Saksikan Hujan Meteor Ursid pada Pertengahan Desember 2022, Ini Cara Melihatnya

Reporter

Antara

Editor

Devy Ernis

Rabu, 14 Desember 2022 19:41 WIB

Ilustrasi lokasi kemunculan hujan meteor Tau-Herculids. Foto/Instagram/belajarastro.id

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan masyarakat dapat menyaksikan hujan meteor Ursid dengan intensitas maksimum pada 23 Desember 2022. Hujan meteor ini aktif sejak 16-26 Desember dan berintensitas maksimum 10 meteor per jam saat zenit pada 23 Desember.

Peneliti di Pusat Riset Antariksa BRIN Andi Pangerang mengatakan hujan meteor tersebut memiliki penampakan terbaik jika diamati dari belahan bumi utara. Untuk daerah yang terletak lebih dari lima derajat Lintang Selatan, hujan meteor itu tidak dapat diamati.

Intensitas meteor untuk Kendari hingga Sabang bervariasi antara 1-3 meteor/jam dikarenakan ketinggian titik radian saat sebelum Matahari terbit antara 5-16 derajat di atas ufuk utara. Hujan meteor tersebut dapat diamati dari arah utara sejak 23 Desember pukul 01.00 waktu setempat hingga menjelang matahari tersebut. Kelajuan geosentrik meteor itu mencapai 118.800 km/jam. Meteor itu berasal dari sisa debu komet 8P/Tuttle.

Baca juga: CEO Google Beberkan Rencana Perusahaan 10 Tahun ke Depan di Indonesia

Andi menuturkan hujan meteor Ursid tidak terganggu oleh interferensi cahaya alami dari bulan. Masyarakat dapat mengamati hujan meteor itu tanpa menggunakan alat bantu optik atau cukup dengan mata telanjang. Jika ingin merekam atau memotret fenomena itu, dapat menggunakan kamera DSLR maupun kamera all-sky dengan medan pandang 180 derajat.

Advertising
Advertising

Selain itu, masyarakat juga dapat menyaksikan hujan meteor Leonis Minorid Desember yang aktif sejak 4 Desember 2022 sampai 4 Februari 2023. Hujan meteor Leonis Minorid Desember berintensitas maksimum lima meteor per jam saat di zenit pada 20 Desember 2022.

Hujan meteor itu dapat disaksikan di seluruh Indonesia dari arah timur laut menjelang tengah malam pada 19 Desember hingga meredup di arah utara sebelum Matahari terbit pada 20 Desember 2022. Hujan meteor tersebut berasal dari sisa debu komet C/1739 K1 (Zanotti) dan mempunyai kelajuan geosentrik yang mencapai 230.400 km per jam.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Kaji Efek Heatwave Asia, Peneliti BRIN Temukan Hot Spell 40 Derajat di Bekasi

1 hari lalu

Kaji Efek Heatwave Asia, Peneliti BRIN Temukan Hot Spell 40 Derajat di Bekasi

Bukan heatwave yang mengancam wilayah Indonesia. Simak hasil kajian tim peneliti BRIN berikut.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Studi Lutesium-177-PSMA untuk Obat Nuklir Kanker Prostat

1 hari lalu

Peneliti BRIN Studi Lutesium-177-PSMA untuk Obat Nuklir Kanker Prostat

Peneliti BRIN Rien Ritawidya mengembangkan studi Lutesium-177-PSMA untuk obat nuklir kanker prostat

Baca Selengkapnya

Satelit NEO-1 Karya BRIN Masuki Tahap Penyelesaian, Diluncurkan Akhir 2024 atau Awal 2025

1 hari lalu

Satelit NEO-1 Karya BRIN Masuki Tahap Penyelesaian, Diluncurkan Akhir 2024 atau Awal 2025

BRIN mengembangkan konstelasi satelit untuk observasi bumi. Satelit NEO-1 kini memasuki tahap penyelesaian akhir.

Baca Selengkapnya

Hujan Meteor dari Ekor Komet Halley, Mengenal Komet Halley

1 hari lalu

Hujan Meteor dari Ekor Komet Halley, Mengenal Komet Halley

Puncak hujan meteor adalah meteornya ini bersumber dari butir debu yang dilepaskan komet Halley

Baca Selengkapnya

Mengenal Hujan Meteor dan 5 Jenis Meteorid

1 hari lalu

Mengenal Hujan Meteor dan 5 Jenis Meteorid

Dua hari lalu terjadi hujan meteor yang bisa dilihat di langit dari Indonesia, Meteor dan Meteorid ternyata berbeda, begini selengkapnya.

Baca Selengkapnya

Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

1 hari lalu

Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

Kawasan Wallacea seluas 347 ribu kilometer persegi diisi 10 ribu spesies tumbuhan. Sebagian kecil dari jumlah tersebut sudah terancam punah.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Identifikasi Indikator Potensi Gempa Bumi di Sumatera Paling Selatan

2 hari lalu

Peneliti BRIN Identifikasi Indikator Potensi Gempa Bumi di Sumatera Paling Selatan

Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN melakukan penelitian untuk mengidentifikasi indikator potensi gempa bumi di Sumatera bagian paling selatan.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN: Suhu Panas Akhir-akhir ini Bentuk Suhu Tinggi, Bukan Heatwave

2 hari lalu

Peneliti BRIN: Suhu Panas Akhir-akhir ini Bentuk Suhu Tinggi, Bukan Heatwave

Menurut peneliti BRIN, suhu panas yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini kategorinya suhu tinggi, bukan gelombang panas atau heatwave.

Baca Selengkapnya

'Bintang Jatuh' Terlihat di Yogyakarta dan Sekitarnya, Astronom BRIN: Itu Meteor Sporadis

2 hari lalu

'Bintang Jatuh' Terlihat di Yogyakarta dan Sekitarnya, Astronom BRIN: Itu Meteor Sporadis

Aastronom BRIN menyebut fenomena adanya bintang jatuh di Yogyakarta dan sekitarnya itu sebagai meteor sporadis.

Baca Selengkapnya

Kaya Aktivitas Perikanan dan Tambang, Teluk Kendari Mendangkal dengan Cepat

2 hari lalu

Kaya Aktivitas Perikanan dan Tambang, Teluk Kendari Mendangkal dengan Cepat

Teluk Kendari di kota Kendari mengalami pendangkalan yang dramatis selama sekitar 20 tahun terakhir. Ini kajian sedimentasi di perairan itu oleh BRIN.

Baca Selengkapnya