Banyak Semut di Bumi Diperkirakan 20 Kuadriliun, Belum Terhitung yang di Pohon

Rabu, 28 September 2022 21:16 WIB

Ilustrasi semut. Pixabay.com

TEMPO.CO, Jakarta - Perkiraan terbaru menyebutkan ada 20.000.000.000.000.000, atau 20 kuadriliun, semut di muka Bumi ini. Angka itu didapat lewat ekstrapolasi terhadap data densitas atau kerapatan semut yang dihasilkan dari 489 studi--dengan metode yang standar--di berbagai belahan dunia.

"Setiap orang yang memperhatikan semut dan menyadari ada begitu banyak serangga ini mungkin bertanya-tanya berapa banyak populasi semut yang ada di dunia," kata Patrick Schultheiss, peneliti biologi dari University of Hong Kong.

Dia yang bersama koleganya di University of Hong Kong, juga di Julius Maximilian University of Würzburg, Jerman, Sabine Nooten, memimpin studi mencari jawaban atas pertanyaan itu. Keduanya memimpin tim mengumpulkan dan melakukan ekstrapolasi data-data tersebut.

Dalam laporannya yang sudah dipublikasikan 19 September 2022 lalu, Schultheiss dkk juga menghitung total biomassa dari populasi semut global sekitar 12 juta ton. Angka ini lebih dari total biomassa burung dan mamalia liar dijadikan satu yang sebesar 2 dan 7 juta ton. Atau, seperlima total 60 juta ton biomassa manusia di planet yang sama.

"Angka perkiraan sebelumnya dari populasi semut di Bumi diekstrapolasi dari densitas semut yang diukur hnya dari satu atau dua lokasi," kata Schultheiss sambil menambahkan, analisis terkini bertujuan untuk lebih akurat dengan melihat kepada studi-studi dari seluruh benua dan tertulis dalam beragam bahasa.

Advertising
Advertising

Meski diakui, itupun masih terbatas. Statistik dari Afrika dan Asia utara, misalnya, disebutkan Schultheiss sangat minim. "Juga masih ada yang tidak kita ketahui karena kebanyakan penghitungan dilakukan terhadap populasi semut di atas tanah ketimbang yang ada di pepohonan atau bawah tanah."

Saat ini telah diketahui 15.700 spesies dan subspesies semut yang ada di dunia. Serangga ini dipandang vital di sebagian besar ekosistem karena peran mereka dalam menyebarkan benih atau biji, meningkatkan ketersediaan nutrisi lewat percampuran tanah dan menyediakan makanan bagi hewan-hewan pemakan semut.

Nooten menekankan pentingnya untuk bisa mengetahui populasi semut global demi tujuan konservasi. "Dengan studi ini kami menyediakan landasan untuk distribusi global jumlah dan biomassa semut, dan ke depan kami bisa mengulangi studi di lokasi yang sama menggunakan metode yang sama untuk melihat apa yang berubah," katanya.

NEW SCIENTIST, PNAS

Baca juga:
Beri Kuliah Umum di Kampus UGM, Dubes Norwegia: 100 Juta Dollar telah Diberikan untuk Hutan Indonesia


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Makanan Bergizi yang Tak Menggugah Selera Padahal Luar Biasa buat Tubuh

1 hari lalu

Makanan Bergizi yang Tak Menggugah Selera Padahal Luar Biasa buat Tubuh

Makanan yang bisa bikin Anda bergidik seperti serangga justru diklaim sehat dan bergizi tinggi. Berikut makanan bergizi yang disarankan ahli diet.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

3 hari lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Pakar Serangga IPB Ungkap Spesies Baru Serangga yang Bermanfaat bagi Manusia

6 hari lalu

Pakar Serangga IPB Ungkap Spesies Baru Serangga yang Bermanfaat bagi Manusia

Berbagai serangga yang memberikan manfaat bagi manusia berupa produk yang bernilai komersial.

Baca Selengkapnya

Pemburu Liar Tembak Mati 6 Badak Jawa, Terancam Hukuman Penjara 5 Tahun dan Denda Rp 100 Juta

7 hari lalu

Pemburu Liar Tembak Mati 6 Badak Jawa, Terancam Hukuman Penjara 5 Tahun dan Denda Rp 100 Juta

Direskrimum Polda Banten mengungkap tindak pidana perburuan badak bercula satu atau badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Apa ancaman hukumannya?

Baca Selengkapnya

Badak Jawa Semakin Terancam Punah, Terbaru Kematian 6 Badak Bercula Satu di Ujung Kulon

7 hari lalu

Badak Jawa Semakin Terancam Punah, Terbaru Kematian 6 Badak Bercula Satu di Ujung Kulon

Sebanyak enam badak Jawa atau badak bercula satu mati ditangan pemburu liar di Ujung Kulon. Berikut profil dan konservasi badak Jawa.

Baca Selengkapnya

Hong Kong Meluncurkan Tiket Bus Khusus untuk Wisatawan

9 hari lalu

Hong Kong Meluncurkan Tiket Bus Khusus untuk Wisatawan

Mulai Sabtu, 27 Juli 2024, salah satu operator bus di Hong Kong menerapkan tiket satu hari tanpa batas untuk wisatawan

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Begini Komentar Gregoria Mariska Tunjung Sumbang Poin Pertama untuk Indonesia saat Lawan Hong Kong

9 hari lalu

Hasil Piala Uber 2024: Begini Komentar Gregoria Mariska Tunjung Sumbang Poin Pertama untuk Indonesia saat Lawan Hong Kong

Gregoria Mariska Tunjung mengalahkan Yeng Sum Yee dalam 32 menit untuk memastikan satu poin bagi Indonesia lawan Hong Kong di Grup c Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

10 hari lalu

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

Sekitar 140 paus pilot yang terdampar di perairan dangkal negara bagian Australia Barat. Apakah jenis paus pilot itu?

Baca Selengkapnya

DPR Dorong Sanksi Akumulatif Bagi Kejahatan Lingkungan di RUU Konservasi

15 hari lalu

DPR Dorong Sanksi Akumulatif Bagi Kejahatan Lingkungan di RUU Konservasi

UU No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang telah berusia 34 tahun menjadi alasan dilakukan revisi.

Baca Selengkapnya

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

15 hari lalu

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

Temuan lainnya adalah keturunan hibrida dari serangga yang salah pilih pasangan karena polusi udara itu kerap kali steril.

Baca Selengkapnya