Nekropsi Pastikan Macan Tutul Mati di Sumedang Karena Dikepruk Kepalanya

Selasa, 13 September 2022 16:28 WIB

Nekropsi atau pemeriksaan penyebab kematian macan tutul yang mati di Sumedang, Senin, 12 September 2022. (Dok.Istimewa)

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat, Irawan Asaad, mengungkap sebab kematian macan tutul di Sumedang. “Penyebab kematian tidak bersifat infeksius, dugaan kematian akibat luka traumatik pada bagian kepala,” katanya lewat jawaban tertulis kepada Tempo.

Hasil pemeriksaan oleh dokter hewan Bandung Zoological Garden pada Senin, 12 September 2022, itu selaras dengan laporan awal yang diterima BBKSDA Jawa Barat bahwa macan tutul mati akibat pukulan di bagian kepala menggunakan benda tumpul. Dari hasil pemeriksaan atau nekropsi diketahui pula macan tutul yang mati itu berkelamin betina dengan usia sekitar dua tahun.

“Mengenai proses hukum, kami menunggu hasil pengumpulan data dan informasi yang dilaksanakan,” ujar Irawan sambil menambahkan saat ini BBKSDA Jawa Barat tengah fokus pada upaya mitigasi konflik satwa dengan manusia. "Agar tidak terjadi lagi kejadian serupa sekaligus memberikan ketenangan pada masyarakat," kata dia.

Sebelumnya, pada Rabu 7 September 2022, seekor macan tutul masuk ke sebuah rumah peristirahatan atau villa di Dusun Tegal Saeutik RT 02/RW 010 Desa Tegalmanggung Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang. Saat itu sekitar pukul 15.00 WIB dan warga melihatnya di sekitar kandang angsa. Satwa liar yang terancam punah itu kemudian diusir.

Upaya pengusiran itu mengakibatkan tiga warga terluka hingga dilarikan ke rumah sakit, sementara macan tutul mati. Cerita versi lainnya menyebutkan, macan tutul itu menyerang warga. “Pada dasarnya, macan tutul memiliki perilaku untuk tidak menyerang manusia, kecuali pada kondisi terdesak atau mendapat intimidasi,” kata Irawan.

Advertising
Advertising

Lokasi konflik itu berjarak sekitar dua kilometer dari kawasan konservasi Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi yang menjadi habitat alami kucing besar tersebut. Kedekatan itu, menurut BBKSDA, ditambah lagi dengan adanya hewan ternak di sekitar kawasan. “Macan tutul muda yang sedang belajar berburu biasanya tertarik untuk mendapatkan mangsa yang mudah untuk diburu,” ujar Irawan.

Ketua Badan Pembina Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia Jawa Barat, Dedi Kurniawan, mendesak BBKSDA Jawa Barat gencar sosialisasi kepada warga di sekitar habitat macan tutul. Tujuannya untuk melindungi kucing besar endemik Jawa itu yang juga menjadi lambang identitas Provinsi Jawa Barat dari kepunahan. “Hidup macan tutul semakin terancam dan kawasannya semakin terjepit,” kata dia.

Menurut Ketua Dewan Daerah Wahana Lingkungan Hidup Jawa Barat itu, potensi keberadaan macan tutul hampir di seluruh kawasan konservasi dan sebagian kawasan hutan Perhutani. Sebaran habitatnya seperti di Kamojang, Gunung Darajat, Kareumbi , Gunung Tilu, Kawah Putih atau Gunung Patuha, Gunung Tikukur di Ciwidey, Taman Nasional Gunung Pangrango dan Halimun. Selain itu di kawasan suaka marga satwa Gunung Sawal di Ciamis, Gunung Tangkuban Perahu, kawasan Pangalengan, pegunungan Cianjur, Sukabumi, Tasikmalaya. “Di Cirebon dan Indramayu belum pernah dengar ada macan tutul,” ujarnya.

Macan tutul jawa terekam kamera jebak berkeliaran di hutan Gunung Sanggabuana, Karawang, Jawa Barat. Kredit: ANTARA/Dok. Dedi Mulyadi

BBKSDA Jawa Barat, menurut Irawan, melakukan kegiatan penyadaran masyarakat melalui edukasi secara reguler. Di kawasan konservasi Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi misalnya, dilakukan sebanyak tiga kali pada tahun ini . Petugas juga berpatroli pengamanan kawasan dan pemantauan macan tutul bersama masyarakat sekitar.

Menurutnya ada beberapa daerah rawan konflik macan tutul dengan warga, yaitu di kawasan hutan Bandung Selatan, Kabupaten Ciamis, daerah selatan Garut, Tasikmalaya, kemudian Kabupaten Sukabumi, Subang, Purwakarta, Karawang, dan Sumedang. “Langkah selanjutnya akan melakukan kegiatan sosialisasi secara komprehensif dengan melibatkan seluruh pihak yang terkait,” kata Irawan.

Baca juga:
Monyet Lukai Pemilik di Cikande Tangerang Dievakuasi ke BKSDA Jakarta


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

4 hari lalu

3 Fakta Cut Nyak Dhien di Sumedang, Mengajar Agama dan Disebut Ibu Suci

Cut Nyak Dhien sangat dihormati masyarakat Sumedang dan dijuluki ibu perbu atau ibu suci. Ia dimakamkan di tempat terhormat bangsawan Sumedang.

Baca Selengkapnya

Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

4 hari lalu

Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

Perlu waktu bertahun-tahun hingga akhirnya pemerintah menetapkan Cut Nyak Dhien sebagai pahlawan nasional.

Baca Selengkapnya

Swasembada Gula dan Bioetanol, Kementerian BUMN Gabungkan Danareksa-Perhutani

6 hari lalu

Swasembada Gula dan Bioetanol, Kementerian BUMN Gabungkan Danareksa-Perhutani

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan keterlibatan Kementerian BUMN dalam proyek percepatan swasembada gula dan bioetanol.

Baca Selengkapnya

Pemburu Liar Tembak Mati 6 Badak Jawa, Terancam Hukuman Penjara 5 Tahun dan Denda Rp 100 Juta

7 hari lalu

Pemburu Liar Tembak Mati 6 Badak Jawa, Terancam Hukuman Penjara 5 Tahun dan Denda Rp 100 Juta

Direskrimum Polda Banten mengungkap tindak pidana perburuan badak bercula satu atau badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Apa ancaman hukumannya?

Baca Selengkapnya

Badak Jawa Semakin Terancam Punah, Terbaru Kematian 6 Badak Bercula Satu di Ujung Kulon

7 hari lalu

Badak Jawa Semakin Terancam Punah, Terbaru Kematian 6 Badak Bercula Satu di Ujung Kulon

Sebanyak enam badak Jawa atau badak bercula satu mati ditangan pemburu liar di Ujung Kulon. Berikut profil dan konservasi badak Jawa.

Baca Selengkapnya

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

10 hari lalu

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

Sekitar 140 paus pilot yang terdampar di perairan dangkal negara bagian Australia Barat. Apakah jenis paus pilot itu?

Baca Selengkapnya

Selain Tahu Sumedang, Inilah 5 Kuliner Sumedang Lain yang Menggugah Selera

13 hari lalu

Selain Tahu Sumedang, Inilah 5 Kuliner Sumedang Lain yang Menggugah Selera

Berbicara tentang kuliner di Sumedang, ternyata tidak hanya memiliki tahu umedang yang khas, tetapi terdapat pula berbagai kelezatan kuliner tradisional lain.

Baca Selengkapnya

Ragam 5 Destinasi Wisata Menarik di Kabupaten Sumedang

13 hari lalu

Ragam 5 Destinasi Wisata Menarik di Kabupaten Sumedang

Kabupaten Sumedang menyediakan berbagai kebutuhan wisata, terutama dengan keunggulan panorama alamnya yang indah.

Baca Selengkapnya

Kerajaan Sumedang Larang Cikal Bakal Kabupaten Sumedang, Bagaimana Sejarahnya?

14 hari lalu

Kerajaan Sumedang Larang Cikal Bakal Kabupaten Sumedang, Bagaimana Sejarahnya?

Kerajaan Sumedang Larang adalah cikal bakal bagi Kabupaten Sumedang yang dikenal hari ini. Dan hari ini 22 April ditetapkan sebagai Hari Jadi Sumedang

Baca Selengkapnya

DPR Dorong Sanksi Akumulatif Bagi Kejahatan Lingkungan di RUU Konservasi

14 hari lalu

DPR Dorong Sanksi Akumulatif Bagi Kejahatan Lingkungan di RUU Konservasi

UU No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang telah berusia 34 tahun menjadi alasan dilakukan revisi.

Baca Selengkapnya