Studi: Lebih Cepat, Separuh Gletser Dunia Akan Lenyap pada 2100

Reporter

Erwin Prima

Editor

Erwin Prima

Sabtu, 7 Januari 2023 09:56 WIB

Seorang turis memasuki gua es yang ditutupi dengan bahan pelindung yang mencegah es mencair di gletser Rhone di Obergoms, Swiss, 1 September 2022. REUTERS/Denis Balibouse

TEMPO.CO, Jakarta - Setengah dari gletser dunia akan mencair dan menghilang sebelum pergantian abad berikutnya, menurut penelitian baru yang memprediksi dampak yang lebih besar dari pemanasan global, meskipun ada upaya dalam beberapa tahun terakhir untuk mengatasi masalah lingkungan.

Studi yang diterbitkan Kamis, 4 Januari 2023, di jurnal Science, memproyeksikan bahwa hampir 50 persen es alami Bumi akan larut pada tahun 2100, yang jauh lebih cepat daripada yang dihitung para ilmuwan sebelumnya jika planet ini menghangat 1,5C - tolok ukur yang ditetapkan oleh ratusan negara untuk mengurangi emisi dan melindungi lebih banyak lahan untuk alam dan lingkungan.

Namun, pada tingkat pemanasan 2,7C saat ini, pencairan akan menjadi lebih berbahaya, dengan 68 persen gletser dunia mencair, kata studi tersebut, seraya menambahkan bahwa es akan hampir sepenuhnya lenyap dari Eropa tengah, Kanada barat, dan Amerika Serikat selama periode 200 tahun mendatang.

Lautan dunia akan meningkat secara dramatis di bawah skenario seperti itu dan menyebabkan banjir dan bencana besar lainnya di seluruh dunia, menurut penelitian tersebut, yang menganalisis es daratan glasial tetapi mengecualikan Greenland dan lapisan es Antartika.

Permukaan laut rata-rata akan naik lebih dari 3 inci selama 75 tahun ke depan jika tingkat pemanasan dipertahankan pada 1,5C; tetapi berpotensi mencapai hampir 5 inci jika pemanasan berlanjut pada laju saat ini 2,7C.

Advertising
Advertising

Kedua perhitungan tersebut mengejutkan para ilmuwan karena jumlahnya sekitar 23 persen lebih tinggi dari proyeksi mereka sebelumnya.

Pencairan es gletser menyumbang lebih dari sepertiga kenaikan permukaan laut, kata para ilmuwan. Pencairan terjadi secara alami, tetapi krisis iklim dan peningkatan suhu telah mempercepat penurunan tersebut.

"Kehilangan massa gletser yang meningkat pesat karena suhu global meningkat melebihi 1,5C menekankan urgensi untuk menetapkan janji iklim yang lebih ambisius untuk melestarikan gletser di daerah pegunungan ini," kata para peneliti dalam studi tersebut, yang menggunakan data satelit selama 20 tahun dan metode terbaru lainnya untuk menentukan dan melacak 200.000 gletser di seluruh dunia, sebagaimana dikutip UPI.

“Ini adalah pertama kalinya kami mengisolasi jumlah gletser yang akan hilang – sebelum kehilangan total massa,” kata penulis utama studi tersebut, Dr. David Rounce, seorang insinyur sipil dan lingkungan dari Carnegie Mellon University dan Universitas Alaska Fairbanks.

Gletser yang paling rentan relatif kecil, tetapi merupakan sumber daya air tawar yang vital bagi jutaan orang di seluruh dunia.

"Ketika kita berpikir tentang lokasi di mana kebanyakan orang melihat dan mengunjungi gletser, itu benar-benar di lokasi di mana gletser dapat diakses, seperti di Eropa tengah, atau di pegunungan tinggi Asia. Di wilayah ini ada banyak gletser yang lebih kecil. Mereka adalah benar-benar inti dari masyarakat dan ekonomi di lokasi tersebut," kata Rounce.

Dampak pencairan es di Greenland dan Antartika di lautan dunia didokumentasikan dengan baik. Tetapi penyumbang terbesar kenaikan permukaan laut pada abad ke-20 adalah lapisan es yang mencair dan gletser yang terletak di tujuh wilayah lain: Alaska, Kepulauan Arktik Kanada, Andes Selatan, Pegunungan Tinggi Asia, Arktik Rusia, Islandia, dan kepulauan Norwegia Svalbard . Lima wilayah Arktik telah menyumbang bagian terbesar dari hilangnya es dalam beberapa tahun terakhir.

Studi terbaru tentang pencairan Gletser dilakukan di tengah meningkatnya upaya untuk mengurangi masalah iklim, namun kemajuannya lambat karena tidak ada badan pengatur yang memiliki kekuatan nyata untuk menegakkan Perjanjian Iklim Paris - kesepakatan yang diadopsi oleh komunitas internasional di 2015.

UPI

Baca:
Gletser Swiss Susut Setengah Sejak 1930-an, Mencair Makin Cepat

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Ketua RT Palugada di Balik Rekor MURI Jalan Gang 8 Malaka Jaya Duret Sawit

21 jam lalu

Ketua RT Palugada di Balik Rekor MURI Jalan Gang 8 Malaka Jaya Duret Sawit

Salah satu Rukun Tetangga (RT) di wilayah Jakarta Timur kini tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).

Baca Selengkapnya

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

2 hari lalu

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

Baca Selengkapnya

Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

2 hari lalu

Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

Berikut beberapa hewan yang kerap dijadikan hewan percobaan dalam penelitian:

Baca Selengkapnya

Begini Cara Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Terindeks Scopus

10 hari lalu

Begini Cara Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Terindeks Scopus

Jurnal terindeks Scopus menjadi salah satu tujuan para peneliti di Indonesia untuk mempublikasikan artikel ilmiah atau penelitiannya, bagaimana cara menulis artikel ilmiah yang terindeks scopus?

Baca Selengkapnya

Banjir di Dubai Bukan Disebabkan Teknologi Hujan Buatan, Ini Penjelasan Peneliti BRIN

11 hari lalu

Banjir di Dubai Bukan Disebabkan Teknologi Hujan Buatan, Ini Penjelasan Peneliti BRIN

Dubai terdampak badai yang langka terjadi di wilayahnya pada Selasa lalu, 16 April 2024.

Baca Selengkapnya

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

15 hari lalu

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.

Baca Selengkapnya

Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

18 hari lalu

Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

World Health Summit akan pertama kali digelar di Monash University. Ada beberapa tema yang akan dibahas oleh peneliti, salah satunya, demam berdarah

Baca Selengkapnya

Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

24 hari lalu

Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

Sistem yang disebut dengan kode astronomi TYC 2505-672-1 memecahkan rekor alam semesta untuk gerhana matahari terlama.

Baca Selengkapnya

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

29 hari lalu

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

Studi ini mengeksplorasi hubungan antara paparan polusi cahaya pada malam hari dengan potensi risiko kesehatan otak dan stroke.

Baca Selengkapnya

Publikasi Ilmiah Senasib Gunung Padang dan SNBP 2024 di Top 3 Tekno Berita Terkini

32 hari lalu

Publikasi Ilmiah Senasib Gunung Padang dan SNBP 2024 di Top 3 Tekno Berita Terkini

Seperti situs Gunung Padang, ada banyak laporan penelitian yang pernah dicabut dari jurnal ilmiah internasional. Cek asal negaranya yang terbanyak.

Baca Selengkapnya