16 Tahun Dinantikan, Rafflesia Arnoldii Akhirnya Mekar di Luar Habitatnya

Reporter

magang_merdeka

Editor

Erwin Prima

Rabu, 14 September 2022 16:54 WIB

Satu kelopak Rafflesia Arnoldii mekar di Kebun Raya Bogor. (BRIN)

TEMPO.CO, Jakarta - Untuk pertama kalinya Rafflesia Arnoldii R. Br. mekar di luar habitatnya setelah 16 tahun dilakukan upaya konservasi sejak tahun 1818. Akhirnya pada awal September kemarin, Rafflesia Arnoldii R. Br mulai memunculkan beberapa knop bakal bunga dan salah satunya mekar pada 12 September 2022 di Kebun Raya Bogor.

Periset dan kurator koleksi Rafflesia di Kebun Raya Bogor, Sofi Mursidawati, mengatakan bunga endemik Sumatra ini mengharuskan waktu yang lama untuk bertumbuh hingga mekar sempurna. Hal ini disebabkan karena Rafflesia merupakan jenis parasit langka.

Kalau tumbuhnya cepat dia akan membuat inangnya shock atau mati karena kebutuhan makanan dan air tergantung 100 persen ke inang. Sebagai parasit raksasa dia harus menjaga supaya inang gak sakit atau mati yang berakibat kematian dia (Rafflesia) juga.” ungkap Sofi saat wawancara dengan Tempo.

Upaya konservasi Rafflesia arnoldii R. Br di luar habitatnya (secara ex situ) sudah dilakukan sejak tahun 1818. Baru pada tahun 2006 peneliti Rafflesia Kebun Raya Bogor melakukan upaya menumbuhkan biji Rafflesia arnoldii R. Br. Akhirnya pada awal September 2022 memunculkan beberapa knop bakal bunga yang salah satunya mekar dengan diameter kelopak tidak lebih dari 60 cm, pada 12 September 2022.

Menurut Sofi, tidak ada upaya khusus yang dilakukan untuk membuat Rafflesia mekar. Hanya membersihkan atau memelihara lingkungan sekitarnya saja. Sebab, berbunganya rafflesia itu lebih merupakan peristiwa alam.

Rafflesia Arnoldii R. Br merupakan salah satu jenis tumbuhan unik karena tidak memiliki daun, akar dan batang sejati. Namun tumbuhan ini memiliki ukuran bunga yang besar. Bahkan, termasuk salah satu bunga tunggal terbesar di dunia.

Bunga asal Bengkulu ini pertama kali ditemukan oleh Dr. Joseph Arnold dan Thomas Stanford Raffles yang Sedang melakukan ekspedisi. Barulah tumbuhan tersebut diberi nama dari penggabungan Raffles dan Arnold.

Bunga raksasa kharismatik ini masuk dalam daftar tumbuhan langka Nasional berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 4 Tahun 1993, dan juga merupakan tumbuhan yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1999 dan IUCN Red List dengan status konservasi terancam punah.

Hingga kini Rafflesia memiliki 33 spesies di dunia. 14 jenis di antaranya tumbuh di Indonesia dengan 11 jenisnya merupakan endemik Sumatra.

Rafflesia arnoldii R. Br tumbuh di Tetrastigma lanceolarium (Roxb.) Planch sebagai inangnya yang ditanam pada 22 Januari 1953 sebagai hasil pertukaran tanaman (seed exchange) dari Florida pada tahun 1952,” tambah Sofi.

Kebun Raya Bogor pada tahun 2010 telah berhasil menumbuhkan Rafflesia patma Bl. dan hingga tahun 2019 telah mekar sebanyak 16 kali.

Zahrani Jati Hidayah

Baca:
Bunga Bangkai Raksasa Tumbuh di Kebun Kopi di Aceh

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu

Berita terkait

Didemo Nasabah, BTN: Tak Ada Uang Nasabah yang Raib

3 hari lalu

Didemo Nasabah, BTN: Tak Ada Uang Nasabah yang Raib

PT Bank Tabungan Negara (Persero) atau BTN patuh dan taat hukum yang berlaku di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ada Harimau Sumetera hingga Komodo, Inilah 5 Hewan Endemik Asal Indonesia

4 hari lalu

Ada Harimau Sumetera hingga Komodo, Inilah 5 Hewan Endemik Asal Indonesia

Setidaknya ada 612 hewan endemik asal Indonesia dari berbagai jenis, seperti mamalia, burung, reptil, hingga amfibi. Berikut lima di antaranya.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

5 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Pemburu Liar Tembak Mati 6 Badak Jawa, Terancam Hukuman Penjara 5 Tahun dan Denda Rp 100 Juta

6 hari lalu

Pemburu Liar Tembak Mati 6 Badak Jawa, Terancam Hukuman Penjara 5 Tahun dan Denda Rp 100 Juta

Direskrimum Polda Banten mengungkap tindak pidana perburuan badak bercula satu atau badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Apa ancaman hukumannya?

Baca Selengkapnya

Badak Jawa Semakin Terancam Punah, Terbaru Kematian 6 Badak Bercula Satu di Ujung Kulon

6 hari lalu

Badak Jawa Semakin Terancam Punah, Terbaru Kematian 6 Badak Bercula Satu di Ujung Kulon

Sebanyak enam badak Jawa atau badak bercula satu mati ditangan pemburu liar di Ujung Kulon. Berikut profil dan konservasi badak Jawa.

Baca Selengkapnya

Kota Paling Harum di Dunia Ini Ada di Yunani

7 hari lalu

Kota Paling Harum di Dunia Ini Ada di Yunani

Menurut studi HAYPP, Athena, ibukota Yunani menduduki peringkat pertama kota yang memiliki aroma paling harum

Baca Selengkapnya

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

9 hari lalu

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

Sekitar 140 paus pilot yang terdampar di perairan dangkal negara bagian Australia Barat. Apakah jenis paus pilot itu?

Baca Selengkapnya

DPR Dorong Sanksi Akumulatif Bagi Kejahatan Lingkungan di RUU Konservasi

13 hari lalu

DPR Dorong Sanksi Akumulatif Bagi Kejahatan Lingkungan di RUU Konservasi

UU No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang telah berusia 34 tahun menjadi alasan dilakukan revisi.

Baca Selengkapnya

10 Bunga Paling Mahal di Dunia, Ada yang Mencapai 60 Miliar

13 hari lalu

10 Bunga Paling Mahal di Dunia, Ada yang Mencapai 60 Miliar

Berikut ini eretan bunga paling mahal di dunia, ada yang dikembangkan selama 15 tahun dan harganya mencapai Rp60 miliar.

Baca Selengkapnya

Epidemiolog: Cacar Monyet Berpotensi Jadi Penyakit Endemik di Indonesia

15 hari lalu

Epidemiolog: Cacar Monyet Berpotensi Jadi Penyakit Endemik di Indonesia

Epidemiolog Dicky Budiman menyatakan, infeksi cacar monyet berpotensi menjadi penyakit endemik karena minimnya penanganan.

Baca Selengkapnya