwat.

Pada kesempatan yang sama, Head of Cyclotron Section Thailand Institute of Nuclear Technology, Akkapob Ngamlamiad berbagi pengalamannya dalam pembangunan fasilitas Siklotron di negaranya. “Pada awalnya kami memiliki budget yang terbatas, sehingga di awal kami fokus membangun fasilitas yang penting dan membagi dana ke beberapa pos penting. Setelah itu dilakukan pembaruan dan pembangunan fasilitas lain secara bertahap,” jelas Akkapob.

Ia juga menjelaskan bahwa dalam pengembangan fasilitas siklotron Thailand menjalin kerja sama dengan Rusia. Pada awalnya, pihaknya mengirimkan desain fasilitas siklotron, namun pada tahap selanjutnya berkembang menjadi pihak Rusia yang membuat desain bagi negaranya dengan tetap melibatkan masukan dari tim Akkapob.

Baca:
Fenomena Embun Beku di Papua Diprediksi Bertahan Sepanjang Bulan Ini

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

6 jam lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

7 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

12 jam lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

1 hari lalu

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

BRIN terus berupaya menemukan metode yang paling baru, efektif, dan efisien dalam proses pemurnian protein.

Baca Selengkapnya

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

1 hari lalu

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.

Baca Selengkapnya

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

2 hari lalu

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

Di Indonesia diperkirakan terdapat 200 ribu spesies jamur, yang di antaranya mampu memproduksi enzim.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

2 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

2 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

3 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Kisruh Rumah Dinas Puspiptek, Pensiunan Peneliti Pernah Laporkan BRIN ke Kejaksaan Agung

3 hari lalu

Kisruh Rumah Dinas Puspiptek, Pensiunan Peneliti Pernah Laporkan BRIN ke Kejaksaan Agung

Penghuni rumah dinas Psupiptek Serpong mengaku pernah melaporkan BRIN ke Kejaksaan Agung atas dugaan penyalahgunaan aset negara

Baca Selengkapnya