139 Tahun Letusan Gunung Krakatau, Diiringi Tsunami Setinggi 30 Meter, 2 Pulau Langsung Tenggelam

Sabtu, 27 Agustus 2022 17:07 WIB

Foto udara letusan gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Minggu 23 Desember 2018. Pada tahun 2000-an Gunung Anak Krakatau mengalami peningkatan kegempaan terutama pada September 2005. Sementara Oktober 2007 aktivitas kegempaannya kembali meningkat dan terjadi letusan abu setinggi 200 meter. ANTARA FOTO/Bisnis Indonesia/Nurul Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 26 Agustus 1883, terjadi letusan gunung terbesar yaitu Gunung Krakatau. Erupsi gunung ini membuat ribuan orang kehilangan nyawa.

Besarnya kekuatan daya ledak membuat suara letusan Krakatau terdengar hingga radius hampir 5.000 kilometer. Mengutip dari Britannica.com, ledakan terbesar terjadi pada 27 Agustus dengan menghasilkan awan abu yang dilaporkan mencapai ketinggian 80 kilometer dan ledakannya terdengar hingga Australia. Tsunami setinggi lebih dari 30 meter mengikuti ledakan akibat runtuhnya kaldera dan menewaskan sekitar 36.000 orang di pantai Jawa dan Sumatera.

Gunung yang terletak di antara Pulau Sumatera dan Jawa ini memuntahkan 13 kubik mil isi perut bumi. Sepertiga bagian jatuh di sekitarnya, lainnya dalam radius 32 kilometer. Bahkan karna ledakannya menyebabkan perubahan cuaca di beberapa tempat di dunia. Hal ini disebabkan sebanyak empat kubik mil mengelilingi bumi di lapisan atmosfer sampai beberapa tahun berikutnya.

Berdasarkan Data Dasar Gunung Api di Indonesia hasil rangkuman dari Departemen Pertambangan dan Energi, Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, dan Direktorat Vulkanologi, Krakatau saat itu melepaskan energi satu juta kali lebih besar dari pada bom hidrogen.

Dahsyatnya kekuatan ini menimbulkan tsunami yang diperkirakan mencapai lebih dari 36 meter dan menelan korban sebanyak 36.000 jiwa.

Advertising
Advertising

Sebelum terjadinya ledakan, sejak 20 Mei 1883 Gunung Krakatau sudah menunjukkan gejala. Pada saat itu, sebuah kapal perang Jerman yang melintas melaporkan adanya awan debu dan asap setinggi 11 kilometer. Tidak lama dari itu, sekitar dua bulan kemudian, letusan lebih kecil terjadi. Disaksikan oleh warga lokal di Sumatera dan Jawa.

Ledakan awal terjadi di 26 Agustus sore yang meluluhkan dua pertiga bagian utara dari pulau. Selain itu, ledakan tersebut menghasilkan serangkaian aliran piroklastika dan tsunami. Kemudian pada 27 Agustus pukul 05.30 pagi, empat ledakan susulan terjadi lagi dan mencapai puncaknya pada pukul 10.02.

Dahsyatnya erupsi Gunung Krakatau menghasilkan dentuman yang terdengar hingga ke Singapura dan Australia. Ketika itu, batu apung dan abu halus diterbangkan hingga ketinggian 70-80 kilometer, menutupi daerah seluas 827.000 kilometer persegi.

Letusan Gunung Krakatau 1883 Sebabkan 2 Pulau Tenggelam

Dilansir dari eprints.undip.ac.id, puncaknya pada 26-27 Agustus 1883, ketika Gunung Krakatau Meletus dan memicu trusnami dibarengi dengan hembusan awan panas yang menewaskan penduduk. Pada pukul 10.20, letusan Gunung Krakatau keluar dan diperkirakan setara dengan 150 megaton TNT. Karena ledakan itu, dua pulau tenggelam yaitu Pulau Danan dan Pulau Perbuwatan, kemudian sebabkan pula tsunami hingga ketinggian 40 meter.

Suara letusannya bahkan terdengar hingga ke negara Australia dan Srilanka selama kurun waktu 40 jam. Dikutip dari Jurnal Masyarakat & Budaya edisi 2014, pembiasan cahaya matahari menjadi warna lebih merah atau hijau dan perubahan suhu dan iklim karena letusan Gunung Krakatau juga terjadi di Eropa, Jepang, Amerika, dan Hongkong.

Melansir dari sejarah.dibi.bnpb.go.id, selama tiga hari berturut-turut, Gunung Krakatau menyemburkan seluruh isinya, mulai dari abu vulkanik, batu apung, pasir, hingga batu lumpur panas. Semburan ini menyebar tidak hanya di gugusan pulau sekitar Gunung Krakatau, tetapi juga hingga ke ujung selatan pulau Sumatera dan ujung utara dan barat Pulau Jawa.

Di waktu yang sama pula, laut-laut disekitar Gunung Krakatau, mengalami goncangan dan gelombang tinggi disertai air panas. Bahkan getaran gelombang laut dan kenaikan suhu air laut terjadi di separuh pantai-pantai di dunia.

RINDI ARISKA I SDA

Baca: Anak Gunung Krakatau Berstatus Siaga, Catatan 4 Tahun Terakhirt Erupsi Krakatau

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

301 Keluarga akan Direlokasi Akibat Erupsi Gunung Ruang, Pemprov Sulut Lakukan Pembebasan Lahan

4 jam lalu

301 Keluarga akan Direlokasi Akibat Erupsi Gunung Ruang, Pemprov Sulut Lakukan Pembebasan Lahan

Kondisi Gunung Ruang, Kepulauan Sitaro, Sulawesi Selatan masih dalam status awas atau level IV hingga Sabtu, 4 Mei 2024. Pemerintah mengatakan ada 301 keluarga yang akan direlokasi akibat semburan abu vulkanik itu.

Baca Selengkapnya

Bandara Sam Ratulangi Manado Dibuka Lagi Usai Tutup Sementara karena Erupsi Gunung Ruang

5 jam lalu

Bandara Sam Ratulangi Manado Dibuka Lagi Usai Tutup Sementara karena Erupsi Gunung Ruang

Operasional Bandara Sam Ratulangi Manado kembali dibuka setelah sempat ditutup sementara karena terdampak sebaran abu vulkanik Gunung Ruang.

Baca Selengkapnya

Inovasi Desain Jembatan dari Unej Menang di Singapura, Ungguli UGM, ITS, NTU, dan ITB

6 jam lalu

Inovasi Desain Jembatan dari Unej Menang di Singapura, Ungguli UGM, ITS, NTU, dan ITB

Tim mahasiswa Teknik Sipil Universitas Jember (Unej)menangi kompetisi gelaran Nanyang Technological University (NTU) Singapura.

Baca Selengkapnya

AHY Tinjau Lahan untuk Relokasi Pengungsi Erupsi Gunung Ruang, Pastikan Administrasi Tak Bermasalah

7 jam lalu

AHY Tinjau Lahan untuk Relokasi Pengungsi Erupsi Gunung Ruang, Pastikan Administrasi Tak Bermasalah

Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY berangkat ke Bandara Gorontalo, Sulawesi Utara pada Ahad dini hari, 5 Mei 2024. AHY akan mengunjungi calon lahan relokasi warga pengungsi yang terdampak semburan abu vulkanik Gunung Ruang, Tagulandang, Sulawesi Utara.

Baca Selengkapnya

Update Harga Tiket dan Jadwal Kapal Feri Batam - Singapura Mei 2024

1 hari lalu

Update Harga Tiket dan Jadwal Kapal Feri Batam - Singapura Mei 2024

Perjalanan dari Batam ke Singapura dengan kapal feri hanya butuh waktu sekitar 1 jam. Simak harga tiketnya.

Baca Selengkapnya

Menyusuri Kota Perth Australia pada Malam Hari, Singgah ke His Majesty's Theatre yang Ikonik

1 hari lalu

Menyusuri Kota Perth Australia pada Malam Hari, Singgah ke His Majesty's Theatre yang Ikonik

Banyak bar dan pub di Kota Perth buka sampai tengah malam, ramai dikunjungi wisatawan dan warga lokal tapi tertib dan bebas asap rokok.

Baca Selengkapnya

Mengenal Tanaman Herbal Suku Aborigin Bersama Dale Tilbrook di Perkebunan Anggur Tertua Australia Barat

1 hari lalu

Mengenal Tanaman Herbal Suku Aborigin Bersama Dale Tilbrook di Perkebunan Anggur Tertua Australia Barat

Salah satu warisan budaya Aborigin adalah pengetahuan tentang tanaman herbal dan penggunaannya dalam pengobatan tradisional.

Baca Selengkapnya

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

1 hari lalu

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

Gelombang protes pro-Palestina di kampus-kampus Amerika Serikat telah menyebar ke berbagai universitas di Australia.

Baca Selengkapnya

Wisatawan Indonesia Paling Senang Belanja di Singapura

1 hari lalu

Wisatawan Indonesia Paling Senang Belanja di Singapura

Singapura telah menerima lebih dari 664 ribu pengunjung Indonesia. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 33,8 persen dibandingkan tahun lalu.

Baca Selengkapnya

BNPB: Pemerintah Terus Upayakan Evakuasi 9.000 Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang

2 hari lalu

BNPB: Pemerintah Terus Upayakan Evakuasi 9.000 Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang

Pemerintah akan mengambil langkah permanen untuk memindahkan permukiman warga, khususnya di Pulau Ruang, pulau utama di kaki Gunung Ruang.

Baca Selengkapnya