Embrio Sintetis Tikus Ini Kembangkan Otak dan Jantung Sempat Berdetak

Selasa, 30 Agustus 2022 17:55 WIB

Eksperimen sekelompok ilmuwan menciptakan embrio tikus sintetis (kiri) yang amat mirip embrio alami di masa awal perkembangannya. Foto Amadei and Handford

TEMPO.CO, Jakarta - Sekelompok ilmuwan membuat sel punca (stem cell) tumbuh menjadi embrio sintetis tikus yang bahkan mampu mulai mengembangkan organ jantung dan otaknya, mirip seperti embrio yang asli atau alami. Hasil eksperimen ini telah dipublikasi dalam jurnal Nature pada Kamis, 25 Agustus 2022.

Embrio buatan laboratorium itu, yang dibentuk tanpa sel telur ataupun sperma dan diinkubasi dalam vial kaca di sebuah alat yang berputar dengan cepat, bertahan sampai 8,5 hari. Itu hampir separuh periode kehamilan tikus pada umumnya.

Sepanjang periode itu, sebuah kantong rahim dikembangkan di sekeliling embrio sintetis itu sebagai penyuplai nutrisi. Embrio itu sendiri teramati mengembangkan sistem pencernaannya; tabung saraf, atau permulaan dari sistem saraf pusat; jantung yang berdenyut; dan otak dengan subseksi yang cukup jelas, termasuk otak depan dan tengah.

"Ini sudah menjadi impian bertahun-tahun dan fokus besar eksperimen kami selama satu dekade, dan akhirnya, kami telah melakukannya," ujar anggota tim eksperimen embrio sintetis itu, Magdalena Zernicka-Goetz, profesor biologi stem cell dan perkembangan mamalia yang bekerja di laboratorium University of Cambridge, Inggris, juga California Institute of Technology, Pasadena, AS.

Hasil eksperimen itu memberikan hasil yang juga sangat mirip dengan studi sebelumnya yang dipublikasi di jurnal Cell pada 1 Agustus 2022. Studi itu dipimpin oleh Jacob Hanna, ahli biologi stem cell embrionik di Weizmann Institute of Science di Israel. Hanna juga terlibat dalam tim peneliti dengan eksperimen yang terbaru bersama Zernicka-Goetz.

Advertising
Advertising

Dalam laporan hasil penelitiannya yang terdahulu, Hanna dan timnya menggunakan awalan stem cell yang berbeda tapi inkubator yang sama untuk kultur embrio tikus buatan selama 8,5 hari. Selama 8,5 hari itu pula, embrio-embrio bikinan Hanna dan timnya juga sudah sempat mengembangkan sistem pencernaan, jantung yang berdetak, dan organ otak mungil sebelum akhirnya mati.

Awalan yang berbeda dalam eksperimen Hanna dkk dilakukan dengan membuat stem cell ke dalam kondisi 'naif-nya', sebuah kondisi dari mana mereka akan mampu berubah ke dalam jenis sel apapun, misalnya sel jantung, otak atau usus. Dari sana, tim penelitinya membagi sel-sel naif itu ke dalam tiga kelompok.

Dalam kelompok pertama, mereka mengaktifkan gen-gen untuk membentuk plasenta, dan dalam kelompok yang lain, mereka mengaktifkan gen-gen untuk membuat kantong kuning telur. Dalam kelompok terakhir dibiarkan untuk berkembang menjadi embrio.

Adapun penelitian oleh Zernicka-Goetz dan timnya memulai sudah dengan tiga jenis stem cell yang ditemukan dalam fase awal hidup mamalia, ketimbang memulainya dengan hanya sel-sel naif. Satu tipe stem cell berkembang menjadi embrio, sedangkan dua lainnya berubah menjadi jaringan plasenta dan kantong rahim.

Sepanjang eksperimen mereka mengamati bagaimana ketiga jenis stem cell berinteraksi, saling bertukar pesan kimia dan secara fisik saling dorong dalam vial kaca di mesin inkubator. Menurut para penelitinya, mempelajari aksi reaksi yang terjadi tersebut dapat memberi petunjuk tentang bagaimana tahapan paling awal dari perkembangan embrionik terjadi pada manusia--dan apa yang terjadi ketika segala sesuatunya berkembang keliru.

"Periode awal dari kehidupan manusia begitu misterius, jadi dengan mampu melihat bagaimana ini terjadi dalam sebuah cawan--untuk memiliki akses kepada masing-masing stem cell ini, untuk memahami mengapa ada begitu banyak kehamilan yang gagal dan bagaimana kita mungkin mampu mencegah kegagalan itu--adalah sesuatu yang sangat spesial," kata Zernicka-Goetz.

Dia menambahkan, "Kami mengamati komunikasi yang harus terjadi di antara jenis-jenis stem cell yang berbeda pada saat itu--kami telah menunjukkan bagaimana itu terjadi dan bagaimana itu bisa bermasalah."

Dalam kedua studinya, embrio-embrio sintetis yang dihasilkan mendekati embrio yang alami, meski dengan beberapa perbedaan dan kekurangan kecil dalam bagaimana jaringan bisa teroganisir sendiri. Namun demikian, dalam kedua eksperimen, proporsi yang sangat rendah dari stem cell saja bisa berkembang menjadi embrio, yang memberi dugaan kalau efisiensi dari kedua sistem bisa lebih diperbaiki.

Sebagai tambahan, tidak satupun perkembangan embrio sintetis itu yang bertahan sampai hari kesembilan. Sebuah tantangan, yang menurut para penelitinya, harus dijawab dalam studi-studi lanjutan.

"Kenapa tak bisa berkembang lebih jauh masih belum jelas, tapi mungkin berelasi kepada cacat formasi beberapa tipe sel placenta seperti yang ada dalam laporan studi itu," kata James Briscoe, Wakil Direktur Bidang Riset di Francis Crick Institute, Inggris. Dia tidak terlibat dalam kedua eksperimen.

Riset juga memunculkan pertanyaan soal etika tentang bagaimana dan sepeti apa teknologi ini mungkin diaplikasi ke sel manusia di masa depan.

LIVESCIENCE, CAMBRIDGE

Baca juga:
Peneliti Identifikasi Fase Sangat Awal dari Perkembangan Embrio Manusia


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Daftar 12 Laboratorium di Indonesia Digital Test House yang Diresmikan Jokowi Hari Ini

3 jam lalu

Daftar 12 Laboratorium di Indonesia Digital Test House yang Diresmikan Jokowi Hari Ini

Indonesia Digital Test House menjadi laboratorium uji perangkat digital terbesar di Asia Tenggara. Simak pesan peresmian Jokowi.

Baca Selengkapnya

Polisi Ungkap Peran 5 Tersangka Laboratorium Narkotika Ganja Sintetis di Sentul

4 hari lalu

Polisi Ungkap Peran 5 Tersangka Laboratorium Narkotika Ganja Sintetis di Sentul

Penangkapan lima tersangka clandestine laboratory ganja sintetis ini bermula dari laporan pengiriman bahan baku narkoba jenis pinaca dari Cina.

Baca Selengkapnya

Tikus Sering Menjadi Hewan Percobaan, Ternyata Ini Alasannya

10 hari lalu

Tikus Sering Menjadi Hewan Percobaan, Ternyata Ini Alasannya

Biasanya, ketika melakukan penelitian dalam dunia medis, peneliti kerap menggunakan tikus. Lantas, mengapa tikus kerap menjadi hewan percobaan?

Baca Selengkapnya

Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

11 hari lalu

Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

Berikut beberapa hewan yang kerap dijadikan hewan percobaan dalam penelitian:

Baca Selengkapnya

Istri Bintang Emon Disebut Positif Narkoba Setelah Konsumsi Obat Flu, Kok Bisa?

11 hari lalu

Istri Bintang Emon Disebut Positif Narkoba Setelah Konsumsi Obat Flu, Kok Bisa?

Bagaimana mungkin konsumsi obat flu bisa berdampak pada positif narkoba seperti yang dialami istri komika Bintang Emon?

Baca Selengkapnya

Dosen Universitas Cambridge Jelaskan Dugaan Penjiplakan Artikel Ilmiahnya oleh Dosen ITPLN

14 hari lalu

Dosen Universitas Cambridge Jelaskan Dugaan Penjiplakan Artikel Ilmiahnya oleh Dosen ITPLN

Asisten profesor di University of Camridge Ilias Alami mengungkap dugaan tindakan plagiarisme oleh akademisi ITPLN.

Baca Selengkapnya

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

15 hari lalu

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

Dokter menjelaskan metode penyembuhan kanker darah dengan melakukan transplantasi sel punca atau stem cell. Simak penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Mengenal Kanker Prostat yang Diderita OJ Simpson, Siapa yang Berpotensi Diserang Jenis Kanker Ini?

23 hari lalu

Mengenal Kanker Prostat yang Diderita OJ Simpson, Siapa yang Berpotensi Diserang Jenis Kanker Ini?

OJ Simpson meninggal setelah melawan kanker prostat. Lantas, apa jenis kanker tersebut dan siapa yang berpotensi mengalaminya?

Baca Selengkapnya

Babe Cabita Belum Sempat Transplantasi Stem Cell, Begini Perjuangannya Lawan Anemia Aplastik

26 hari lalu

Babe Cabita Belum Sempat Transplantasi Stem Cell, Begini Perjuangannya Lawan Anemia Aplastik

Mendiang Babe Cabita sebenarnya berencana untuk melakukan transplantasi stem cell untuk sembuh dari Anemia Aplastik, namun kondisinya menurun.

Baca Selengkapnya

Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

41 hari lalu

Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

Leptospirosis adalah penyakit yang kerap muncul setiap musim hujan, terutama di daerah yang rawan banjir dan genangan air. Seberapa berbahaya?

Baca Selengkapnya