Air itu Terpendam Dalam Kawah Bulan

Reporter

Editor

Selasa, 17 Maret 2009 13:27 WIB

TEMPO Interaktif, London: Pada akhir 2008, para ilmuwan mengumumkan bahwa mereka telah menemukan tempat terbaik untuk mencari es di bulan. Tim astrofisikawan dari Durham University, Inggris, menyatakan, jika air beku itu memang ada, kemungkinan besar es tersebut akan ditemukan di kawah dekat kutub bulan yang tak pernah terkena sinar matahari.
Penemuan itu didasari sebuah analisis komputer dari data Lunar Prospector, sebuah wahana antariksa milik NASA, yang dikirimkan ke bulan pada 1998. Para ilmuwan yang tergabung dalam tim internasional dari Durham University dan University of Glasgow, Inggris, serta Planetary Systems Branch, Space Science, and Astrobiology Division dari Ames Research Center milik NASA di California itu memperlihatkan bahwa hidrogen yang terdapat di bulan terkonsentrasi dalam kawah-kawah kutub. Di dalam sana, temperaturnya jauh lebih dingin daripada minus 170 derajat Celsius.
Bersama dengan oksigen yang ditemukan berlimpah dalam batuan bulan, hidrogen adalah unsur utama dalam pembuatan air.
Jika benar ada es di dalam kawah, para ilmuwan menyatakan es itu berpotensi sebagai sumber air bagi markas berawak yang akan dibangun pada 2020. Basis astronot di bulan itu juga dapat digunakan sebagai sebuah terminal eksplorasi tata surya.
Dalam temuan yang dipublikasikan dalam International Journal of Solar System Studies, Icarus, para ilmuwan memperlihatkan bahwa jika hidrogen itu ada dalam bentuk air yang membeku, konsentrasi rata-ratanya dalam sejumlah kawah setara dengan 10 gram es dalam tiap kilogram batuan bulan. Meski begitu, mereka berkeyakinan bahwa hidrogen di bulan tidak dalam bentuk air beku, melainkan proton yang ditembakkan oleh matahari ke permukaan bulan yang berdebu.
"Riset ini mengaplikasikan teknik hasil pengembangan baru terhadap data misi Lunar Protector untuk menunjukkan bahwa hidrogen terkonsentrasi dalam kawah-kawah di kutub yang selalu berada dalam bayang-bayang," kata Vincent Eke, pakar di Institute for Computational Cosmology, di Durham University, yang memimpin tim itu.
Eke mengatakan air dalam bentuk es bisa stabil selama miliaran tahun di bagian bulan yang tidak terkena sinar matahari. "Jika hidrogen itu ada dalam bentuk air yang membeku, kami menduga bahwa beberapa meter teratas permukaan bulan menyimpan air yang cukup banyak untuk mengisi Kielder Water," ujarnya. Kielder Water adalah waduk terbesar di Eropa Utara. Waduk yang terletak di Northumberland, Inggris, itu mampu menampung 200 miliar liter air.
Temuan para astrofisikawan Durham University ini sangat bermanfaat terkait dengan eksplorasi bulan. "Hasil riset ini dapat membantu misi LCROSS dan Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO), yang akan diluncurkan dalam waktu dekat ini," kata Richard Elphic, pakar di Planetary Systems Branch, Ames Research Center NASA.
LCROSS bertujuan membebaskan air dengan menabrak permukaan kutub yang terus tertutup bayangan, tempat es mungkin berada. "Peta banyaknya hidrogen yang telah disempurnakan ini bisa membantu LCROSS menyeleksi situs tumbukan yang paling menjanjikan," kata Elphic. "Peta ini juga membantu memfokuskan pencarian es kutub yang dilakukan LRO dengan mengidentifikasi lokasi yang kaya hidrogen."
TJANDRA DEWI | SCIENCEDAILY | DURHAM

Berita terkait

Ulasan Profesor Astronomi BRIN soal Posisi Hilal dan Lebaran 10 April 2024

26 hari lalu

Ulasan Profesor Astronomi BRIN soal Posisi Hilal dan Lebaran 10 April 2024

Awal Syawal atau hari Lebaran 2024 diperkirakan akan seragam pada Rabu, 10 April 2024. Berikut ini penjelasan astronom BRIN soal posisi hilal terkini.

Baca Selengkapnya

Tak Segampang Itu Mengamati Komet Setan, Terlalu Singkat dan Berpotensi Terhalang Awan

31 hari lalu

Tak Segampang Itu Mengamati Komet Setan, Terlalu Singkat dan Berpotensi Terhalang Awan

Kondisi cuaca, polusi cahaya, dan sempitnya durasi bisa menghambat pengamatan Komet Setan.

Baca Selengkapnya

Fenomena Langka di Langit April 2024, Hujan Meteor Hingga Komet Setan

32 hari lalu

Fenomena Langka di Langit April 2024, Hujan Meteor Hingga Komet Setan

Sejumlah fenomena astronomi langka bakal terjadi sepanjang April 2024. Ada hujan meteor, gerhana matahari total, sampai okultasi bintang Antares.

Baca Selengkapnya

Kemunculan Komet Setan, Perlukah Kita Khawatir?

32 hari lalu

Kemunculan Komet Setan, Perlukah Kita Khawatir?

Komet 12P/Pons-Brooks alias komet setan menuju titik terdekatnya dengan matahari dan bumi. Pakar astronomi membantah isu tanda kiamat.

Baca Selengkapnya

Pilih 5 Program Studi Perguruan Tinggi Bagi yang Ingin Berkarier di BMKG

2 Februari 2024

Pilih 5 Program Studi Perguruan Tinggi Bagi yang Ingin Berkarier di BMKG

Ingin bekerja di Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika? Berikut 5 program studi di perguruan tinggi yang dibutuhkan BMKG.

Baca Selengkapnya

Fenomena Astronomi 2024, 5 Gerhana Bulan dan Matahari Tidak Melintasi Indonesia

6 Januari 2024

Fenomena Astronomi 2024, 5 Gerhana Bulan dan Matahari Tidak Melintasi Indonesia

Ada lima gerhana bulan dan matahari yang akan terjadi pada tahun 2024.

Baca Selengkapnya

Fenomena Astronomi Desember, Hujan Meteor Geminid Sampai Malam Natal

5 Desember 2023

Fenomena Astronomi Desember, Hujan Meteor Geminid Sampai Malam Natal

Beberapa fenomena astronomi mewarnai langit malam Desember 2023.

Baca Selengkapnya

Fenomena Langit Oktober Diwarnai Gerhana Bulan dan Tiga Hujan Meteor

4 Oktober 2023

Fenomena Langit Oktober Diwarnai Gerhana Bulan dan Tiga Hujan Meteor

Gerhana bulan akan terjadi pada Ahad dini hari, 29 Oktober 2023.

Baca Selengkapnya

Jakarta Raih 4 Medali Bidang Astronomi di OSN, Ini Kata Pelatih dari Planetarium Jakarta

6 September 2023

Jakarta Raih 4 Medali Bidang Astronomi di OSN, Ini Kata Pelatih dari Planetarium Jakarta

DKI Jakarta meraih juara umum pada Olimpiade Sains Nasional atau OSN 2023 dengan total 71 medali.

Baca Selengkapnya

Dzaky Rafiansyah Raih Dua Perak Olimpiade Astronomi Berturutan, Ini Rahasianya

4 September 2023

Dzaky Rafiansyah Raih Dua Perak Olimpiade Astronomi Berturutan, Ini Rahasianya

Dzaky mengaku menyukai astronomi sejak kelas 3 SMP.

Baca Selengkapnya