Covid-19: Publikasi Ilmiah GeNose Baru Terjadi Tahun Ini, Klaim Terdepan di Dunia

Selasa, 23 Agustus 2022 14:23 WIB

Mesin GeNose. dok.UGM

TEMPO.CO, Yogyakarta - Alat pendeteksi atau skrining virus Covid-19 berbasis embusan napas, GeNose, buatan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta telah sempat diproduksi massal dan digunakan luas pada tahun lalu. Tapi, publikasi ilmiah atas alat dan metode yang digunakan baru terjadi pada tahun ini.

Publikasi ilmiah terjadi justru setelah GeNose banyak menuai keraguan karena tak mampu mencegah ledakan kasus baru Covid-19 pada pertengahan tahun lalu. Saat ini pun alat juga tak lagi digunakan di lokasi awal penempatannya seiring dengan pembatasan-pembatasan telah banyak dikendurkan.

Publikasi ilmiah atas penemuan alat yang harganya sempat dibanderol Rp 60 jutaan per unit itu baru muncul di jurnal internasional, persisnya pada Mei dan Agustus 2022. Ini seperti yang diungkap inventor GeNose, Kuwat Triyana, dalam konferensi pers di UGM, Senin 22 Agustus 2022.

Jurnal yang pertama adalah Artificial intelligence in Medicine (AIIM), yang merupakan jurnal Q1 dengan impact factor 7,011, terbit pada Mei 2022 (Vol. 129(02323), Hal. 1-13). Judul artikelnya adalah Hybrid Learning Method Based on Feature Clustering and Scoring for Enhanced Covid-19 Breath Analysis by an Electronic Nose.

Jurnal yang kedua yaitu Nature portfolio journal (npj) Digital Medicine, yang merupakan jurnal Q1 dengan impact factor 15,357, terbit pada Agustus 2022 (Vol. 5(115), Hal. 1-17). Judulnya, Fast and Noninvasive Electronic Nose for Sniffing Out Covid-19 Based on Exhaled Breath-print Recognition.

Advertising
Advertising

Kuwat mengatakan, diterimanya publikasi hasil riset GeNose menunjukkan bahwa konsep sensing infeksi dengan analisis volatile organic compound (VOC) napas berbasis big data dan artificial intelligence (AI) dapat diterima dalam aplikasi klinisnya. Dengan diterimanya konsep itu pula, dia menambahkan, pemanfaatan AI dan teknologi informasi menjadi sebuah revolusi dalam memanajemen penyakit, baik itu infeksi maupun non-infeksi.

"Hanya memang diperlukan pengujian terus menerus dan update dari database serta algoritma kecerdasan buatan untuk terus dapat meningkatkan performa diagnostiknya," kata dia.

Petugas memeriksa sampel tes cepat untuk diperiksa menggunakan alat GeNose C19 di Terminal Type A Alang Alang Lebar, Palembang, Sumatera Selatan, Senin, 12 April 2021. ANTARA /Nova Wahyudi

Kuwat menjelaskan kalau pengumpulan data dan penulisan untuk publikasi-publikasi ilmiah itu telah dilakukan sejak 2020. Proses submisi sudah sejak paten GeNose didapat pada 2021. Saat itu publikasi ilmiah awal dilakukan lewat makalah preprint di research square. Menurut Kuwat, saat itu sudah melalui revisi dan diskusi intensif dengan reviewer dengan jawaban rebuttal letter mencapai lebih dari 40 halaman.

Dua publikasi ilmiah pada tahun ini, Kuwat menambahkan, masih merupakan tahap awal dari keseluruhan data yang saat ini dalam proses penyelesaian penulisan manuskrip. "Terkait dengan data hasil uji klinis multisenter dan uji validasi eksternal yang melibatkan multi institusi," kata dia.

Dari kiri: Kuwat Triyana (Inventor GeNose), Ova Emilia (Rektor UGM), Ignatius Susatyo Wijoyo, (Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha dan Kerja sama), dan Dian Kesumapramudya Nurputra, (Inventor GeNose) dalam konferensi pers di UGM Senin, 22 Agustus 2022. Dok.UGM

Tentang alat yang sudah digunakan luas pada tahun lalu, Kuwat merujuk kepada situasi penanggulangan pandemi yang dituntut cepat dan memberlakukan emergency use of authorization. Ini berlaku pula ke semua produk kesehatan lainnya yang muncul selama masa pandemi, seperti vaksin dan obat.

"Namun uji klinis tetap harus dilakukan dengan evaluasi awal, izin dan pemantauan ketat oleh regulator, serta izin edar yang masih bersifat emergency use authorization yang perlu diperpanjang lagi," tutur dia.

Kuwat mengklaim proses review oleh panel ahli dari berbagai universitas, kalangan industri saat pengajuan izin edar ini sebenarnya tidak berbeda dengan proses review pada saat publikasi, "bahkan sama ketatnya."

Menurut Kuwat, apabila GeNose C19 saat itu mengikuti alur normal hilirisasi produksi, maka pemanfaatan alat baru akan ke luar pada tahun ini di mana kasus Covid-19 sudah tidak dominan. "Dan tentu kita akan kalah jauh dengan breathalizer lain yang sedang diaplikasikan di dunia," kata dia.

Kuwat menerangkan, breathalizer serupa GeNose C19 di Amerika Serikat juga baru April lalu mendapatkan izin edar EUA. Mereka bahkan disebutnya hingga saat ini belum memunculkan publikasi ilmiah. "Publikasi GeNose C19 sebagai electronic nose untuk deteksi COVID-19 berada di jajaran terdepan dunia," katanya.


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

5 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

10 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Cara UGM Cegah Peserta UTBK-SNBT Pakai Joki dan Lakukan Kecurangan

11 jam lalu

Cara UGM Cegah Peserta UTBK-SNBT Pakai Joki dan Lakukan Kecurangan

Ujian Tulis Berbasis Komputer-Seleksi Nasional Berbasis Tes (UTBK-SNBT) di Kampus UGM diikuti sebanyak 18.726 peserta.

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

17 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

18 jam lalu

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

19 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

70 Persen Mahasiswa UGM Keberatan dengan Besaran UKT, Ada yang Cari Pinjaman hingga Jual Barang Berharga

1 hari lalu

70 Persen Mahasiswa UGM Keberatan dengan Besaran UKT, Ada yang Cari Pinjaman hingga Jual Barang Berharga

Peringatan Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas di Yogyakarta turut diwarnai aksi kalangan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) di Balairung UGM Kamis 2 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Peringati Hari Pendidikan Nasional, Mahasiswa UGM Gelar Aksi Tuntut Tranparansi Biaya Pendidikan

1 hari lalu

Peringati Hari Pendidikan Nasional, Mahasiswa UGM Gelar Aksi Tuntut Tranparansi Biaya Pendidikan

Mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut transparansi biaya pendidikan dan penetapan uang kuliah tunggal (UKT).

Baca Selengkapnya

Hardiknas 2024, UGM Ingin Wujudkan Kampus Inklusif

1 hari lalu

Hardiknas 2024, UGM Ingin Wujudkan Kampus Inklusif

Rektor UGM Ova Emilia mengatakan, UGM telah membangun ekosistem pendidikan yang inklusif, inovatif, strategis, berdaya saing, dan sinergis.

Baca Selengkapnya