Eksperimen Edit Gen dan Cerita Alyssa Remisi Kanker Pertama Kali

Kamis, 15 Desember 2022 05:57 WIB

Alyssa pada hari dia menerima terapi sel yang diedit secara genetik pada bulan Mei. Great Ormond Street Hospital for Children

TEMPO.CO, Jakarta - Tak terdeteksi lagi sel kanker pada Alyssa, 13 tahun, setelah dirinya menjadi orang pertama menerima terapi yang melibatkan teknik gunting molekuler (CRISPR) terbaru yang disebut editing basa. Remaja ini pada 2021 lalu terdeteksi sebagai pasien dengan leukimia yang agresif, atau dalam bahasa medis T-cell acute lymphoblastic leukaemia (T-ALL).

Berbagai terapi kimia dan pengobatan, hingga cangkok sumsum tulang, telah selama ini tak mengubah kondisi Alyssa, hingga eksperimen teknik baru itu digunakan pada Mei lalu. Sebagai bagian dari eksperimen itu, kepada Alyssa juga diberikan satu dosis sel imun dari donor yang telah dimodifikasi untuk menyerang kanker.

Setelah 28 hari, hasil tes menunjukkan Alyssa dalam kondisi remisi--meski ini belum akan jelas berapa lama akan bertahan. Remisi berarti tanda dan gejala kanker dalam tubuh yang bersangkutan berkurang, bahkan menghilang.

"Ini sangat luar biasa sekalipun masih hasil yang sangat awal, yang masih perlu dimonitor dan dikonfirmasi selama beberapa bulan ke depan," kata Robert Chiesa, anggota tim dokter yang merawat Alyssa, dalam sebuah pernyataan yang dirilis Great Ormond Street Hospital (GOSH), London, Inggris, pada 11 Desember 2022.

Advertising
Advertising

Baca juga: Penelitian Ungkap Kanker Payudara Cenderung Menyebar Saat Kita Tidur

Sel-T dan CAR-T Hadapi Leukimia

Leukimia disebabkan oleh sel-sel imun dalam sumsum tulang yang berlipatganda tak terkendali sehingga malah menjadi merugikan. Ini biasanya dihadapi dengan mematikan seluruh sel dalam sumsum tulang lewat kemoterapi dan kemudian mengganti dengan sumsum tulang baru hasil transplantasi.

Dalam banyak kasus, cara itu bisa berhasil. Jika gagal, para dokter bisa mencoba sebuah pendekatan yang dikenal sebagai terapi CAR-T.

Terapi itu dilakukan dengan menambahkan sebuah gen ke satu jenis sel imun yang dikenal sebagai Sel-T untuk membuatnya mencari dan menghancurkan sel-sel kanker. Sel-sel imun yang sudah direkayasa itu disebut sel CAR-T.

Pada awalnya, terapi CAR-T juga mencakup memindahkan seluruh sel-T yang ada, merekayasa dan menanamkannya ulang dalam tubuh pasien. Ini karena jika menggunakan sel-T dari orang lain atau donor, sel-sel itu menyerang setiap sel lain dalam tubuh pasien.

Masalahnya, pendekatan personalisasi hasil rekayasa sel-T ini menambahnya lebih mahal lagi. Belum lagi kerap tidak bisa didapatkan jumlah sel-T yang cukup untuk bisa menciptakan sel-sel CAR-T ketika seseorang sudah sangat sakit.

Ilustrasi rekayasa genetika.[RTE]

Edit Gen Tambahan dan Risiko Sel Kanker Baru

Untuk mengatasinya, sejumlah kelompok dokter telah melakukan edit-gen sel-T sehingga yang sudah didapat dari seorang donor bisa digunakan untuk diberikan ke banyak pasien. Pada 2015, Waseem Qasim dari University College London Great Ormond Street Institute of Child Health dan timnya menjadi yang pertama mencoba cara ini.

Dengan cara itu pula Qasim dkk sukses merawat Layla, pasien bocah perempuan berusia satu tahun, yang sebelumnya tak bisa disembuhkan dengan beragam terapi lainnya. Pendekatan itu yang kini telah diizinkan digunakan di Inggris Raya untuk para pasien leukimia, melibatkan apa yang disebut sel-B--tipe lain dari sel imun tubuh.

Leukimia pada Alyssa disebabkan sel-T dan jika sel-sel CAR-T dimodifikasi untuk menyerang sel-T, mereka hanya akan membunuh satu sama lain. Karenanya Qasim dan timnya membuat sebuah perubahan tambahan terhadap sel-sel CAR-T dengan melumpuhkan gen untuk reseptor yang mengidentifikasi mereka sebagai sel-T.

Menciptakan sel CAR-T seperti itu mensyaratkan editing empat gen sekaligus, yang menuntun ke problem atau risiko yang lain. Edit gen konvensional melibatkan memotong untaian DNA dan bergantung ke bengkel sel untuk menyambung kembali untaiannya. Ketika banyak potongan dibuat sekaligus, banyak sel akhirnya mati.

Bahkan ketika sel itu masih hidup, sambungan yang salah bisa tumbuh, menuntun ke sejumlah mutasi signifikan yang berpotensi membuat sel-sel bersifat kanker. Semakin banyak edit gen yang dilakukan, semakin besar peluangnya untuk menjadi sel kanker baru.

Baca juga: Seperti Apa Edit Gen dan Teknologi Transgenik di Indonesia?

Eksperimen Tekan Risiko Kanker Baru

Jadi Qasim dan timnya menggunakan satu teknik CRISPR yang telah dimodifikasi tidak menggunting DNA, tapi mengubah satu huruf DNA menjadi huruf yang lain. Teknik ini dikenal sebagai edit basa, dan Alyssa adalah orang pertama yang pernah dirawat dengan sel CAR-T hasil editing basa ini. "Kami sangat senang dia dalam kondisi remisi untuk pertama kalinya," kata Qasim.

Robin Lovell-Badge dari Francis Crick Institute, London, setuju editing basa sangat menjanjikan, tidak hanya dalam kasus ini tapi juga untuk kelainan genetik. "Banyak teknik perawatan lainnya yang sedang dikembangkan melibatkan teknik editing basa ini," kata dia.

Tiga di antaranya sudah berjalan. Yang pertama dimulai di Selandia Baru pada Juli lalu. Eksperimen oleh sebuah perusahaan bernama Verve Therapeutics terhadap kondisi warisan genetik penyebab kadar kolesterol tinggi nan berbahaya.

NEW SCIENTIST, GOSH, LIVE SCIENCE


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

1 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

5 hari lalu

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

Gaya hidup tidak sehat dan cenderung kebarat-baratan memicu pasien kanker usia muda semakin banyak.

Baca Selengkapnya

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

6 hari lalu

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

Dokter menjelaskan metode penyembuhan kanker darah dengan melakukan transplantasi sel punca atau stem cell. Simak penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

6 hari lalu

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

Masyarakat diminta menghindari paparan zat asing demi mencegah risiko kanker darah. Apa saja yang dimaksud?

Baca Selengkapnya

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

9 hari lalu

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

Hati-hati, asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama kanker paru, baik pada perokok aktif maupun pasif. Simak saran pakar.

Baca Selengkapnya

Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

11 hari lalu

Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

Peradangan yang terlalu sering berbahaya bagi kesehatan dan kita kerap mengabaikan dampaknya, yakni penyakit kronis.

Baca Selengkapnya

Angka Kematian Tinggi, Jangan Sampai Telat Deteksi Kanker Mulut

12 hari lalu

Angka Kematian Tinggi, Jangan Sampai Telat Deteksi Kanker Mulut

Kanker mulut merupakan salah satu kasus keganasan dengan angka kematian yang tinggi sehingga deteksi dini adalah kunci keberhasilan mengatasinya.

Baca Selengkapnya

Mengenal Kanker Prostat yang Diderita OJ Simpson, Siapa yang Berpotensi Diserang Jenis Kanker Ini?

15 hari lalu

Mengenal Kanker Prostat yang Diderita OJ Simpson, Siapa yang Berpotensi Diserang Jenis Kanker Ini?

OJ Simpson meninggal setelah melawan kanker prostat. Lantas, apa jenis kanker tersebut dan siapa yang berpotensi mengalaminya?

Baca Selengkapnya

OJ Simpson Meninggal Setelah Lawan Kanker Prostat, Ini Kasus Kontroversialnya Diduga Menjadi Pembunuh

15 hari lalu

OJ Simpson Meninggal Setelah Lawan Kanker Prostat, Ini Kasus Kontroversialnya Diduga Menjadi Pembunuh

OJ Simpson meninggal pada usia 76 tahun. Ia sempat menjadi sorotan publik dikaitkan dengan kematian mantan istrinya, Nicole Brown Simpson.

Baca Selengkapnya

O.J. Simpson Meninggal dalam Usia 76 Tahun Setelah Berjuang Lawan Kanker

17 hari lalu

O.J. Simpson Meninggal dalam Usia 76 Tahun Setelah Berjuang Lawan Kanker

Bintang NFL sekaligus aktor, O.J. Simpson meninggal setelah berjuang melawan kanker dalam usia 76 tahun.

Baca Selengkapnya