Gempa Cianjur, Dosen ITB: Sesar Sekitar Gunung Api Aktif Perlu Atensi

Kamis, 1 Desember 2022 09:32 WIB

Lokasi pusat gempa M5,6 pada Senin 21 November 2022 terhadap Sesar Gempa Cimandiri. FOTO/Twitter

TEMPO.CO, Jakarta - Sekalipun berada di zona Cimandiri, sesar atau patahan pasti yang menjadi sumber gempa di Cianjur, yang menewaskan lebih 300 orang dan puluhan ribu rumah rusak, belum teridentifikasi sebelumnya. Menurut peneliti gempa dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Astyka Pamumpuni, umumnya sesar aktif dapat terlihat dari morfologi permukaan yang ada.

Tapi, ciri umum itu tak didapatinya pada sesar penyebab gempa Cianjur. “Dan ternyata gempanya terjadi lumayan besar,” ujar dosen di Kelompok Keahlian Geologi Terapan itu, Rabu, 30 November 2022.

Kemungkinannya, Astyka menuturkan, jalur sesar gempa Cianjur itu tertutup oleh endapan vulkanik yang muda. Itu sebabnya, menurut dia, keberadaan sesar atau patahan di sekitar gunung api aktif yang belum diketahui perlu mendapat perhatian khusus. “Jadi kita punya tantangan lebih untuk menetapkan sesar aktif di area vulkanik yang punya endapan tebal,” kata dia.

Baca juga: Info Gempa Terkini BMKG, Cugenang dan Pacet di Cianjur Masih Terus Bergetar

Advertising
Advertising

Dekat lokasi sumber gempa utama di Cugenang, pada Senin, 21 November 2022, memang terdapat gunung api, yakni Gunung Gede. Kondisinya, menurut Badan Geologi, sejauh ini berstatus normal. Erupsi terakhir Gunung Gede terjadi pada 1957 dengan karakteristik letusan eksplosif berupa letusan abu tebal kelabu hingga hitam. Tinggi kolom letusan mencapai 3 kilometer di atas puncak.

Telah dipastikan kalau gempa M5,6 di Cianjur 21 November lalu, dan susulannya yang masih terjadi sampai 10 hari setelahnya, merupakan gempa tektonik atau dari pergerakan kerak bumi, bukan gempa vulkanik akibat aktivitas gunung api. Episentrumnya, berdasarkan hasil pengukuran, berjarak 10-14 kilometer dari lintasan Sesar Cimandiri.

Jarak itu dianggap relatif jauh tapi arah dan mekanisme lindu sesar penyebab gempa Cianjur itu dengan Sesar Cimandiri memiliki kesamaan yaitu sesar mendatar dengan bidang vertikal. “Jadi, mungkin, Cugenang bisa jadi semacam percabangan dari Cimandiri,” katanya.

Upaya memastikannya dengan melihat lebih rinci dari kondisi geologi di bawah permukaan. Hasil penelitiannya bisa mengubah peta sumber bahaya gempa. Perubahannya bisa berupa penambahan jalur sesar aktif baru setelah terjadi Gempa Cianjur atau revisi pada jalur Sesar Cimandiri.

“Kalau dari morfologi memang lokasi yang di (peta) Pusat Gempa Nasional 2017 menunjukkan tanda-tanda sesar,” ujar Astyka.

Di kalangan ahli dan peneliti gempa saat ini muncul dua pendapat soal penyebab gempa itu: akibat pergerakan di zona sesar aktif Cimandiri. Sementara pihak lain meyakini disebabkan oleh sesar aktif lain yang selama ini belum diidentifikasi.


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

BMKG Deteksi Gempa Magnitudo 5,8 di Bolaang Mongondow, Hasil Pergerakan Lempeng Laut Sulawesi

5 menit lalu

BMKG Deteksi Gempa Magnitudo 5,8 di Bolaang Mongondow, Hasil Pergerakan Lempeng Laut Sulawesi

Gempa M5,8 mengguncang Pantai Utara Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, pada Senin pagi, 13 Mei 2024. Tidak ada potensi tsunami.

Baca Selengkapnya

Gempa Darat M3,2 Guncang Sukabumi dan Bogor, Lokasi dan Kedalamannya Mirip Lindu pada 9 Mei Lalu

1 jam lalu

Gempa Darat M3,2 Guncang Sukabumi dan Bogor, Lokasi dan Kedalamannya Mirip Lindu pada 9 Mei Lalu

Gempa tektonik bermagnitudo 3,2 mengguncang sebagian wilayah Sukabumi dan Bogor pada Ahad malam, 12 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Polemik Kenaikan UKT di Sejumlah PTNBH, Wakil Ketua Komisi X DPR: Tidak Logis dan Tidak Relevan

14 jam lalu

Polemik Kenaikan UKT di Sejumlah PTNBH, Wakil Ketua Komisi X DPR: Tidak Logis dan Tidak Relevan

Polemik kenaikan UKT menuai respons dari berbagai pihak. Wakil Ketua Komisi X DPR menyebut kebaikan tersebut tidak logis dan tidak relevan.

Baca Selengkapnya

5 Fakta ASI Bubuk Tak Direkomendasikan IDAI, Berisiko Terkontaminasi hingga Tidak Direkomendasikan untuk Bayi

21 jam lalu

5 Fakta ASI Bubuk Tak Direkomendasikan IDAI, Berisiko Terkontaminasi hingga Tidak Direkomendasikan untuk Bayi

Proses pengeringan untuk menghilangkan kandungan air, freeze-drying memiliki dampak pada rasa dan kualitas ASI bubuk,

Baca Selengkapnya

Ekspedisi Jalur Sesar Baribis, BPBD Jabar Sosialisasi Bahaya Gempa

22 jam lalu

Ekspedisi Jalur Sesar Baribis, BPBD Jabar Sosialisasi Bahaya Gempa

Ekspedisi Sesar Baribis akan tersebar ke beberapa titik untuk sosialisasi dan upaya mitigasi bahaya gempa.

Baca Selengkapnya

Potensi Gempa Sesar Lembang, Peneliti BRIN Sebut Tingkat Ancaman Besar Karena Dangkal

1 hari lalu

Potensi Gempa Sesar Lembang, Peneliti BRIN Sebut Tingkat Ancaman Besar Karena Dangkal

Sampai kedalaman 4,5 meter tanah ditemukan empat kejadian gempa yang berkaitan dengan Sesar Lembang

Baca Selengkapnya

Pemugaran Situs Candi di Jambi Ungkap 5 Lapisan Tanah Purba, Kota Besar yang Runtuh oleh Banjir?

1 hari lalu

Pemugaran Situs Candi di Jambi Ungkap 5 Lapisan Tanah Purba, Kota Besar yang Runtuh oleh Banjir?

Pemugaran situs Candi Parit Duku di Jambi mengungkap lima lapisan tanah purba atau lapisan budaya dalam istilah arkeologi.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Bencana Geologi, BRIN Teliti Sebaran Sesar Pemicu Gempa

2 hari lalu

Antisipasi Bencana Geologi, BRIN Teliti Sebaran Sesar Pemicu Gempa

Tim BRIN meneliti sejumlah kondisi geologi yang bisa memicu gempa bumi di Indonesia. Salah satunya soal Sesar Lembang dan sesar lain di sekitarnya.

Baca Selengkapnya

Hari Lupus Sedunia 10 Mei, Yayasan Syamsi Dhuha Gaet Tim ITB Bikin Komik

2 hari lalu

Hari Lupus Sedunia 10 Mei, Yayasan Syamsi Dhuha Gaet Tim ITB Bikin Komik

Komik tentang lupus untuk anak ini merupakan buku yang kedua. Buku pertama disebutkan diminati pasar global dan telah dialihbahasakan ke 5 bahasa.

Baca Selengkapnya

Pos Pengamatan Mencatat 94 Kali Gempa Hembusan dari Gunung Ile Lewotolok

2 hari lalu

Pos Pengamatan Mencatat 94 Kali Gempa Hembusan dari Gunung Ile Lewotolok

Pos Pengamatan Gunung Ile Lewotolok mencatat ada 94 kali gempa hembusan sejak Jumat pagi.

Baca Selengkapnya